00.06 : Fiat

44 5 1
                                    

༺༻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

༺༻

"Sebuah perjalanan mengartikan arti pentingnya kebersamaan."

⚙︎

Ge pikir wajar, karena di pos 3 tersebut Vey mengalami hal yang sangat mengerikan! Tapi, terlihat ada yang lain selain itu.

Mau tidak mau, Vey harus melawan Egonya dan mereka berlima sudah yakin kalau jalan keluar satu-satunya adalah berputar arah melewati pos 3 lagi, karena mereka tidak tau jalan lagi selain jalan itu.

Ge dan Bang Jo menggotong jenazah Ken, sementara Jia dan Kai memapah Vey, karena Vey tipikal orang yang mudah lelah dan lemah.

Mereka berjalan diiringi bismillah, seraya baca-baca ayat kursi dan do'a-do'a lainnya. Mereka berharap kejadian mengerikan itu tidak terulang kembali.

"Bismillah, ayok jalan!" kata Bang Jo.

Ketika di pertengahan jalan, tiba-tiba mereka berlima berpapasan dengan seorang Kakek tua!

Mereka semua langsung takut dan merinding, suasana hening! Mereka saling lirik dan tatap menatap penuh dengan rasa ketakutan.

Ada yang aneh dari Kakek itu, dirinya seakan takut terhadap Kai! Ge bisa melihat langsung dari raut wajah Kakek tersebut.

Kakek itu mundur pelan dan berkata. "Kalian mau kemana, itu kenapa digotong?" lirih kakek tersebut.

Mereka semua terdiam membisu dan tidak ada yang menjawab! Mereka sangat bingung menjawabnya, mereka pun mencoba positive thinking terlebih dahulu dan meyakini bahwa Kakek itu benar-benar manusia!

Bang Jo langsung menceritakan semua kejadian tentang apa saja yang mereka alami di gunung ini pada Kakek tersebut. Ge, Kai, Jia, dan Vey hanya menyimak serius keduanya.

Kakek tua itu sangat memaknai apa saja yang mereka ceritakan dan seperti sudah tau sejak awal.

Ge akhirnya memberanikan diri untuk bertanya pada Kakek tersebut.

"Kakek darimana? Kok, di hutan sendirian?" tanya Ge sembari kebingungan.

Kakek itu malah menjawab. "Kamu jangan banyak tanya nak, Kakek bisa bantu kamu dan kedua perempuan itu!" jawab Kakek tersebut sambil menunjuk ke arah Kai, Jia dan Vey.

"Bantu apaan? Dua perempuan? Apa yang dia maksud?" batin Ge.

Tiba-tiba, Jia berbicara. "Lah, apaan sih ini! Kakek, maaf kita nggak bisa lama-lama di sini, kita harus segera pulang dan kalian semua jangan terlalu terkecoh deh sama yang diomongin Kakek itu! Siapa tau dia bukan orang!" umpat Jia.

Mereka semua sangat terkejut dan benar-benar tidak menyangka Jia bakal berbicara sompral seperti itu.

Mereka semua sangat terkejut dan benar-benar tidak menyangka Jia bakal berbicara sompral seperti itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BERTUKAR WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang