BAB 01: TITIK TERENDAH

588 95 9
                                    

[ happy reading ]





Pikiran Jerome melalang buana dan jantung nya berdegup sangat kencang sampai rasa nya akan meledak. Tidak ada hal yang lebih penting selain berlari sekencang-kencang nya menuju bandara internasional.

Seruan Luna yang berusaha menyusul langkah nya di belakang tak di hiraukan olehnya. Jerome hanya ingin cepat-cepat sampai di pusat informasi untuk menanyakan lebih jauh tentang berita yang baru saja dia lihat.

"JEROME! LO HARUS TENANG. JANGAN LARI-LARI KAYAK GINI." bahkan suara Luna hampir serak karena harus berteriak berkali-kali memanggil Jerome.

Tapi dasarnya Jerome yang bebal. Cowok itu masih terus melanjutkan lari nya dan tidak peduli dengan keadaan sekitar. Dalam hati nya menggaung nama Raline berkali-kali dan seuntai doa terus dia panjatkan agar semua yang terjadi saat ini hanya sebagian dari mimpi nya saja.

Kedua mata Jerome yang berkaca-kaca menangkap siluet teman-teman nya yang sudah tiba lebih dulu di pusat informasi bandara. Dia mempercepat lari nya menyusul teman-teman nya.

"Gimana?" tanya nya dengan nafas terengah-engah. "Raline gimana?" suara nya yang serak terdengar putus asa.

"Kita masih belum tau kabar terkini karena dari pihak bandara juga belum dapat kabar terbaru." ucap Theo.

Semua teman-teman Raline sedang menangis sambil menunggu kabar terbaru situasi terkini yang terjadi pada pesawat yang di tumpangi oleh Raline. Mereka semua pasti berharap kalau ini hanya sebatas salah informasi dan Raline akan baik-baik saja sampai di Paris.

Kaki Jerome terasa sangat lemas dan tak bertenaga sampai membuatnya jatuh terduduk tak berdaya. Air mata mengucur deras dan tubuh nya mulai bergetar di tambah isak tangis yang sudah tak tertahankan.

Jerome kalut. Perasaan nya campur aduk dan jantung nya berdegup tak menentu. Dia sangat takut dengan semua kemungkinan yang ada. Dia takut Raline pergi selama-lama nya. Dia takut kehilangan Raline dan hidup tanpa ditemani oleh gadis itu.

"Jer, lebih baik lo duduk di bangku daripada di lantai begitu." kata Jonathan yang menghampiri Jerome lalu menepuk-nepuk pundak nya agar lebih tenang sedikit.

Tidak berhasil. Jerome malah semakin menangis tersedu-sedu seperti anak kecil yang kehilangan ibu nya. Semua yang melihatnya pun pasti merasa iba dan bisa merasakan kehilangan yang sedang di rasakan oleh Jerome.

"Dimas sama Ten lagi berusaha cari cara biar bisa ketemu pihak bandara biar kita dapat kabar terbaru. Yang pasti sekarang ini kita cuma tau kalau pesawat yang di naikin Raline dan ayah nya hilang kontak sejak dua jam yang lalu." ujar Jonathan.

Dia pun tidak bisa melihat teman-teman nya semakin terpuruk walaupun dia tahu kabar ini sangat mengguncang hati mereka. Semuanya merasa takut, khawatir, dan sedih jadi satu. Tapi lain dari itu Jonathan mengerti bagaimana perasaan Jerome sekarang.

Cowok itu pasti merasa jauh lebih takut dan khawatir. Tubuhnya saja sampai bergetar begini. Jerome pasti sudah tidak bisa menahan perasaan nya lagi. Tidak seperti Jerome yang dulu dia kenal. Jerome yang sekarang terlalu mudah memperlihatkan perasaan nya, dan Jonathan yakin itu karena pengaruh dari Raline.

Raline memang menjadi alasan kenapa Jerome berubah menjadi manusia paling labil sedunia.

"Perasaan gue nggak enak, bang." ucap Jerome dengan suara serak.

"Semuanya juga lagi begitu, Jer. Tapi lo harus positive thinking. Percaya kalau Raline pasti bakal baik-baik aja. Terus berdoa biar semuanya baik-baik aja."

Jerome mengangkat kepala nya yang sejak tadi tertunduk. Wajah nya sudah basah karena air mata. Hidung dan mata nya juga mulai merah karena menangis sejak tadi.

[5] HATI dan WAKTU - S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang