Chapter 11

324 35 22
                                    

"Felix, Felix bangun Felix!"

"Siapa yang melakukan ini ke Felix?! Felix! Bangun, Lix! FELIX!!!"

Dari aula utama bar Carpe Diem, terdengar suara jeritan panik orang-orang yang terus memanggil nama Felix, tak kalah nyaringnya dibanding suara hujan deras dan petir menyambar di luar. Seluruh gedung itu masih gelap gulita dan lampu belum menyala, namun terlihat beberapa orang menyalakan lilin dan flashlight ponsel berdiri di tengah-tengah aula, tepat di bawah panggung.

"Di mana Hikaru dan Akino?!" Seruan panik Changbin ikut bergema di antara gaungan gema kegelisahan orang-orang di situ. "Mereka baik-baik saja kan? Hikaru! Akino!"

Sepasang mata Changbin tak henti-hentinya bergerak panik, ia menjauh dari kerumunan dan berlari ke pinggir ruangan, berkali-kali menabrak beberapa orang yang ikut penasaran apa yang tengah terjadi. "Hikaru! Akino!"

"Kami di sini!" Dari balik gelapnya lorong yang menuju ruang-ruang rias, muncul dua sosok bayang laki-laki yang berlari tergopoh-gopoh menyusul ke arah sumber suara hiruk pikuk. Chris sudah memakai kembali pakaiannya dan begitu juga dengan Kirino yang meminjam kemeja entah milik siapa dari ruang rias karena kancing kemeja putih miliknya tadi sudah lepas.

"Ada apa, Daichi?" Chris berjalan mendekati Changbin dengan menggandeng Kirino yang turut terlihat kebingungan itu di sampingnya. "Ada apa?"

"Astaga—kalian ke mana saja?!" Di kegelapan, raut wajah Changbin tak terbaca, namun suaranya yang meninggi langsung memberitahu Chris bahwa ada yang tidak baik-baik saja.

"Kenapa ramai-ramai? Dan kenapa dari jauh terdengar sirine polisi ke arah sini—"

"Felix." potong Changbin. Ia tampak ingin menjelaskan namun rasanya ada sesuatu yang tercekat di tenggorokannya. Ia menelan ludahnya, seolah berusaha mengingatkan dirinya kalau ia agen rahasia dan seharusnya dengan mudah bisa mengutarakan apa yang terjadi. Sepasang matanya menunjuk ke arah tengah aula bar. "Felix, dia... Kamu lihat sendiri."

Chris dan Kirino buru-buru mengekor Changbin yang menyuruh mereka mengikutinya, tempat di mana orang-orang yang tadinya penasaran mulai mundur ketakutan dan menjauh begitu melihat yang apa yang ada di sana.

Dengan hanya penerangan flashlight ponsel milik Changbin dan lilin yang dipegang oleh Hyunjin yang tengah berlutut, tampak sosok Felix terbaring terpejam di tengah genangan darah yang tak henti-hentinya mengalir semakin banyak.

"Felix?" Chris melepas genggaman eratnya pada tangan Kirino dan ia berlari mendekati Felix. Ia langsung berlutut di samping sosok yang tak sadarkan diri itu sementara berusaha agar tidak mengenai genangan darahnya. "Apa... Apa yang terjadi?"

"Tadi mati listrik dan semua gelap gulita..." Hyunjin yang sedari tadi hanya diam berlutut di samping Felix itu akhirnya berbicara. Ia masih menunduk menatap Felix. Suaranya tenang namun sedikit bergetar, ada sirat amarah dan rasa tak percaya akan keadaan yang terjadi itu dalam nadanya. "Semua orang panik, tapi tiba-tiba ada jeritan dari seorang tamu bar yang merasakan ada yang basah di lantai. Begitu mengarahkan lilin ke sini... Felix sudah seperti ini."

"Apa?" Chris tak diam saja, ia buru-buru memeriksa seluruh tubuh Felix yang tergeletak dan turut menepuk-nepuk wajah pemuda yang pucat bak mayat itu.

Felix terbaring terlentang di bawah panggung, posisinya menandakan ia tadi terjatuh dari atas panggung hingga terjerembab ke bawah. Kemeja putihnya tak lagi putih karena turut tergenang dalam darahnya sendiri. Sepasang matanya setengah terbuka dan sorot matanya kosong, bibirnya yang pucat kebiruan selaras dengan kulit wajahnya yang sangat pucat pasi. Tak ada tanda-tanda denyut nadi, tak ada tanda-tanda pernapasan.

Tak ada tanda-tanda perlawanan juga, hanya ada luka tebas yang lebar dan membuat leher kanannya menganga terbuka, tempat di mana darah tak henti-hentinya mengalir keluar dan meresap ke celah-celah lantai kayu bar Carpe Diem.

Carpe Diem [Banginho] (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang