Dàjiā hǎo! jīntiān wǒmen yòu cì jiàn le, hari ini kita ketemu lagi ya men-temen reader semuanya, gimana kalian hari ini? capek kah? sedih? badmood? seneng atau lagi bahagia abis ketemu doi nih? wkwk apapun itu jangan lupa selalu jalani hari dengan senyuman dan semangat okee? kalo capek inget senyum p*ps*d*n Wen Ning sama kakanda aja oke? wkwk happy reading semuanya, jangan lupa vote dan commentnya ya men-temen sekalian, thank you!
___
Wei Meilan tahu siapa orang-orang yang mengusiknya saat Yu Ziyuan masih bersamanya. Setelah mengumpulkan informasi mereka, dirinya menemukan bahwa salah satu orang tersebut adalah orang yang menghancurkan rencananya untuk Bibi Yu saat perburuan malam. Banyak nyawa hilang disebabkan oleh sabotase itu.
Ternyata rencana efisiennya cukup terpuji untuk mendapat perhatian dari para kultivator ternama, yang mana adalah ulah si pria itu.
Li Changjin.
Rumor mengatakan bahwa laki-laki ini masih berhubungan dengan keluarga Wen yang terjatuh. karena hal itu berdasarkan rumor, tak ada yang bisa membuktikan jika itu kebenarannya. Beberapa mengatakan dia berasal dari keluarga cabang klan Jin, dan menyamar jadi ia bisa melakukan hal yang ia inginkan, tanpa aturan ataupun klan menahannya.
Kabar-kabar burung itu cukup untuknya. Meilan tahu bahwa Li Changjin memiliki Tuan yang ia layani, dan dia hanyalah sebatas pion semata yang menganggap tinggi dirinya.
"Mengapa si bodoh ini suka sekali membuatku kesan dan menyerap habis kesabaranku? Aku tidak pernah melakukan apapun untuk membuatnya kesal tapi dia memanglah seorang yang gigih," gumamnya.
Awalnya keputusannya adalah memburu orang-orang untuk menemukan kebenaran, tapi hal itu tertunda di saat ia mendengar berita bahwa suami Jiang Yanli telah dibunuh oleh kakaknya saat upacara.
Ia bergegas menuju Gunung Yiling untuk mengetahui apa yang telah terjadi, tapi Wei Wuxian mengusirnya keluar. Dirinya meminta Wen Qing untuk menjaga sang kakaknya yang bodoh sebentar, di saat dirinya akan berbicara dengan seseorang.
"Meng Yao! Kau-" Wei Meilan berteriak saat dirinya menerobos masuk ke Menara Unicorn Emas. "Dimana kau? Tunjukkan wajah bodohmu itu sekarang!"
Para pengawal mengikutinya saat ia berhenti di tangga, menatap nyalang pada orang yang dicarinya. "Aku tidak akan memanggilmu dengan nama barumu, kau kepala miring(*)," Meilan mulai berbicara. "Tapi berani melawanku dan kakakku,"
"Berani untuk membodohi belahan jiwaku,"
"Berani untuk memanipulasi keluargaku dengan perkataan manismu,"
"Dan aku bersumpah atas makam ibuku, aku akan memastikan akhirmu tidak akan menjadi seperti yang kau inginkan. Jika Jin Zixuan tidak mengacuhkan peringatanku, dia tau apa yang akan terjadi pada dirinya,"
"dan sekarang, ini giliranmu dan juga pengikutmu. Jika kau berani mencoba memaksakan rencanamu, lebih baik kau berdoa saja aku akan tetap sibuk saat kau berhadapan dengan ketakutan terburukmu atau kau tidak akan menyukainya!"
"Ini bukanlah peringatan kosong. Aku sarankan kalian berhenti sekarang!"
"Nona Muda Wei," Jin Guanyao berbicara, tersenyum dengan kebingungan. "Tolong perhatikan perkataanmu; saudaraku mati ditangan saudaramu, juga, kau-"
"Jangan mulai dengan penyesatan kegagalanmu padaku," geram Meilan. "Aku tahu kau akan menyebut jiejie, jadi jangan mulai. Dia mengenal lebih baik perangaiku daripada kakaku terhadapku. Jika kakakku mungkin berkubang dalam rasa bersalah dan kebingungan, Aku mempunyai gambaran yang dapat dimengerti tentang apa yang telah terjadi."
Iris Wei Meilan berubah keemasan, menimbulkan rasa penasaran pada Jin Guangyao. "Nona Muda Wei, kedua matamu berubah keemasan. Apa kau-"
Ia tidak membiarkannya berbicara lebih jauh saat dirinya berbalik, "Menghabiskan satu menit denganmu membuatku merinding di sekujur lenganku."
"Apa kau berhubungan dengan Klan Gusu Lan, Nona Muda Wei? atau mungkinkah belahan jiwamu ada di Klan Lan?" Hanfu hitamnya bersinar debgan lambang Klan Lan saat cahaya matahari menerpa brokatnya.
