༺༻
“Mencapai puncak adalah opsional, turun itu wajib.”
⚙︎
Bang Jo masih terlihat sangat shock, tapi perlahan mulutnya terbuka dan meminum air dalam botol itu sedikit demi sedikit.
"Astagfirullahal'adzim!" dengan suara pelan dan lemah Bang Jo mengucapkan Istighfar, lalu mulai berbicara.
"Ken udah nggak ada, Ken mati, Ge! Ken, A-argh kenapa jadi gini Ge!" teriak sesal Bang Jo.
Ge tertunduk lemah, "Semoga Ken tenang di alam sana." batin Ge.
Setelah mereka semua selesai mendo'akan Ken, Bang Jo terdiam sejenak, matanya melirik ke arah Ken dengan pandangan sendu.
"Lo darimana sih, Ge? Pinggang Lo kenapa? Kayaknya Lo luka, Ge!" tanya Bang Jo yang terlihat cemas.
Bang Jo terus saja bertanya, Ge sangat paham kalau Bang Jo pun sama paniknya dengan Ge. Ge bingung harus menjawab apa sama Bang Jo dan yang lainnya.
Ge terdiam sejenak.
Sementara Kai memberikan minum pada Jia seraya berusaha meyakinkan, menenangkan, dan menguatkan mental sahabatnya itu.
Ge akhirnya menjawab pertanyaan dari Bang Jo.
"Ceritanya panjang Bang, nanti aja Gue ceritain kalo kita udah turun dengan selamat." ujarnya.
"Hmm, oke!" jawab Bang Jo seraya tersenyum kecil.
"Bang Jo! Kita nggak mungkin biarin Ken kayak gitu semalaman, kita tutupin pake apa gitu!" saran Vey.
"Oh bener Vey, masukin sleeping bag punyanya Ken aja, ya? Ge, bisa bantuin Gue?" tanya Bang Jo.
Ge mengangguk tanda setuju.
Ge dan Bang Jo memasukan tubuh Ken ke dalam sleeping bag, sementara Kai dan Vey memapah Jia ke luar tenda dan pindah ke tenda sebelah agar tidak melihat terus ke arah Ken, takutnya malah makin bikin parno dan panik lagi.
"Kai, kayaknya kita semua bakalan mati di sini deh! Gue takut, Kai!" kata Vey yang panik terbawa suasana.
"Gue nggak mau mati di sini, nggak mau!" Jia mulai panik lagi.
Kai segera mendekap Jia dan Vey, berusaha menenangkan keduanya.
"Kita pasti selamat Jia, pasti! Vey, tenang aja Lo bakalan pulang ke rumah, kita pasti pulang. Gue, kalian, dan yang lainnya pasti selamat walaupun Ken udah mati, dan kalo pun harus ada yang tetep tinggal di sini itu Gue! Seperti yang seharusnya, sesuai dengan yang telah dijanjikan!" ujar Kai terlihat putus asa.
Ge mendengar semua percakapan trio wanita tersebut di tenda sebelah itu, karena memang bersebelahan sangat dekat.
"Kenapa Kai ngomong gitu, ya?" batin Ge.
Bang Jo masih sibuk merapikan tubuh Ken yang sedikit over size.
"Nah, sekarang udah rapi dan darahnya nggak makin kemana-mana!" ujar Bang Jo.
Setelah selesai, tadinya Ge ingin bertanya sama Bang Jo tentang apa yang Ge dengar barusan. Tapi Ge memilih diam karena tidak ingin bikin situasi makin runyam.
Ge keluar tenda dan mendekati tenda trio girls tersebut, di tenda itu Ge mendengar lagi Vey berbicara.
"Kenapa Lo ngomongnya kayak gitu, Kai? Sesuai perjanjian? Siapa yang janji?" tanya Vey penasaran.
"Janji apa, Kai? Gue nggak ngerti sumpah!" lanjut Jia yang juga penasaran.
Kai terdiam lalu terdengar lagi dirinya berbicara. "Gue, ntahlah Vey, Ji! Gue juga nggak begitu ngerti, Gue sama bingungnya sama kalian. Udahlah kita mesti buru-buru cari bantuan, perasaan kok nggak ada pendaki lain selain kita, ya?" kata Kai mengalihkan pembicaraan.
