Beberapa rumah terbakar habis, energi kebencian menyebar di sekitar rumah-rumah yang hancur, beberapa tanaman hancur dan tempat itu tidak dapat dikenali. Sepertinya tempat itu mustahil untuk menemukan siapapun.
Lan Xichen pergi menuju rumahnya untuk mencari Wei Meilan, tapi dirinya disambut hanya dengan rumah yang hancur. Nie Huaisang tampak ketakutan dengan rumah yang telah hancur.
"Apakah– apakah Qing-jie tinggal di rumah ini?"
"Iya, ini rumahnya. Tapi aku rasa, dia harus segera pindah ke Relung Awan secara permanen," ucapnya sambil mengambil serpihan puing-puing rumah di kakinya. "Siapapun yang melakukan ini, mereka tahu bahwa benda itu bersamanya."
"Be– benda apa? apa itu berbahaya?"
"Itu adalah logam Yin, logam yang pernah Wei Wuxian simpan sebelumnya."
"Akankah Qing-jie mati? Aku tidak ingin dia mati!"
"Paman menolak benda itu disimpan di Relung Awan, jadi inilah yang terjadi. Aku tidak menyalahkan paman, tapi kita pastinya bisa mencegah hal ini jika saja paman setuju."
Teriakan dari sisi kiri mereka menarik perhatian mereka, sepertinya Lan Wangji menemukan Wei Meilan di belakang rumah yang baru saja hancur.
[Tl/N: Xichen kamu kurang gercep dih, gemes aing]
Ketika mereka tiba di lokasi kejadian, mereka semua tercengang melihat penampilannya.
Bersandar pada bagian di mana dia tidak akan tumbang, dia memegang descend-nya dalam wujud tombak ganda, kepala yang tertunduk, hanfu putihnya berlumurkan darah, dan setiap inci kulitnya terdapat darah, melumurinya. Tak ada yang dapat melihat apakah dia masih bernapas atau sudah mati.
"Q– Qing-jie ... " Nie Huaisang tidak tega melihat sosok yang sangat baik, mati dihadapannya. Ketika ia mencoba bergerak maju, dia terhuyung-huyung sehingga dia tidak yakin apakah dia akan pingsan atau dia akan terkejut dengan pemandangan itu.
Lan Xichen tidak ragu-ragu dan bergerak maju untuk memeriksa Wei Meilan, takut dengan apa yang yang dirasakan Lan Wangji sebelumnya. "Wei Qing, apakah kamu bangun?"
Ketika ia memegang tangan Wei Meilan yang bebas untuk merasakan denyut nadinya, gadis itu ambruk, membuat pria di sampingnya menangkapnya. Segera setelah wajahnya terlihat, wajah itu juga bemandikan dengan darah, sangat jelas memiliki cedera di kepala yang menyebabkannya kehilangan banyak darah. Lan Wangji bergegas menghampiri mereka dan memeriksanya.
"Denyut nadinya melemah. Pasti kehilangan banyak darah dan luka-luka di sekujur tubuhnya." ucap Lan Wangji.
Lan Xichen mengangkat Wei Meilan dan memimpin jalan untuk keluar dari sisi lain pembatas, tapi dalam perjalanan mereka, mereka melihat sosok lain tergeletak telungkup dari rumah yang hancur. Lan Wangji memeriksa orang itu dan melihat bahwa itu adalah Lan Yuxia.
"Kenapa, kenapa ada orang mati juga di sini?!" Seru Nie Huaisang.
"Ayo pergi." Lan Xichen tidak perlu banyak bicara dan meninggalkan tempat itu.
Di tengah perjalanan mereka ke Dermaga Teratai, Lan Yuxia terbangun dengan raut panik di wajahnya. "No– Nona!"
"Lan Yuxia, Nonamu bersama kakakku. Bisakah kamu memberitahuku apa yang terjadi?" Lan Wangji bertanya.
"Nona, dia, dia memberiku ini," Ia menarik sesuatu dari dalam lengan bajunya, dan memberikannya pada Lan Wangji. "Nona berencana memberikan ini padamu, tapi Tetua Lan ... "
Lan Wangji mengambil logam itu dan segera menyimpannya. "Istirahat."
Lan Yuxia tersenyum lega. "Terima kasih, Tuan Muda Kedua Lan."
Jika Lan Yuxia berhasil bangun saat dalam perjalanan ke Dermaga Teratai untuk mencari bantuan, napas Wei Meilan perlahan semakin melemah. Mereka tidak tahu berapa lama dia bertahan dalam enam hari sejak pengepungan yang di ceritakan penduduk kepada Huaisang, tapi jika saja terlambat, dia mungkin tidak akan berhasil.
Segera setelah mereka menginjakkan kaki mereka di Dermaga, Jiang Wanyin sudah berlarian menghampiri mereka. Melihat dua orang memapah seseorang yang dikenalnya, dia tidak bisa menahan perasaan berdebar di tenggorokannya, mengancam untuk menahan apapun yang ingin dia katakan.