Lan Xichen menyaksikan Wei Meilan menerobos masuk dan sedang mencari saudara tersumpahnya, dan bagaimana ia melontarkan amarahnya. Dia tidak pernah menduga bahwa wanita lugas sepertinya yang tidak pernah marah bahkan pada murid terbodoh saat mengajar, saat ini menghardik seseorang yang telah berkultivasi bersama dengannya. Tatapan dingin biasanya sekarang bersinar dengan energi emas, hampir mendidih.
Dia baru akan memanggilnya ketika ia menyebut kata belahan jiwa di hadapan Jin Guangyao, menghentikan langkahnya, dan fakta bahwa ia mengenakan pakaian yang dirinya berikan padanya, membuatnya senang dalam hati.
Tapi, satu pertanyaan terlintas dalam pikirannya, mengapa ia mencari saudara ketiganya lalu saudara kembarnya?
"Siapapun atau dimanapun belahan jiwaku, kau tidak perlu tahu,"ucapnya. "Baik aku bersinar dengan setiap kemungkinan warna, itu tidak berguna untukmu. Tapi jika kau menghalangi jalanku, bahkan sebagai seorang pun dari Klan Jin tidak akan menyelamatkanmu dariku."
Meilan menyentakkan tangannya, dan seluruh orang yang mengelilinginya telah terhempas. Dia bahkan tidak melirik Lan Xichen, atau meminta bantuan. Dengan berani dirinya menerobos jalannya masuk, dan hal yang sama ketika dirinya pergi.
Aksinya terdengar sampai telinga Jiang bersaudara, memintanya datang ke Dermaga Teratai. Jiang Yanli, menggendong sebuah buntalan kain kecil, menghampiri Wei Meilan untuk menunjukkan apa yang ada di dalam buntalan di lengannya itu.
Saat ia mengintip, sebuah makhluk bergeliat kecil bersarang di dalam buntalan kain tersebut. Jiang Yanli tampak pucat, namun ia masih tersenyum. "A'Qing, lihatlah A'Lingku. Tidakkah dia sangat berharga(*)?"
("...Isn't he a precious one?", 'Precious' di sini maksudnya berharga yang di sayang gitu ya men-temen)
"J-jiejie, jangan berikan benda kecil itu padaku. Aku mungkin- aku mungkin akan tidak sengaja menjatuhkannya atau meremasnya sampai mati," Jiang Yanli menawarkannya untuk menggendong sang anak.
"Jangan konyol; sini, pegang dia di sana dan lilitkan lenganmu yang lain di sini. Lihat, kau tidak akan menjatuhkannya." Wei Meilan mengikuti arahan Yanli menggendong seorang bayi, tapi Meilan masih takut terjadi sesuatu.
"Apa yang telah diberikan kakak bodohku untuk namanya?" Meilan bertanya saat dirinya menatap sang anak yang berada di pelukannya.
"Jin Ling, dengan nama kesopanan Jin Ruolan. Dia memilih nama yang bagus," Jiang Yanli tersenyum.
"Tidak buruk," semburnya. "Dia memiliki cara yang aneh untuk menamakan benda, aku senang dia serius kali ini."
"Kalau begitu, A'Qing," Jiang Yanli mengubah topik. "Kau mengenakan pakaian hitam dengan lambang Klan Lan. Apakah itu benar seperti yang kupikirkan?"
Wei Meilan menatap balik padanya, "Berpikiran benar apa sekarang?"
"Seseorang yang mana dengan nama depan Lan menjadi separuhmu?" Jiang Yanli mulai bertanya, "Apakah kedua Tuan Muda dan Tuan Besar Lan menyetujuinya? Sudahkah kau mengatakannya pada mereka? Bagaimana kau bisa mendapat pakaian dengan warna berbeda itu?"
"Jiejie," Wei Meilan sungguh terlempar dengan rentetan pertanyaan. "Sungguh? Sejak kapan jiejie belajar bergosip?"
"A'Qing, jangan begitu," ucap Jiang Yanli, " terakhir kali, kau hanya mengatakan bahwa dia dari klan Lan, dan sekarang, lihatlah dirimu, kau mendapatkan jubah yang diperbaiki sesuai warnamu, dimana itu selalu berwarna putih kebiruan,"
"Aku mendapatkannya karena aku menetap di Relung Awan selama sebulan sebelum aku kembali ke rumah," Meilan mulai menjelaskan dengan suara rendah jadi sang anak yang berada dalam pelukannya tidak akan terbangun. "Tetua Lan telah menyetujui pakaian-pakaian itu saat aku tanpa sengaja mengatakan ingin jubah dengan warna yang berbeda. Jadi mereka memberikanku beberapa di hari berikutnya. Tapi jika jiejie ingin tahu siapa dia, aku rasa itu akan segera..."
- Bersambung -
Aiyaa...gemesin bat deh kakanda blush-blush gitu liat mbak e pake jubah kebanggaan klannya uhuy wkwk, jangan lupa untuk tinggalkan jejak ya men-temen. See ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketamakan [Black Greed - ErinNightShade]
Fanfiction《 Karya Terjemahan Bahasa Indonesia》 Wei Mei Lan, Saudari kembar Wei Wuxian. Beberapa dekade telah berlalu setelah sang kakak kembar laki-lakinya, Patriark Yiling tiada sejak kekacauan di Kota Tanpa Malam. Setelah pengkhianatan oleh saudara sesumpah...