Jia dan Vey tidak ngejawab, mereka bertiga pun keluar tenda.
Ge yang melihat tiga wanita tersebut ingin keluar tenda langsung cepat-cepat menjauhi tenda itu.
Mereka berlima berkumpul. Ge, Bang Jo, Kai, Vey, dan Jia mulai berunding serius.
"Terus, sekarang kita gimana Bang? Gue udah nggak tahan, Gue pengen turun sekarang juga." pinta Jia tertunduk lemah.
"Tenang Jia, kita semua juga pengennya kayak gitu, sekarang udah jam 3 pagi, mentari sebentar lagi muncul!" tegas Bang Jo pada Jia.
"Terus sekarang kita diem aja? Gimana pun juga Gue nggak mau lama-lama di sini! Kalian bisa jamin kalo pun kita tetep di sini, beneran nggak bakal ada korban lagi, selain Ken? Bisa jamin nggak?" kata Jia dengan kesal tidak terkendali.
"Acara muncak gagal total! Kita puter balik sekarang juga!" umpat Kai secara tiba-tiba.
"H-hah!" Ge sedikit terkejut ketika mendengar keputusan Kai yang mendadak.
"Maaf, Kai!" kata Ge pada Kai.
"Maafin Abang juga Kai, maaf karena acara ini ancur." ujae Bang Jo, Abang kesayangannya.
"Kalian nggak usah minta maaf, ini semua udah nasib kita! Takdir gue lebih tepatnya." kata Kai seraya tersenyum palsu.
"Semuanya salah Gue, coba aja Gue nggak bego bikin acara konyol kayak gini! Pendakian ini bener-bener pembawa sial!" kesal Kai sambil menundukkan kepalanya.
"Udah Kai, tenang dan nggak usah nyalahin diri lo sendiri!" Ge menenangkan Kai dengan mengusap pundaknya.
"Udah! Tenang, yang perlu kita lakuin sekarang gimana caranya buat kita pulang dengan selamat!" tegas Bang Jo pada mereka semua.
"Iya Bang, karena nggak mungkin juga kita lanjutin naik dan ninggalin Ken di sini, mau nggak mau kita harus puter balik ngewatin pos 3 tadi, karena kita nggak tau jalan keluar selain jalan itu!" Ge memberi solusi yang membuat mereka berpikir jernih.
Tiba-tiba Vey berbicara. "Tapi, Gue nggak mau lewat jalan sana Bang, Gue takut, Gue trauma Bang! Nggak mau lagi lewat pos keramat itu!" Vey bersikeras tidak ingin melanjutkan perjalanan melewati pos 3.
Vey benar-benar tidak ingin lagi balik lewat pos 3 itu, dirinya berteriak-teriak histeris dan Ge tidak pernah melihat Vey sekeras kepala ini.
"Vey, turunin ego lo dikit!" Bang Jo terus membujuk Vey.
"Nggak! Gue takut." Vey kekeh tidak mau.
Bang Jo sudah menasehati beberapa kali pun, Vey tetap menangis tidak mau.
Bahkan, Kai dan Jia juga sudah membujuk Vey agar dirinya menurunkan ego efemeral, tapi Vey tetap tidak mau!
Terbenak dalam pikiran Ge. "Kok Vey sampe segininya, ya? Batin Ge.
☕︎
SETIDAKNYA VOTE & COMMENT SATU SAJA, BIAR AUTHOR SEMANGAT BUAT LANJUTIN CERITANYA.
MAKASIH ORANG BAIK! ㋡
KAMU SEDANG MEMBACA
BERTUKAR WAKTU
Mystery / ThrillerBerkisah tentang Kai, dan kelima sahabatnya yang terjebak di waktu yang berbeda. "𝐁𝐄𝐑𝐓𝐔𝐊𝐀𝐑 𝐖𝐀𝐊𝐓𝐔" - Cerita Fresh ✔ - Fantasy ✔ - Mystery ✔ - Petualangan ✔ - Plot Twist ✔ IMAJINASI DALAM BAYANG ㋡