Prolog

394 32 15
                                    

Ray Archie Al-Ghaisan, seorang dosen muda yang baru menyelesaikan masa pendidikan doktornya, di umurnya yang baru menginjak dua puluh sembilan tahun. Kini dia bekerja di universitas yang ada di kota pelajar. Dia sudah mulai tinggal di kota pelajar sejak lulus sarjana.

Ketika akan pergi makan siang ponselnya berbunyi. "Hallo! Assalamualaikum Mama," salamnya.

"Wa'alaikumussalam warahmatullah. Abang sudah makan? Ini sudah jam makan siang."

"Belum, ini mau keluar bareng Dion."

"Dion?"

"Teman kuliah Abang, Mama ingat? Sering main ke rumah."

"Suaminya Anin?"

"Iya, Mama."

"Mama dengar, Anin sedang mengandung?"

"Iya, Ma."

"Tidak pulang Dionnya?"

"Abang nggak tau Ma."

"Ya sudah nanti salam buat Dion. Mama tutup," ucapnya.

"Nanti Abang sampaikan pada Dion."

"Iya, assalamualaikum Bang."

"Wa'alaikumussalam warahmatullah," Archie langsung menutup kembali panggilan tersebut.

"Dari Tante?" tanya Dion yang baru datang.

"Hem, dapet salam dari Mama."

"Wa'alaikumussalam warahmatullah."

Mereka langsung pergi keluar mencari makan siang. Namun baru sampai luar gedung, adzan berkumandang. "Sholat dulu ya."

"Laper gue Chie."

"Sholat, habis ini langsung makan. Jadwal lo masih sore nanti, masih sempat." Dion mengangguk pasrah.

°°°°

Selesai mengajar Archie langsung pulang. Di perjalanan pulang dia melihat tukang bakso langganannya.

"Pak, bakso biasa ya satu." Pesan Archie dari atas motor.

"Eh pak Ray, siap pak! Sebentar saya layanin Mbaknya," jawab Pak Roma, penjual bakso. "Ini Mbak pesanannya."

Si gadis menerima dan segera membayar, "Ini uangnya, Pak."

"Ada uang pas saja, Mbak?" tanya Pak Roma, karena dia baru saja buka dan si gadis adalah pelanggan pertamanya hari ini.

"Enggak ada, Pak."

"Maaf, ini sama saya aja sekalian," ucap Archie menyela. Lalu kembali duduk di atas motornya.

"Alhamdulillah, makasih Mas Ray." ucap Roma pada Archie.

"Ini sudah dibayar sama mas Ray, Mbak." ucap Pak Roma menunjuk Archie yang sudah kembali duduk di atas motor miliknya.

"Tapi," si gadis berniat menolak.

"Rezeki nggak boleh ditolak Mbak. Kalo gitu saya permisi mau buat bakso untuk Mas Ray." Si gadis mengangguk, lalu berjalan mendekat ke Archie.

"Permisi, Mas."

"Hem."

"Terima kasih untuk baksonya," ucap si gadis.

"Hem," Archie kembali menjawab dengan deheman tanpa melihat ke arah si gadis. Hal tersebut membuat si gadis kesal.

"Sok banget," batin si gadis.

"Kalo gitu saya permisi. Sekali lagi terima kasih, Mas." Karena tak direspon si gadis langsung pergi.

"Ada ya cowo kayak gitu?"

"Nyebelin banget!"

"Kalo bukan karena pesenan Bunda mana mau aku terima ini bakso dari cowo sombong kayak dia."

Archie [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang