- hari pertama -
Setelah merapikan barang-barang dan membagi kamar, kini mereka semua pun tengah duduk berleha-leha di ruang tv.
Terdapat enam kamar di villa ini hingga satu kamar berisi dua orang.
Chalisa-Kinan
Raya-Yola
Elina-Nesya
Raden-Edgar
Malik-Bayu
Dimas-Juna"Ini villa bener-bener top markotop dah!" Dimas yang baru kembali dari dapur berseru dengan tangan yang membawa potongan buah dalam mangkuk.
"Kulkas di sini ternyata udah penuh anjir, jadi kita kayaknya gak perlu beli bahan-bahan buat masak."
"Eh? Serius, Dim?" tanya Elina.
"Ho'oh," Dimas lalu duduk di sebelah Edgar. "Emang sengaja diisiin atau gimana dah, Jun?"
Juna mengangguk singkat. "Kata temen gue villa di sini emang gitu, kita gak perlu repot-repot beli bahan makanan karena pasti udah disediain."
"Kenapa gak dari kemaren-kemaren aja ya kita liburan ke sini," ucap Kinan lalu mencomot buah mangga dari mangkuk Dimas. "Tau villa nya se worth it ini mah gue udah gas dari dulu kayaknya."
"Lo kenapa baru ngasih tau kita dah, Jun, kalau lo tau ada villa ini?" Malik menatap Juna. "Kalau udah tau dari lama mah kita liburan ke sini aja pas libur semester kemaren."
"Gue aja baru tau dari temen gue yang baru balik liburan dari sini, terus dia tiba-tiba ngerekomendasiin villa ini kalau gue mau liburan katanya."
"Temen jurusan?" tanya Edgar.
"Enggak, beda jurusan, cuma kadang satu tongkrongan kalau di kampus." ucap Juna. "Tapi dia udah pindah kampus sih."
"Loh? Pindah kenapa?" tanya Nesya.
"Kagak tau," Juna menggelengkan kepalanya. "Tiba-tiba aja dia balik liburan dari sini langsung pindah katanya, gue aja belum sempet ketemu lagi sama dia, udah lumayan lama gue belum ketemu lagi sama tuh anak."
"Terus dia ngerekomendasiin villa ini gimana kalau lo aja belum ketemu sama dia?" bingung Chalisa.
"Kan ada yang namanya hp pinterrrr," Bayu menyahut. "Ya pasti lewat hp lah Juna berkabar sama temennya itu."
Juna menganggukkan kepalanya, membenarkan ucapan Bayu.
"Ada kenalan cewek cantik gak lo, Sa, di kampus lo?" Malik menatap pada Chalisa. "Kenalin boleh lah ke gue, pengen punya cewek nih gue."
"Lah ini," Chalisa menunjuk kelima teman perempuannya. "Mereka kan jomblo semua, pilih aja nih mau yang mana."
"AMIT-AMIT!!" ucap Kinan dan Raya bersamaan.
"Ogah banget gue sama Malik," ucap Yola.
"Gue lebih baik menjomblo daripada harus jadi ceweknya Malik," timpal Nesya.
"Aku juga gak mau sih," ucap Elina.
"AHAHAHAHAHA!!!" Bayu dan Dimas tertawa puas.
"Anjir tertolak sana-sini bangsat!" tawa Juna.
"Sedih banget sih gue kalau jadi lo, Lik," Raden ikut meledek.
"Brengsek!!" kesal Malik. "Gue ini cakep ya! Banyak yang ngincer gue!"
"Masa sih???"
Padahal apa yang dikatakan oleh Malik itu tak sepenuhnya bohong, di kampusnya itu Malik memang cukup terkenal dan banyak disukai. Hanya saja tidak ada yang menarik bagi Malik.
Walaupun menurut orang-orang Malik itu ganteng, tapi bagi teman-temannya yang ada di sini Malik itu tidak ada apa-apanya.
Ingatlah, mau semenarik apapun seseorang jika kita sudah berteman lama dan mengetahui babat-bebet-bobotnya seperti apa maka kita akan menganggapnya biasa saja, tidak menarik sama sekali.