Chapter 7

304 30 6
                                    

"Ino."

"Ino. Kamu sudah bangun?"

"Mau temani Kak Mina ikut ke pasar ketemu kakak cowok yang baik kemarin? Kak Mina lupa bilang terima kasih."

Kirino perlahan membuka kedua matanya, suara seseorang yang terus memanggil namanya itu membangunkannya dari lelapnya. Tidurnya yang menyamping menghadap jendela membuat cahaya matahari pagi menusuk pupilnya, sontak membuat Kirino menyipitkan kedua matanya, tak bisa lihat jelas siluet sosok yang berbaring di sampingnya.

"Kak Mina?" Kedua matanya diusapnya, suaranya begitu serak ingin gapai siluet yang tengah belai rambutnya.

"Kirino, kamu sudah bangun?"

Kirino fokuskan lagi matanya, kini ia bisa lihat dan dengar suara yang terus memanggilnya. Suara berat dan serak itu, juga sepasang mata yang tengah menatapnya balik.

Bukan Mina. Itu Chris.

Chris pun baru saja bangun, ia tersenyum mendapati Kirino yang tertidur nyenyak di pelukannya.

"Selamat pagi." Chris kecup hidungnya, jemarinya usap kepala Kirino dalam rangkulnya, sementara wajah anak itu masih kebingungan. "Tidurmu lama banget."

Begitu kesadaran Kirino terkumpul, kedua matanya membola dan ia langsung bangkit duduk.

"Pak Hikaru... Apa yang kamu lakukan di kamarku? Kamu nggak pakai baju—" Kirino berusaha angkat kedua tangannya yang masih diperban dan tutupi wajahnya yang memerah, Chris hanya memakai celana dan bertelanjang dada.

"Hm? Kamu lupa kita kemarin ngapain?" Chris terkekeh pelan, condongkan tubuhnya yang membuat Kirino mundur. "Bajuku kena cairan spermamu kemarin. I've got nothing to wear."

"A-ah."

Tentu saja Kirino ingat. Sangat ingat. Ia ingat semuanya.

Dan wajah Kirino merah padam begitu ingat... semua kejadian di atas ranjang ini kemarin.

"Bajuku..." Kirino sadar ia sudah bersih dan sudah memakai pakaian baru.

"Ah, waktu kamu tidur, aku bantuin bersihin badanmu. Maaf nggak izin dulu, tapi aku tahu kamu lagi kecapekan banget dan tanganmu lagi sakit. Aku takut kamu sakit juga kalau kedinginan."

Kirino diam mematung. Ia menatap Chris cukup lama dengan tatapan yang tak dapat diartikan Chris, kemudian buang pandangannya kemana saja asal tidak melihatnya.

"Terus k-kamu... Pak Hikaru tidur di sini? Kalau ketahuan kakakku—"

"Tuan Kento pergi keluar dari sore, dia belum pulang. Semua aman. Tapi masalah terpenting bukan itu." Ibu jari Chris usap pipi dari wajah manis yang terus bergerak mundur itu.
"Kamu nangis parah banget semalam. Kamu baik-baik sa—"

"Aku baik-baik saja." potong Kirino cepat. "Lemari yang itu, laci nomor tiga, ada bajuku yang kebesaran. Pakai itu and then get the fuck out."

Kirino harus kumpulkan kesadarannya. Ia tak boleh jatuh, tidak boleh, ia tidak boleh berlama-lama dengan orang ini.

"Oh, udah balik jadi galak?"
Chris tertawa pelan. "Bagus deh, lebih baik lihat kamu marah-marah daripada lihat kamu yang nangis. Tanganmu masih sakit dan nggak bisa gerak kan? Terus kamu kuliahnya gimana—"

"Aku bisa cuti kuliah dulu bulan ini. Cepat keluar. Aku nggak mau lihat wajahmu lagi."

Chris tatap punggung orang yang kini membelakanginya dan tak mau melihat wajahnya. Ia pun mengangguk dan tersenyum tipis, yeah, seks tadi malam cuma one night stand. What a fever dream. Mari kita lupakan dan jalani hari-hari lagi seperti biasanya.

Carpe Diem [Banginho] (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang