"Tempat Chalisa ganti pembalutnya waktu itu emang jauh, Den?"
Yola menatap pada Raden. Sudah hampir setengah jam mereka berdiri di tepi jalan menunggu Chalisa tapi tidak ada tanda-tanda Chalisa kembali.
"Enggak," ucap Raden. "Gak jauh abis masuk hutan kok tempatnya."
"Kok lama banget ya?" Bayu menatap lurus ke depan. "Kalau gak jauh harusnya gak selama ini."
Edgar melirik jam tangannya, sudah hampir pukul enam sore, dan langit pun sudah semakin gelap ditambah dengan hujan yang kembali turun. Edgar yang sedari tadi coba tenang dan berpikir positif pun kini rasanya benar-benar sangat khawatir dengan Chalisa.
"Lima menit lagi Chalisa masih belum balik mau gue susul."
Ucapan Raden itu membuat mereka semua menoleh. Bayu menghela napasnya dan membenarkan posisinya yang sedari tadi bersandar pada mobil. "Lo bisa gak sih gak usah gegabah?"
"Bu Sara ngelarang kita buat ikut masuk ke hutan, kalau lo nekat dan tetep batu lo bisa aja celaka nanti. Kita gak tau, Den, apa akibatnya kalau kita gak dengerin omongannya Bu Sara." ucap Bayu. "Bisa gak sih lo mikir sampe sana?"
"Terus lo mikirin Chalisa gak?" Raden menatap Bayu dengan tajam. "Dia sendirian di dalem sana, Bay! Chalisa di dalem hutan sendirian di tengah-tengah hujan dan langit yang udah gelap kayak gini!"
"Kalau Chalisa kenapa-kenapa gimana?!" sentak Raden.
"Egois banget lo anjing cuma mikirin Chalisa!" balas Bayu. "Gue tau lo khawatir sama dia! Kita semua juga sama!"
"Tapi kalau kita gak dengerin omongannya Bu Sara kita semua bisa celaka!"
"Gue gak minta lo ataupun yang lain buat ikut nyusul Chalisa ya bangsat!" bentak Raden. "Gue bilang gue bakal nyusul Chalisa kalau dia tetep gak balik dalam waktu lima menit! Dan gue gak minta lo buat ikut!"
"Seenggaknya gue bisa nyelamatin dan mastiin Chalisa gak kenapa-kenapa daripada gue harus berdiri di sini dan gak ngelakuin apa-apa disaat Chalisa harus berjuang seorang diri di dalem hutan sana!"
Bayu menarik baju Raden dan menatapnya tajam. "Lo bisa gak sih gak usah keras kepala?! Pikirin juga keselamatan lo! Lo bisa mati—"
"AAAAA!!"
Semuanya sontak menoleh begitu mendengar suara teriakkan itu. Jantung Raden berdegup kencang kala menyadari bahwa teriakkan itu berasal dari hutan, yang dimana itu artinya Chalisa lah yang berteriak.
"Chalisa.." Raden mendorong tubuh Bayu yang mencengkram bajunya dan langsung berlari memasuki hutan dengan cepat.
"RADEN!!" teriak Nesya.
"Kalian tunggu di sini," ucap Edgar pada Nesya, Elina dan juga Yola. Setelahnya Edgar pun berlari menyusul Raden.
Melihat Edgar yang mengejar Raden, Dimas dan Bayu pun pada akhirnya ikut berlari untuk menyusul keduanya.
Elina menatap kepergian teman laki-lakinya itu dengan cemas. Terlebih setelah mendengar teriakkan Chalisa tadi rasa khawatir Elina benar-benar semakin menjadi, Elina takut terjadi sesuatu pada Chalisa.
"CHALISA!"
Raden mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Chalisa. "CHALISA KAMU DIMANA?!"
Edgar mencoba mengatur napasnya yang terengah dan ikut mencari keberadaan Chalisa. Keadaan hutan benar-benar sangat sunyi dan itu berhasil membuat bulu kuduk Edgar berdiri.
"SA!" panggil Edgar dengan pandangan yang bergulir menatap sekitar.
"Chalisa kamu dimana?!" panggil Raden lagi. Raden ingat betul ini adalah tempat dimana Chalisa mengganti pembalutnya waktu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
VILLA | 97line [✔]
HorreurSemuanya bermula ketika mereka berlibur di villa itu.