Chapter 5

350 36 6
                                    

[ Kyoto, 2007 ]

"Channie! Channie!"

Dari balik hitamnya langit, tampak seorang anak kecil pendek yang berusia kurang lebih 6 tahun berlari-lari kecil mengejar seorang anak yang lebih tua darinya. Sepatu bootnya tampak kebesaran, begitu juga dengan syalnya yang menutupi pipi gembilnya.

Yang dipanggil menoleh dan memicingkan mata, berusaha mengenali anak kecil itu dari cahaya lentera yang tak seberapa membantu gelap malam.

BUK!

Anak dengan kaki pendek itu pandai berlari, tapi tidak tahu cara berhenti, hingga akhirnya jatuh menabrak Chan.

"Aduh, pelan-pelan!" Chan buat anak itu berdiri lagi. "Loh... Kamu... Kamu adiknya Mina yang jatuh di pasar kemarin itu kan? Kamu ingat namaku? Ada apa?"

"Kemalin Ino lupa biyang tima acih." Anak itu mengintip dari balik syal yang menutupi separuh wajahnya, menampakkan mata bulat dan pipi merah yang malu. "Telima kacih cudah nolong Kak Mina. Channie catu-catuna olang yang baik ke Kak Mina..."

"Kamu ngejar aku malam-malam cuma mau ngomong itu?" Chan tertawa geli, "Kapan-kapan kita main petak umpet bareng yuk. Ah, rumahku ada di ujung gang situ. Mau mampir buat makan malam? Hari ini aku ulang tahun, ibuku bikin kue—"

Tapi anak itu menggeleng kuat dan menarik Chan pergi. "Channie mau puyang? Channie ndak boyeh puyang! Channie itut Ino main aja! Ayo temani Ino pelgi dali cini!"

"Kita main bareng di rumahku ya? Ini sudah malam, bahaya kalau main di luar. Aku punya kue ulang tahun warna biru! Ayo kita tiup lilin bareng—"

Dan dari kejauhan terdengar suara anak lelaki lain yang memanggil nama Ino, "INO! INO KAMU DI MANA? INOOO!!!"

"Oh kamu punya kakak cowok juga? Itu suara kakakmu kan?" Chan mendorong Ino pergi. "Kamu sudah dicari kakak cowokmu tuh. Besok deh kita main."

Tapi kemudian anak kecil itu menangis dan semakin menarik Chan pergi. "Ino ndak punya kakak cowok! Ino ndak punya! Ino cuma punya kak Mina! Channie, ayo main cama Ino! Jangan puyang ke lumah! Jangan cekalang! Jangan cekalang! Toyong temani Ino, Ino takut ama kakak cowok itu!"

Tapi kemudian suara anak lelaki lain yang sedari tadi mencari Ino pun semakin mendekat, membuat anak kecil itu seketika melepas genggaman tangan Chan dan berlari pergi sendiri. Dan dalam sekejap mata, anak kecil itu sudah menghilang di balik gelapnya gang-gang perumahan.

"Ino! Ino! Astaga, bahaya anak kecil sendirian malam-malam..." Chan berusaha mengejar dan mencari anak kecil itu, berlari melewati gang-gang dan juga pasar.

Ia berusaha mencari karena khawatir anak sekecil itu berkeliaran di jalanan malam sendirian. Tapi anak kecil itu tidak bisa ditemukannya di mana pun.

"Kaki gendut sependek itu... bisa lari dengan sangat cepat juga..." Chan yang kehabisan napas pun akhirnya menyerah mencari.

Ia akhirnya hanya berdoa anak itu baik-baik saja dan berjalan kembali pulang ke rumahnya.

Chan berusaha singkirkan kekhawatirannya dan tersenyum lebar, kantong plastik di tangannya penuh dengan bingkisan makanan yang akan penuhi perutnya malam ini. Hari ini ulang tahunnya yang ke-12, dan kue ulang tahun buatan ibunya menunggunya di rumah, juga ayahnya yang sengaja mengambil cuti khusus agar bisa menghabiskan waktu bersama anak tunggalnya.

"Mama, Channie pulang!"

Chan mendorong pagar rumahnya, tapi anehnya pintu rumahnya sudah terbuka lebar... dan ruang tamunya sudah porak poranda.

"Mama? Papa?" Chan letakkan kantong plastiknya dengan gemetar begitu menyadari ada bercak darah di ruang tamu. "Papa... Channie pulang..."

Dan langkahnya terhenti di ruang tengah, tepat pada titik genangan darah sentuh ujung telunjuk jari kakinya, Chan mendongak dan temukan kedua orang tuanya tergeletak, dengan tubuh bermandikan darah dan luka di sana sini.

Carpe Diem [Banginho] (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang