Mission | 04

5 2 0
                                    

Kejadian percobaan penculikan tersebar luas dan menjadi topik paling panas dan pamornya mengalahkan segala kasus politik yang terus dibahas selama sebulan. Supir taksi dijatuhkan hukuman penjara dan kehilangan pekerjaannya, itu yang dijabarkan Helios.

Luna kembali meliburkan diri dan berdiam diri di rumah sewaannya. Para paparazzi menghantuinya dengan silau kamera dan siap mengantarnya kembali ke gemerlap dunia entertainment, sebuah 'dunia' yang begitu menantang dan penuh kontroversi.

Helaan napas keluar begitu saja melihat panggilan dari Helios. Baru saja dipikirkan dan pria itu menghubunginya. Kepalanya mencuat dan serbuan kamera dari arah bawah membuatnya segera bersembunyi. Dia tidur dalam posisi tengkurap dan mengangkat telepon, wajah Helios yang fokus ke arah lain membuatnya berpuluh kali lebih tampan.

"Halo? Gimana keadaanmu? Merasa baik?" Helios memulai, kali ini bukan kesalahan ponselnya. "Aku mau mengajakmu pergi ke konser, di O2."

"Dalam rangka apa?!" Luna bertanya dengan perasaan kagetnya sekaligus penasaran. "Aku tidak menerimanya jika hanya usaha untuk membujuk...."

"Nggak! Nggak sama sekali!" Helios menyela dengan panik. Dia tidak membiarkan Luna menyelesaikan kalimatnya. "Aku dapat berita kalau toko ibuku barusan untung melimpah. Anggap saja aku mentraktirmu karena mau membocorkan resep rahasia!"

"Aku tidak melakukan hal besar untuk kamu balas." Luna lagi dan lagi membantah. Dia mengusap wajah begitu merasakan dirinya hanyalah remahan dari deretan mantan Helios yang berprofesi sebagai penyanyi multitalenta. "Sebuah resep tidak sebanding dengan usaha mereka mengangkat namamu."

"Benarkah?" Helios membalas dengan nada heran lalu terbahak. Luna kebingungan sampai pria ramah itu kembali berbicara. "Tapi menurutku, kamulah jauh berpengaruh untukku. Mereka tidak punya kemampuan membuat variasi kue. Lagipula aku menyukaimu dari sifatmu, ada banyak yang mencari untung, tapi tidak ada yang bersedia membagi rezekinya."

"Kamu kira aku Tuan Crab!" Luna berkelakar dan tertawa lepas bersama Helios walaupun beda tempat. "Aku serius, ih! Aku tidak secantik mereka, penampilanku tidak memenuhi standar TV."

"Memangnya kenapa? Kamu cantik dengan caramu sendiri." Helios menjelaskan dan menghangatkan hati Luna yang sedari tadi dirundung berita burung yang sangat tidak mengenakkan untuk dibacanya. "Aku baru sadar! Kamu dari tadi membahas mantanku, ya?"

"Yaiyalah! Siapa lagi?" Luna membalas dengan gemas lalu tertawa sinis untuk dirinya sendiri. "Aku tidak pernah pantas untukmu, Helios."

"Kamu tidak perlu memantaskan untuk siapapun. Kamu sangat langka dan berbanggalah untuk itu."

"Tapi...."

"Kalau memang tidak mau, yasudah! Aku tinggal batalkan."

"Sayang tiketnya, Hel!" Luna mengeluh dan menjadi bimbang. "Kamu nggak buang, kan?"

"Habisnya mau diapakan. Aku menulis namamu, bukan para mantanku." Balas Helios dengan kekehan menjeda. "Kamu mau, nggak? Penawaran terbatas, loh!"

Luna menggigiti jari resah. Dia tidak bisa menolak penawaran yang sangat menggiurkan itu. Namun di satu sisi dia merasakan ketakutan teramat sangat. Dia tidak mau dikepung oleh para fans Helios dan wartawan kurang bermoral. Pengalaman masa lalu menjadikannya teramat sangat trauma dengan kepungan.

"Aku... Di sini ada banyak paparazzi, Hel. Aku tidak tahu cara ke luar rumah."

"Oh itu. Tidak ada yang bisa mengganggumu. Aku jamin itu."

"Aku tidak punya alasan untuk menolaknya."

"Jadi, kamu mau?!"

"I... Iya?"

LOVEDAY MISSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang