"coo tolong antar pesanan ini ke meja 12 ya," kata salah satu pegawai cafe kepada temannya.
"Siap bos."
Cafe terbilang cukup ramai siang itu. Jadi semua pegawai membagi tugas-tugasnya agar pelanggan tidak kecewa.
Pegawai disana sebenarnya terbilang cukup banyak, tapi karena banyaknya pengunjung yang datang, mereka sedikit kelimpungan."Bos, sejak coo kerja disini, cafe kita tidak pernah sepi ya."
"Dan semuanya adalah fans darinya," kata laki-laki berpawakan tinggi besar yang dipanggil bos itu.
"Bos tidak cemburu?"
"Cemburu? Gak lah. Aku percaya dia tidak akan selingkuh dariku," jawabnya sambil menampilkan senyuman diwajahnya.
"P'Joss...Aku lapar. Boleh ya aku istirahat dulu," tiba-tiba Coo mendatangi 2 orang pria yang tengah membicarakannya.
"Tentu saja sayang. Aku sudah membuatkanmu makanan. Makanlah di ruang kerjaku," kata Joss sambil membelai surai halus rambut coo.
"Earth.." seketika Joss dan Coo melihat ke arah suara.
"Earth..ternyata selama ini kamu disini."
Joss dan Coo hanya saling melihat satu sama lain.
"Maaf, anda siapa ya?" Tanya Joss
"Earth, phi rindu. Kenapa kamu menghilang?" Lelaki itu mengabaikan pertanyaan Joss dan menghampiri sosok Coo
"Maaf mungkin anda salah orang, permisi," kata Coo sambil pergi meninggalkan lelaki itu dan Joss.
.
.
.
."Maaf, cafe kami akan segera tutup," kata Joss pada Kao yang masih menunggu Coo yang menurutnya adalah Earth
"Saya akan pergi jika saya boleh bertemu dengan kekasih anda," kata Kao tegas
"Mengapa anda ingin bertemu dengan kekasih saya?" Tanya Joss
"Saya ingin memastikan bahwa dia adalah orang yang selama ini saya cari."
"Dia berkata dia tidak mengenal anda. Dan nama dia adalah Coo bukan Earth seperti yang anda sebutkan sebelumnya. Jadi saya mohon anda segera pergi dari cafe saya sebelum saya panggilkan kepolisian setempat. Silakan pergi," kata Joss dengan emosi namun tetap tenang di setiap perkataannya.
Mendengar perkataan Joss, Kao pun beranjak pergi. Tapi dalam fikirannya dia akan kembali besok hingga seseorang yang dia yakini sebagai Earth itu dapat bertemu dengannya.
.
.
.
."Kamu kenal dengan lelaki itu? Jujurlah padaku," tanya Joss kepada Coo setelah mengusir Kao dari cafenya. Tapi Coo hanya terdiam tidak menjawab pertanyaan dari Joss. Coo hanya menundukkan kepalanya sambil bermain dengan kuku-kuku jarinya.
"Apa orang itu yang telah mengkhianatimu? Apa orang itu yang membuatmu seperti ini?" Tanya Joss sekali lagi.
"Baiklah jika kamu tidak ingin menjawabnya. Aku anggap kamu tidak mengenal orang tersebut," kata Joss sambil berjalan meninggalkan Coo seorang diri di dapur cafe.
"Jika dia kembali besok, bolehkah aku menemuinya?" Tanya Coo pada Joss sebelum Joss berjalan lebih jauh. Joss langsung menghentikan langkahnya. Dia memejamkan matanya sejenak sambil menghembuskan nafasnya cukup berat.
"Kenapa?" Hanya itu pertanyaan Joss, tapi sudah membuat Coo sedikit takut, takut Joss akan semakin emosi.
"Dia berkata ingin memastikan bahwa aku adalah orang yang selama ini dia cari. Akan aku buktikan jika aku bukan orang tersebut padanya," kata Coo dengan menundukkan kepalanya.
"Baiklah jika itu maumu. Aku ijinkan," kata Joss.
.
.
.
.