"Kakak kedua!" Penampilan berdarah-darah wanita yang telah tumbuh bersamanya kini terlihat sekarat di matanya. "Apa yang terjadi?"
Lan Xichen menundukkan kepalanya, "Itu salahku–"
"Bawa mereka ke kamar mereka masing-masing, aku akan menanyakan rinciannya nanti, Zewu-Jun." Dua pelayan memimpin Lan bersaudara menuju ruangan dimana Lan Yuxia dan Wei Meilan tinggal saat mereka di Yunmeng. Jiang Wanyin memanggil tabib untuk merawat kedua tersebut.
Lan Yuxia hanya mendapat cedera ringan, beberapa luka dan kelelahan. Tabib tersebut percaya dia akan baik-baik saja dalam beberapa hari. Tetapi Wei Meilan, di sisi lain, cederanya sangatlah parah yang mana mereka tidak tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan ketika dia bangun atau apakah akan ada beberapa pengaruh lain pada tubuhnya.
Luka di pelipis kanannya hingga sisi kepala dan luka lainnya di punggung cukup membuat takut para tabib sehingga mereka perlu memastikan apakah dia masih bernapas. Luka tusuk di bagian perut, luka cambuk di kaki kanan, bahu kanan terkilir, dan bahu kiri ditusuk.
Hal-hal itu membuat Jiang Wanyin hampir memerah marah. Dia menuntut jawaban dari Lan Xichen dan mendapatkannya, tapi itu bukanlah jawaban terbaik yang dia harapkan.
"Jadi, kakakku pergi ke Gusu Lan untuk memintamu menyimpan besi bodoh itu tapi kau menolaknya jadi dia menyimpannya, mengetahui bahwa tempatnya tidaklah seaman di sini?" simpul Jiang Wanyin. "Wow, sangat, keputusan yang sangat bagus. Dia mempercayaimu bahwa kau akan bisa menjaga benda berbahaya itu tapi kau mengecewakannya, membuatnya harus mengorbankan dirinya sendiri untuk menyimpan benda itu?"
"Pemimpin Sekte– "
"Aku mengerti. Tetua Lan tidak ingin kalian terlibat. Lebih baik orang lain yang melakukannya dan menjaga sektenya tetap aman bahkan jika dunia berakhir. Dimana logam itu?" Tuntut Jiang Wanyin. "Tuan Lan, mulai saat ini, tolong jangan dekati kakakku. Jika kalian tidak dapat melakukan hal sederhana ini, Aku lebih memilih kakakku menjauhi kalian jadi dia tidak akan terluka."
"Tapi ... " Lan Xichen menghebuskan napasnya. "Aku mengerti kau merasa marah, tolong jangan lakukan ini."
"kakakku– satu-satunya orang terpenting yang tersisa– yang berharga bagiku. Aku tidak mampu mengatasi urusan sekte tanpa bantuannya, tapi kali ini, dia membutuhkan bantuanku. Siapapun anggota Klan Gusu Lan dilarang untuk mengunjungi atau melirik tentang bagaimana keadaannya di dalam Dermaga Teratai. Silahkan pergilah sekarang."
"Jiang Cheng ... " Nie Huaisang memohon. "Bisakah aku tetap di sini sampai Qing-jie stabil?"
"Baik. Tapi kamu masih harus kembali ke rumahmu, Pemimpin Klan Nie tidak bisa menghilang begitu saja."
Nie Huaisang memberengut. "Aku juga mendapat bantuan dari QIng-jie, bagaimana aku bisa membiarkan dia seperti itu? Aku akan melakukan sesuatu terhadap para pengungsi yang dikirim Qing-jie ke klan. Aku yakin mereka juga khawatir."
Lan bersaudara kembali ke Relung Awan dengan berat hati, terutama Lan Xichen. Lan Wangji sekali lagi melangkah menuruni gunung untuk memeriksa kejanggalan di mana pun dengan sedikit petunjuk yang ditinggalkan Wei Meilan untuknya beberapa bulan yang lalu.
Wei Meilan terbangun sepuluh hari setelah kejadian itu, tetapi ketika dia membuka matanya, dia bukanlah orang yang sama yang diketahui semua orang.
"Kakak kedua, bagaimana perasaanmu?" tanya Jiang Wanyin.
"Kakak kedua?" Wei Meilan bingung saat Jiang Wanyin memanggilnya seperti itu. "Siapa kamu?"
-Bersambung-
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketamakan [Black Greed - ErinNightShade]
Fanfiction《 Karya Terjemahan Bahasa Indonesia》 Wei Mei Lan, Saudari kembar Wei Wuxian. Beberapa dekade telah berlalu setelah sang kakak kembar laki-lakinya, Patriark Yiling tiada sejak kekacauan di Kota Tanpa Malam. Setelah pengkhianatan oleh saudara sesumpah...