Mission | 02

14 2 0
                                    

Berkat kehadiran Helios dan obatnya, Luna lebih cepat pulih dan dapat bekerja dengan baik. Dia pergi meninggalkan rumah sebelum mentari terbit, membawa Ice bersamanya. Trisha dan Glenn, dua rekan akrabnya sekaligus rekan kerja, menyambut begitu bahagia. Mereka baru sadar ada perubahan besar pada Luna. Gadis itu begitu ceria, dia membuka toko bunga dan kedai kopi sendirian seakan keberadaan mereka terlupakan.

"Ada apa?" Luna bertanya setelah puas dengan hasil tatanan pot bunga kaktus di rak teratas dari empat susun lemari. Dia kaget mendapati dua temannya di sampingnya padahal mereka tidak sebentar mendampinginya. "Aku tidak melakukan kesalahan, kan?"

"Aku tidak pernah melihatmu sebahagia ini, apa dia menjenguk ke rumahmu?" tanya Glenn penasaran dan tersenyum bangga melihat anggukan penuh malu-malu dari Luna. "Lihatkan, Tis! Aku tidak pernah salah kalau menyelesaikan permasalahan cinta!"

"Bentar! Maksudmu apa?" Luna bertanya dan Trisha mencolek Glenn dengan sangat panik seakan mereka ketahuan berbuat buruk. "Kamu yang memberi alamatku, Glen?"

"Dia terlihat begitu sayang padamu jadi aku menyerahkannya agar dia bisa langsung menemukanmu." Glenn menjabarkan tanpa merasa bersalah, bahkan dia sangat bangga. "Sebenarnya lelaki itu siapa sih? Kamu berhutang banyak cerita pada kami!"

"Glenn, sudah!" Trisha menahan Glenn untuk tidak lebih banyak memberondongi Luna dengan pertanyaan begitu pribadi dan sensitif. "Luna baru pulih dan kamu mau buat dia kembali drop karena segala keingintahuanmu?"

"Memangnya kenapa? Apa lelaki itu pernah berbuat jahat pada Luna? Apa jangan-jangan dia adalah mantan Luna?! Apa aku benar?!"

Glenn bertanya tambah banyak. Luna memijat kening yang mulai berdenyut. Trisha mencubit pinggang Glenn membuatnya menjerit kesakitan sambil menepuk bahunya sebagai balasan. Mereka menjadi bertengkar dan membuat pusing yang Luna rasakan semakin parah.

"Hentikan!" Luna berteriak frustasi sambil memisahkan calon pasangan yang terus melempar kalimat menyudutkan. "Kalian tidak perlu khawatir karena dia hanyalah orang di masa laluku. Hubungan hami sudah selesai dan tidak ada yang perlu kami urusi bersama."

"Apakah Ice tidak kamu perhitungkan?"

Sebuah suara selain Trisha dan Glenn ikut bergabung membuat Luna terkejut bukan main, gadis itu terpaku di tempat dengan perasaan campur aduk. Dia tidak mendengar bel berdenting kala sepasang calon pasangan itu bertengkar karenanya dan kehadiran Helios tidak disadarinya. Lelaki itu memakai sweter abu dan celana training warna senada, pakaian sama saat dia memasak karena Luna tidak mau Helios merasa tidak nyaman saat masak karena pakaian formalnya sudah begitu kotor.

"Maaf? Apa aku sudah mengganggu kalian?" Helios kembali bertanya dan bertiga serempak menggeleng kepala beberapa kali. Senyumnya muncul, tapi sangat sebentar. Wajah kecewa dan tidak terima tertuju pada Luna dan pot bunga di tangan. "Lun, kamu sudah bekerja?! Bukankah aku memintamu untuk istirahat dulu sampai pulih?"

"Aku sudah sehat! Lihatlah!"

Luna membantah sambil menekuk lengan seperti binaragawan, Helios menggeleng heran. Lelaki itu hampir menceramahinya, tapi ditahan melihat dua temannya yang menyusul. Mereka mendampingi Helios setelah bertos ria.

"Tempatnya sangat keren! Aku baru tahu ada toko bunga dan kedai seperti ini!" North memuji sambil mengamati dekorasi ruangan yang begitu klasik. "Hel, itu Luna!"

"Aku tahu!" Helios bergumam dengan mendengus sebal. "North! Aku sudah kemari sekali jadi tahu!"

North terbengong sejenak sebelum lanjut menikmati ruangan cukup besar itu. Tangannya beberapa kali memungut pot bunga bonsai dan berbinar karenanya. Lirikannya tertuju pada Lionel yang sangat kaku, lelaki itu fokus pada list jadwal pekerjaan yang harus Helios jalani.

LOVEDAY MISSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang