1

220 14 0
                                    

 

"appa~~"

Tanya seorang pemuda yang sedang memungut sisa roti di piring dengan perlahan

"hm?"

ayahnya yang sedang sibuk membereskan berkas-berkas kantor hanya ber dehem saja

"appa sudah memikirkannya dua kali kan?"

Ayahnya menoleh perlahan dengan ekspresi datarnya

"tentu sayang, ayo selesai kan sarapan mu, appa sudah terlambat"

Sang ayah mengelus surai madu pemud itu dengan lembut, sang anak hanya tersenyum miring dengan perilaku ayahnya

"apa tujuannya pa?"

Cicitnya sambil menunduk takut, karna tatapan ayahnya akhir-akhir ini sedikit lebih tajam dari biasanya

"agar... Rekening appa selalu terisi penuh"

"aku bisa berhenti minta uang jajan kok pa, jadi... batalkan saja ya ya ya"

Pemuda itu menatap ayahnya dengan tatapan memohon sekali, dia tidak yakin untuk keputusan kedua orang tuanya ini, ada dua faktor yang membuatnya tak setuju.
Pertama, dia masih ingin melanjutkan sekolahnya dan bisa mewujudkan cita-citanya
Ke dua, dia belum siap untuk tinggal dengan orang asing, terkadang kalau dia sedang pergi jauh bersama teman-temannya dia pasti akan mengatakan kalau dia merindukan orang tuanya,
Itu yang dia hawatirkan.

Tapi berbeda dengan keputusan orang tuanya,
Sang ibu ingin anak nya menjadi mandiri dan belajar untuk mengenal sifat pemuda berumur 20 tahun, anaknya ini begitu manja di umur 20 tahun, cengeng, sering merengek seperti se orang bayi, tapi wajah anaknya ini masih patut di panggil sebagai bayi, bagaimana tidak anaknya ini begitu menggemaskan bila sedang marah, kalo keputusan sang ayah hanya menurut saja,

"maaf ya sayang, appa kali ini tak bisa mengalah"

Anaknya cemberut dan mengedarkan pandangannya asal dan berusaha untuk tidak menangis di sini, sudah ku bilang anak itu cengeng

"kenapa Dong hyuckiiee?"

Di keheningan yang berlangsung 10 detik itu ber akhir karna ibunya manuruni tangga dengan switer di tangannya

"ada apa?"

Sang ibu menatap suaminya dengan tatapan seolah bertanya, suaminya menjawab dengan matanya, dia hanya menyudutkan pupilnya ke arah anaknya, Dong hyuck.

Anaknya hanya menatap lantai dan matanya sudah ber kaca-kaca

"masih pagi kok sedih begitu"

Dong hyuck hanya diam saja dengan tanggapan sang ibu

"masih soal yang sama?"

Dong hyuck mengangguk pelan dan menatap ibunya dengan tatapan sendu bercampur harapan

"hmm, jangan sedih begitu dong"

"eomma, aku tak apa"

Sang anak merasa malu dengan tingkahnya sendiri, terlalu manja dan alay

"ayo berangkat dulu, appa sudah terlambat"

"ne appaa"

Anak itu berdiri dari duduknya dan berlari untuk memeluk sang ibu

"sayang eommaaa!"

Sang ibu yang bernama TEN
Tersenyum manis, dirinya sedikit ter huyung karna dong hyuck yang menghantamnya dengan pelukan

"eommaa lebih sayang adek"

.

"dadahh!"

Remorse || MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang