Halaman 2

56 11 3
                                    

Kepada para pembaca jurnalku—kalau suatu saat jurnal ini ditemukan dan dibaca—sebagai informasi saja, aku masih hidup. Hari ini adalah hari ... hari apa, hayo? Oke, lupakan! Aku tak ingat hari ini hari apa dan tanggal berapa. Rasanya aku sudah lelah menghitungnya. Intinya aku masih sanggup melanjutkan jurnalku.

Sekarang aku sedang ada di ... di mana ini, ya? Mendadak aku anemia. Oh, salah, maksudku amonia. Tunggu, tunggu! Kurasa aku salah lagi. Apa sih nama penyakit yang membuat kau melupakan segalanya? Am ... pimia, dimia, simia, entahlah. Pokoknya hilang ingatan.

Aku hanya ingat saat-saat terakhir aku bersama Maven. Oh, astaga, Maven. Aku ingin menangis setiap mengingatnya, tetapi bohong. Aku tidak sedih ketika mengingat perpisahan kami.

Kemarin aku menulis tentang bagaimana aku, dengan bodohnya terbujuk ide Maven untuk mencuri muatan kapal alih-alih mencopet, bukan? Apa kalian masih ingat? Kalau tidak, silakan mundur satu halaman dari sini dan baca lagi tulisanku di sana. Kalau ingat, silakan ambil barang berharga kalian dan kirim kepadaku. Ha-ha, bercanda. Tapi kalau kalian mau sih, apa boleh buat. Selain emas, aku menerima berlian, FYI.

Nah, kembali ke setelah aku dan Maven berhasil membawa sebuah peti keluar kapal. Kami dicegat oleh petugas keamanan. Si awak kapal yang kami rebut petinya ternyata mengadukan kami kepada dua pengawal tamu istimewa walikota yang gemar sekali terhadap warna emas, yang kuasumsikan pakaian dalamnya berwarna emas juga. Berkat mereka, aku dan Maven dibawa ke kantor keamanan.

Maven dengan gagah berani mengakui bahwa semua itu adalah salahnya. Dia meminta mereka melepaskanku. Omong-omong dia masih mengaku sebagai cucu keponakan kakak ipar ... aih, aku benci menulis gelarnya. Pokoknya dia masih mengaku sebagai anak salah satu bangsawan. Hanya saja kali ini dia menambahkan tentang ayahnya yang kehilangan kekayaan sehingga dia terpaksa melakukan pencurian. Dia meyakinkan mereka kalau aku tidak tahu apa-apa. Aku hanya pelayan rendahan yang menuruti perintah majikannya.

Dalam hati aku terharu atas sikap Maven yang peduli terhadap pelayan rendah sepertiku sebelum sadar bahwa sebenarnya aku bukan pelayan sungguhan. Mereka lantas melepasku dan menggiring Maven ke penjara.

Jelas, aku tak terima sahabatku satu-satunya ditahan. Jadi, aku memohon kepada para penjaga keamanan untuk melepaskan Maven. Toh, peti itu sudah kami kembalikan ke pengawal si Tamu Istimewa. Namun, para petugas itu tidak mau. Bahkan ketika aku mengeluarkan jurus tolong-kasihanilah-kami, mereka tak terpengaruh.

Aku lantas bertanya apa yang akan terjadi pada Maven di penjara dan mereka malah menunjuk ke arena tarung Del Brufe. Kupikir Maven akan dihukum memijat kaki para pertarung di sana. Tetapi ternyata dia bakal dihukum sebagai sasak para petarung.

Siapa yang tidak panik ketika tahu temanmu akan menjadi sasak manusia-manusia yang hobinya meremukkan tulang? Kalau aku sih tentu panik. Rasanya aku ingin berteriak 'tidak!' sambil salto tanpa pakaian. Aku tak bisa membayangkan Maven mengenakan sarung, berkeliling arena sambil membawa tulisan, Hei, aku sasak, silakan pukul aku sebagai latihan! Mengerikan, bukan?

Jadi, sebagai kawan yang setia aku melakukan tawar-menawar kepada para petugas keamanan. Yah, bahasa halusnya sih aku berusaha menyuap mereka. Namun, tak kusangka mereka meminta banyak sekali dariku. Mereka menginginkan 1000 keping emas untuk kebebasan Maven.

Mereka benar-benar rakus! Berapa kilo sapu tangan lady yang mesti kucuri untuk mendapat emas sebanyak itu? Aku bahkan yakin jika seluruh sapu tangan lady di kota ini dikumpulkan dan dijual, harganya tak mencapai 1000 keping emas.

Aku menawar menjadi 100 keping saja, tetapi mereka menolak. Aku tak punya pilihan. Rasanya aku ingin mengucapkan selamat tinggal kepada Maven dan memberinya selamat atas pekerjaan barunya. Tetapi, membayangkan dia mengenakan sarung .... Ya Tuhan, nasibmu malang sekali, Maven. Seandainya aku kaya. Aku akan membeli rumah, sawah, pabrik, pakaian, makanan, ... apa? Menebus Maven? Siapa Maven?

Holly Serpent : Three Crused AmuletsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang