Special chapter ini gak ada hubungannya ataupun terusan dari ending ya. Ending cerita ini tetep di chapter sebelumnya, jadi ini cuma special chap aja oke, just special. So, happy reading y'all 💛
.
.
.
.
.
"AAAA BAYIIII!!"
Keempat perempuan cantik yang tadinya tengah asik mengobrol itu sontak langsung berlari girang begitu pintu terbuka dan menampilkan sosok yang sedari tadi mereka tunggu-tunggu.
"Apasih! Gue yang gendong!"
"Gue duluan!"
"Eh gue duluan ya yang berhasil megang si bayi!"
"Ngalah gak lo pada?! Gue duluan yang gendong!"
"Enak aja! Gue duluan pokoknya!"
"Gue—"
"Anak gue nangis karena badannya pada sakit-sakit nanti awas ya lo pada." Raden menatap datar keempat teman perempuannya itu hingga keributan diantara Kinan, Nesya, Raya dan Yola itu langsung terhenti.
"Kebiasaan banget ribut-ribut," Elina menghampiri teman-temannya itu dan dengan santainya langsung mengambil alih bayi yang ada di gendongan Chalisa lalu membawanya pergi.
"ELINAAAA!!!"
Chalisa tertawa seraya menggelengkan kepalanya begitu melihat raut wajah tidak terima keempat temannya karena Elina yang mendahului mereka semua.
Menjadi orang pertama yang menempuh hidup baru diantara teman-temannya yang lain membuat Chalisa dan Raden kini mempunyai keluarga kecilnya sendiri. Dan hadirnya seorang bayi cantik di keluarga kecilnya itu membuat kebahagiaan Raden dan Chalisa menjadi sempurna, bahkan putri kecil mereka itu selalu menjadi bahan rebutan teman-temannya yang lain.
"ANAK PERAWAN GUE UDAH DATENGGG!!" Bayu dengan girang langsung berlari dari halaman belakang begitu melihat bayi cantik yang di gendongan Elina.
"STOP!!" Kinan melotot garang dan menghadang Bayu. "Lo abis main di belakang jangan berani-beraninya mau nyentuh anak gue! Mandi dulu sana!!"
"Gue gak main tanah!"
"Tetep aja!" omel Kinan. "Lo itu bisa bawa kuman tau gak! Kalau Cia nanti sakit gara-gara lo gimana?!"
Dimas terbahak. "Ya paling Bayu sama si Raden digantung di pohon karena udah bikin anak gadisnya sakit."
"Digantung terbalik," timpal Juna yang membuat tawanya dan Dimas semakin keras.
"Lama banget lo berdua datengnya," ucap Malik yang kini sudah duduk lesehan di karpet seraya memainkan tangan kecil Felicia— atau yang kerap mereka panggil Cia, putri kecil Raden dan Chalisa.
"Kan nungguin Cia bangun dulu," ucap Chalisa seraya duduk di sofa. "Kalau sengaja dibangunin nanti Cia nya jadi rewel."
"Iya sih bener," celetuk Raya. "Bayi kan kalau tidurnya diganggu pasti rewel, jadinya nanti nangis mulu."
"Cium dulu sini Aunty cium," Nesya yang duduk di sebelah Elina langsung mencium pipi gembul Cia yang benar-benar sangat menggemaskan, persis seperti mochi.
Merasa geli karena ciuman di pipinya itu Cia pun tersenyum dan tertawa hingga membuat mereka semua ikut tersenyum dan memekik gemas melihatnya.
"GEMES BANGET YA TUHAN!!"
"KOK BISA SELUCU ITU??!!"
"KIYOWOOOKK! ANAK GUE LUCU BANGET HUHUHU!!"
"ANAK GUE! POKOKNYA INI ANAK GUE!!"
![](https://img.wattpad.com/cover/354485147-288-k240761.jpg)