Cafe milik Joss baru saja di buka 1 jam yang lalu namun pelanggan mulai meramaikan cafe yang berada di pertengahan kota Chiangmai itu.Terdengar suara gemerincing gelas dan percakapan riuh dari para pengunjung yang sedang menikmati minuman dan makanan. Aroma kopi yang harum menyambut siapa pun yang memasuki cafe ini, sementara lampu hangat di langit-langit menciptakan suasana yang nyaman dan hangat. Para pegawai dengan gesitnya menyajikan pesanan pelanggan sambil sesekali tersenyum ramah. Musik yang sedang diputar mengalun lembut di latar belakang, menambah kesan cozy dari cafe ini.
Suasana ramai dan penuh kehidupan seakan membuat waktu berjalan dengan lebih lambat, membiarkan setiap orang menikmati momen santai mereka dengan sempurna.
Kao memasuki cafe milik Joss dengan hati-hati, menyusuri lorong-lorong di antara meja-meja yang dipenuhi oleh pengunjung cafe yang ramai. Suara percakapan dan tawa dari para pengunjung terdengar di sekitar, namun Kao tetap fokus pada tujuannya untuk menemui Earth. Para pegawai yang sibuk melayani pelanggan terlihat tidak terlalu memperhatikan kedatangan Kao, sehingga Kao bisa bergerak tanpa terlalu mencolok.
Kao terdiam duduk di pojokan cafe sambil menatap kearah dapur menelisik apakah earth berada disana hingga Joss menyadari kehadiran Kao. Joss langsung menghampiri Kao.
"Anda datang kemari ingin memesan sesuatu atau ingin bertemu dengan kekasihku? Jika ingin pesan sesuatu, silakan langsung pesan di kasir," kata Joss tegas
"Tentu saja saya ingin memesan sesuatu disini. Saya rasa kopi buatan cafe ini tidak terlalu buruk. Namun tujuan utama saya masih seperti kemarin, dan anda tahu itu," kata Kao tidak kalah tegas. Sorot mata mereka saling menyalurkan ketidak sukaan satu sama lain yang membuat suasana diantara mereka terlihat mencekam.
"Baiklah saya ijinkan anda bertemu dengan kekasih saya tapi dengan syarat, jika dia bukan seseorang yang anda cari, saya harap saya tidak akan melihat anda lagi di cafe saya," kata Joss
"Baiklah saya terima penawaran anda."
"Pesanlah dulu kopi yang ingin anda inginkan. Akan saya panggilkan kekasih saya agar menemui anda," kata Joss sambil beranjak pergi dari hadapan Kao.
.
.
.
.
Waktu terus berlalu, sudah kurang lebih 30 menit Kao menunggu seseorang yang sangat ingin dia temui. Tapi melihat suasana cafe yang cukup ramai, sesekali Kao melihat orang yang ingin dia temui masih berkutat melayani para pelanggan. Dan Kao sangat mengerti hal itu. Kao akan setia menunggu sambil terus mengikuti gerak gerik kemana perginya orang tersebut sambil sesekali menyisip kopi yang telah dia pesan tadi."Untung saja kopi disini tidak terlalu buruk," batin Kao
Tiba-tiba handphone Kao bergetar, dia melihat sebuah nomer yang sangat dia kenal muncul di layar handphonenya.
"Halo Phi, ada apa?," sapanya
Mew di ujung telepon, dengan suara hangatnya bertanya, "Kao, dimana keberadaanmu sekarang? Aku mencarimu di kantor, tapi kata Prim kamu sedang ada urusan mendadak."
Kao merasa sedikit canggung. Dia tidak ingin Mew tahu bahwa hari ini, setelah sekian lama, dia akan bertemu dengan seseorang yang Mew tak pernah bisa lupakan, Earth. Seseorang yang pernah menjadi bagian penting dalam hidup mereka berdua.
"Aku sibuk, Phi. Sedang rapat mendesak di luar kota," ujar Kao singkat, berharap Mew tidak bertanya lebih lanjut.
Namun, sambil menjaga percakapannya dengan Mew, Kao tidak bisa menghindari pandangannya yang tertuju pada Earth. Earth, dengan rambut hitamnya dan senyuman yang tak terlupakan, sibuk melayani pelanggan dengan penuh semangat.
Terkadang, kebenaran harus disembunyikan agar luka lama tidak terbuka kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHITE LIES
FanficEntahkah prasangka atau memang benar firasatku Ada hati lain yang kaujaga -Earth Inilah aku, yang berusaha agar tidak ada yang terluka -Mew Jika menyakitkan, berhentilah Sampai kapan kamu tetap disini? -Kao