[ happy reading ]
Tiga hari kemudian Jerome kembali mendapat informasi penting kalau keadaan Raline sudah melewati masa kritis, walaupun sampai saat ini gadis itu belum juga sadarkan diri. Tapi dokter yang menangani nya mengatakan kalau Raline sudah di bolehkan untuk di bawa pulang ke Indonesia.
Dengan tingkat kesabaran yang setipis tisu, Jerome membombardir papa nya dengan rengekan kalau dia ingin menjemput langsung Raline yang sedang berada di Oman. Tentu saja papa tidak langsung memberinya izin. Menjemput korban kecelakaan pesawat bukan urusan mudah yang bisa di campuri oleh urusan pribadi.
Pihak maskapai dan beberapa pihak yang bersangkutan lah yang akan bertanggung jawab memulangkan Raline. Tapi tentu saja papa tahu kalau putra satu-satunya ini tidak akan berhenti merengek kalau keinginan nya tidak di penuhi.
Beruntunglah Jerome karena papa nya memiliki power yang cukup kuat. Jadi dia bisa di izinkan pergi ke Oman untuk menjemput Raline pulang.
"Papa terpaksa bawa-bawa nama rumah sakit cuma karena mentingin ego kamu." begitulah yang di katakan papa nya waktu itu.
Jerome akan mengucapkan banyak terima kasih dan akan setia membantu pekerjaan papa nya di rumah sakit karena jasa dan usaha yang sudah papa nya kerahkan untuk membantunya menemukan Raline.
Butuh waktu sekitar 8 jam sampai akhirnya Jerome tiba di bandara internasional Muscat. Laki-laki itu langsung meminta untuk langsung bergegas ke rumah sakit, tapi rekan yang datang bersama nya bilang kalau mereka butuh istirahat.
Awalnya Jerome ingin nekat pergi sendiri, tapi dia mengurungkan niat nya. Kalau dia gegabah, bukan hanya dia yang susah. Tapi nama papa dan rumah sakit juga akan jadi bermasalah. Karena itu lah Jerome harus bertindak sabar dan hati-hati. Apalagi dia kesini bukan hanya menjemput Raline saja. Papa bilang dia harus menjadi delegasi yang baik bagi rumah sakit.
Setelah menunggu setengah hari dengan rasa sabar yang semakin menipis, akhirnya tiba waktu nya bagi Jerome untuk bertemu Raline di rumah sakit. Tangan dan paha nya gemetar. Jantung nya juga tidak bisa berhenti berdegup cepat.
Tinggal selangkah lagi dia akan bertemu kembali dengan sang pujaan hati. Walaupun dengan kondisi yang tidak cukup baik. Tapi Jerome merasa sangat bersyukur karena Tuhan masih mau mendengar doa yang selalu dia panjatkan setiap detik nya, sampai akhirnya dia bisa di pertemukan kembali dengan kekasih tercinta.
"Jerome, setelah dari rumah sakit kita bakal pisah mobil sama korban dan pasien. Nanti kamu ikut saya, kita naik mobil lain." ucap dokter Henri. Beliau adalah salah satu dokter yang kerja di rumah sakit. Dokter Henri mendapat kepercayaan untuk mengurus para korban yang akan kembali ke Indonesia.
"Kita nggak satu mobil sama mereka, dok?"
Dokter Henri menggeleng. "Korban selamat bakal di bawa sama ambulan. Sedangkan korban meninggal bakal di bawa sama mobil militer."
"Dok, kebetulan satu-satunya korban selamat itu orang yang saya kenal. Jadi bisa nggak kalau saya ikut naik mobil ambulan aja?"
"Di mobil ambulan bakal ada dokter dan perawat yang jaga pasien kok. Kamu nggak perlu khawatir begitu, Jerome. Pasien masih butuh pengawasan tenaga medis karena kondisi nya bisa aja drop lagi."
Jerome menggigit bibir nya mencari cara agar dokter Henri mau mengizinkan nya untuk berangkat dengan mobil ambulan. Dia ingin selalu berada di sisi Raline dan tidak mau jauh-jauh dari gadisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[5] HATI dan WAKTU - S2
Romance[S2] Setelah mengetahui fakta bahwa Raline mengalami amnesia dan tidak bisa mengingat apapun tentang Jerome membuat lelaki itu hampir menyerah. Namun meskipun begitu Jerome sudah bertekad kalau dia tidak akan pernah menyerah untuk mendapatkan Raline...