Chapter 2

280 31 1
                                    

Kyoto, 2007
14 tahun yang lalu.

"Auch!"

Seorang anak perempuan yang tengah berlari menembus kerumunan di pasar terjatuh terjerembab ke tanah, sempat berguling beberapa kali, membuat kedua lutut dan tangannya terluka. Anak kecil itu hanya meringis sakit, rambut panjangnya terlihat begitu berantakan. Padahal jatuhnya tidak parah, tapi luka dan lebam di wajahnya ada di mana-mana.

Padahal pasar begitu ramai, tapi tak ada seorang pun yang terlihat peduli dengan anak perempuan itu.

"Hei, kamu nggak apa-apa?" Hingga akhirnya seorang anak lelaki yang sebaya dengannya berlari menghampirinya. "Kakimu berdarah! Wajahmu juga... Tadi Mamaku beliin aku banyak plester lucu. Kamu mau kuobati?"

Anak perempuan itu hanya diam melihat anak laki-laki itu mengeluarkan beberapa plester bergambar Power Rangers dari kantong celananya, dan menempelkannya di kulitnya yang terluka.

"Namamu siapa? Aku Channie, umur 11 tahun. Kamu?" Sinar matahari begitu hangat, tapi senyum anak laki-laki itu jauh lebih hangat.

"Myoui Mina. Aku juga umur 11 tahun."

"Oh, umur kita sama? Rumahmu di mana? Ayo kita main—"

BRUK

Baru selesai memasang plester, seorang anak lelaki lain yang jauh lebih kecil dan pendek dari Chan tiba-tiba datang dan mendorongnya menjauh.

"KAMU CIAPA? KAMU APAIN KAKAKKU!" Dan anak kecil pendek itu memukul punggung Chan berkali-kali.

"INO! BERHENTI! Dia nolong aku, bukan mukulin aku!" Anak perempuan yang ditolong tadi pun berusaha menghentikan anak lelaki kecil yang terus memukul. "Ino! Cepat minta maaf! Minta maaf!"

"Kamu endak mutul Kak Mina?" Anak kecil itu kini mundur dan bersembunyi di belakang punggung anak perempuan itu. "Maaf... Ino calah cangka..."

Seoul, 2021 : masa kini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seoul, 2021 : masa kini.

"Chris."

"Woi setan, bangun."

"BANGUN GOBLOK!"

BRAK.

Suara Changbin yang terus menggoncang-goncangkan tubuhnya perlahan membangunkannya. Tidak perlahan, lebih tepatnya brutal, dan Chris akhirnya terbangun karena terjatuh dari ranjangnya.

"Astaga, kamu tidur 12 jam! DUA BELAS JAM! Sekarang udah jam 6 sore. Aku telepon kamu berkali-kali tapi nggak bisa. Bel pintu kupencet berkali-kali juga nggak dengar. Mukamu kenapa pucat banget, hah?"

Sementara itu Chris masih menyesuaikan diri antara alam nyata dan alam mimpi. Sepulang dari NFS menemui Dahyun kemarin, Chris langsung tergeletak di ranjangnya karena kelelahan.

Dan sudah sangat lama, Chris tidak bermimpi dalam tidurnya. Dia sama sekali hampir tidak pernah bermimpi, dan rasanya mimpinya semalam seolah menggali kenangan yang sudah terlupakan.

Carpe Diem [Banginho] (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang