Mission | 05

4 0 0
                                    

⚠️GAADA ADEGAN HELIOS-LUNA, BISA DIBACA JIKA TERTARIK DENGAN KEROMANTISAN PARA 'TANGAN KANAN' HELIOS⚠️

Liberty merenggangkan kedua tangan tinggi-tinggi, merelaksasi dari pegalnya pencatatan pengeluaran dan pemasukan bulanan yang akhirnya seimbang. Dia menggendong tas selempang dan bangun, merapikan meja kerjanya hingga tak ada satu benda yang tergeletak.

"Yuk pulang, Sayang!" Liberty memanggil London yang berdiri di samping meja kerja Helios. Dia melihat punggung itu begitu tegang. Pandangannya tidak teralihkan dengan panggilan manis darinya. "Sayang? Aku sudah selesai."

London masih bergeming, Liberty mendekatinya perlahan dan memberi pijatan membuatnya menghadapi dengan senyum kaku. Wajahnya sangat terkejut walaupun sementara.

"Maaf, aku kepikiran sesuatu." London bergumam membuat Liberty mengernyit heran. Lelaki itu merangkul dan membawa pergi dari ruang kerja. Mereka memasuki lift yang sedari tadi terbuka seakan menunggu dan berdiri dengan canggung. "Apa mereka bisa menikmati konser dengan baik?"

"Oh, kamu memikirkan pak bos dan Luna, ya?" Liberty berujar dengan sangat riang, sudah memecahkan misteri dari diamnya London. "Aku tidak tahu apa yang terjadi di sana. Mungkin baik, bisa juga berjalan buruk. Namun aku yakin itu langkah pertama yang akan berakhir baik."

"Bagaimana kalau Luna justru meninggalkan pak bos lagi? Aku cemas pak bos bisa kehilangan Luna untuk kedua kali karena terlalu tergesa-gesa." 

Liberty mengangguk kecil, dia menyetujui kecerobohan Helios. Pendekatan yang dilakukan terlalu ekstrim dan Luna bisa saja langsung mendeteksinya. Namun Liberty tidak bisa membela Luna ataupun Helios. Gadis itu terdiam membisu memikirkan perasaan Luna saat ini.

Suasana menjadi canggung, London merasa bersalah karena membawakan obrolan begitu kompleks pada kekasihnya itu. Dia merangkul dan meremas dada membuat Liberty memukul tangan nakal dengan menahan desahan.

"Jangan sekarang! Aku lapar, London!" Liberty menolak dan mengambil tangan untuk digenggam erat. Dia memunggungi London yang iseng menempelkan dada berototnya di punggung. "Jangan lupa, kita masih di kantor! CCTV dimana-mana!"

London manyun dengan menggerutu pelan, dia menggunakan pipi chubby sebagai pengganti dan langsung mendapatkan pukulan dari Liberty. Gadisnya sangat overthinking dan mulai main tangan membuat tampak makin menggemaskan.

"Gimana kalau kita dinner?" Liberty membalik badan, manik birunya tampak berbinar. London berhasil menggaetnya lagi dengan rayuan. "Sambil menikmati pergantian malam."

London tersenyum gembira melihat tanda-tanda baik, tapi itu musnah. Dia mendapatkan serangan cubitan gemas dan mulai berpura-pura kesakitan walaupun merasa senang.

"Halah, alasan! Paling nanti berujung pertanyaan 'Kita istirahat di hotel terdekat sini' untuk bersenang-senang di sana, kan?!" Liberty menggerutu dengan memalingkan wajah meronanya, dua pipinya menggembung besar membuat London tak sabar untuk 'memakan' sekarang jika lupa diri. "Aku mau ke restoran sushi. Sudah lama nggak makan ramen super pedas."

Obrolan Liberty dan London mulai mengarah pada makanan, mereka bergegas menuju parkiran melihat lantai dasar sudah sangat sepi dan lampu begitu remang-remang. Mereka pergi ke tempat yang Liberty arahkan menggunakan mobil London. Dia aktif mengintruksi jalur yang harus ditempuh membuat London diam-diam tersenyum senang. Mereka tiba dalam waktu dua jam, London turun dan mengedipkan mata pada Liberty yang mendelik tajam.

"Jangan ngintip! Awas aja kalau berani!"

Liberty mengancam dan London mengangkat tangan. Nah, ini yang paling ditakutinya daripada Helios. Liberty tidak segan meninggalkannya tanpa aba, berbeda dengan Helios yang banyak mengancam tanpa ada eksekusi sama sekali. London menyangga punggung di belakang mobil, menunggu dengan sangat sabar.

LOVEDAY MISSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang