Prolog

832 49 1
                                    

Kala purnama tinggi di langit,
Ada tinta merah yang basahi bumi
Diukir pena yang diisi tiga peluru

Dan kala purnama tinggi di langit
Semerah darah yang basahi pelipis
Ada nama yang tak pernah ada,
Sedang memanggilmu pulang

Dan kala purnama tinggi di langitSemerah darah yang basahi pelipisAda nama yang tak pernah ada,Sedang memanggilmu pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tokyo, 14 Juni 2024.

Pemirsa, fenomena langka gerhana bulan total atau disebut juga Super Blood Moon akan terjadi malam ini. Fenomena yang hanya terjadi beberapa ratus tahun sekali ini akan terlihat di langit Tokyo setelah terakhir kali terlihat 3 tahun silam pada tahun 2021.

Suara berita televisi di etalase toko elektronik tenggelam oleh suara lonceng gereja yang berkumandang memecah heningnya salah satu ujung jalan kota Tokyo malam itu. Musim semi yang seharusnya penuh mekar bunga sakura dan kicauan burung, tak berlaku di gang-gang sempit kota besar itu. Lekuk gelap jalanan itu menyimpan banyak rahasia terlarang yang tabu untuk diucapkan lidah.

"Teng... teng... teng..." Jemari seorang lelaki yang sedang menjepit sebatang sigaret itu ikut mengayun mengikuti dentang lonceng itu. Entah ini sudah bungkus rokok yang keberapa untuk hari ini, ia bersandar pada dinding teras gereja sementara rokoknya dibawanya bertemu cumbu dengan bibirnya lagi, sengaja biarkan asap sigaret menyapa raga yang sudah lelah hidup, begitu kontradiksi dengan tawa lebar di balik tudung hoodienya.

"WOI, KIRINO! KELUAR KAMU KEPARAT KECIL!"

Dan kali ini suara teriakan seseorang yang tengah memanggil namanya itu memecah keasyikannya bersenandung dengan lonceng itu.

"Ah, melelahkan." Pemuda itu tertawa sambil benahi tudung hoodie hitamnya, buang botol vodka yang baru diteguknya sedikit dan entah sejak kapan ia sudah dengan lincahnya naik lompat ke atas atap rumah-rumah di belakangnya.

"MONYET GILA! KELUAR KAMU!" Empat pria yang tampak sedang mengejarnya itu kehabisan napas, berusaha cari monyet kecil yang membuat mereka kalah telak berjudi.

Dalam satu dan lain hal, Kirino mendapat julukan monyet karena begitu lincah dan tak pernah tertangkap.

DOR!

Satu peluru lepas dari sebuah pistol yang baru saja dikeluarkan dari kantung hoodienya, menembak kepala salah seorang preman yang sedang mengejarnya dan membuatnya seketika mati.

DOR!

DOR!

DOR!

Tiga peluru lagi lepas dari pistolnya, turut membunuh tiga orang lain yang juga sedang mengejarnya, tak memberi ampun sama sekali untuk menyisakan satu pun orang tetap hidup.

Kirino hanya tertawa kencang melihat empat orang yang dibunuhnya, sambil lanjut melompat ke atap rumah lain di gang sempit itu.

"HAHAHAHAHAHAHAHA!"

Carpe Diem [Banginho] (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang