Ruang makan itu dibuat dari kayu dengan beberapa ornamen antik terpajang di dinding dan di dalam lemari. Sebuah lampu bulat berukir emas menggantung di atas meja makan, tepatnya di atas sepiring biskuit kayu manis yang diapit teko teh cantik berbentuk kereta labu dan buah-buahan segar. Sayang sekali, dua makhluk yang duduk di sana tidak dalam keadaan seakur makanan-makanan itu.
"Berapa kali kukatakan—"
Jaemin memastikan matanya melotot tak berkedip dan tatapan membunuhnya tetap terhunus pada Nora—peri rumahnya yang kurang ajar.
"—kalau aku mulai mengigau karena mimpi buruk lagi, bangunkan aku! Guncang bahuku seperti kau membangunkan kelinciku dengan paksa! Atau banting aku seperti kau membanting piring-piring di dapur! Yang jelas, aku-harus-bangun! Paham tidak sih?"
Tak bereaksi.
Makhluk mungil bernama Nora yang berukuran sepertiga dari tubuh Jaemin itu mengayunkan jarinya, membuat teko kereta labu menuangkan teh dengan sendirinya di atas salah satu cangkir. Si peri rumah keparat itu menyeruput teh (yang ia hidangkan sendiri untuk Jaemin) dalam diam, seakan-akan Jaemin tak ada di hadapannya. Tak hanya teh. Ia juga mulai mencicipi biskuit (yang juga seharusnya untuk Jaemin), masih dalam diam.
"Bisa berhenti makan tidak sih?" protes Jaemin. Ia bahkan belum sempat menyentuh makanan dan minuman apapun di atas meja itu, tapi Nora sudah hampir menghabiskannya. "Dasar peri rumah kurang ajar," desis Jaemin sambil memainkan skenario di kepalanya di mana ia mengikat Nora dengan tali laso dan memantul-mantulkan tubuh mungil itu di dinding seperti bola karet.
Itu masih mending. Sebelumnya ia pernah membayangkan melempar tubuh Nora dan meledakkannya saat mengetahui Nora membuang surat pengumuman tahun ajaran baru yang membuat Jaemin terlambat sekolah selama tiga hari. Tentu saja ia sudah mengatakan hal yang sebenarnya ketika ia kena detensi gara-gara itu. Tapi siapa yang percaya! Maksudnya, semua malaikat tahu kalau peri rumah itu adalah makhluk paling lembut dan menyayangi—yang akan menjaga serta melayani malaikat asuhannya dengan tulus. Dalam kasus normal, tidak akan ada peri rumah yang berani melakukan hal itu.
Dalam kasus normal.
Tapi Nora adalah peri rumah yang gila! Dia seperti berkepribadian ganda. Di hadapan semua malaikat lainnya, dia terlihat seperti sosok ibu peri di cerita anak manusia Cinderella. Di depan Jaemin, dia terlihat seperti—ibu peri Cinderella—tapi gila. Satu-satunya yang tahu kepribadian asli Nora adalah Haechan, sahabat Jaemin. Haechan tampak prihatin dan mencoba membantu Jaemin meyakinkan malaikat lainnya kalau Nora itu gila, tapi mereka malah ditertawakan seisi kota. Hampir saja mereka mengadakan upacara pembersihan karena mengira Jaemin dan Haechan sudah kena pengaruh iblis. Hal itulah yang membuat mereka tak berani mengatakan apa-apa lagi soal Nora pada malaikat lainnya.
"Aku akan melaporkanmu pada Arlo—"
Belum selesai Jaemin mengucapkan ancamannya, tubuhnya sudah terpental menabrak lemari pajangan. Pintu lemari menjeblak terbuka dan gelas-gelas piala tua yang ada di dalamnya langsung tumpah menimbun tubuh Jaemin. Walaupun Jaemin berteriak kesakitan, tapi Nora tak bergeming dan tetap duduk tenang menyeruput tehnya.
"Oke, oke! Aku tidak akan menyebut namanya lagi!" teriak Jaemin dengan suara teredam dari bawah tumpukan piala. Ia merasa seperti sebuah dosa yang ditimbun seperti itu.
Dasar peri rumah sinting!
Maki Jaemin dalam hati. Mana ada peri rumah yang menyiksa malaikat asuhannya seperti ini! Jangankan melukai, kalau mereka sampai ketahuan menyentuh apa yang mereka hidangkan untuk malaikat majikan mereka, pasti mereka kena hukuman berat.
Lagipula, ada apa sih dengan nama Arlo? Tiap kali Jaemin menyebut nama pemimpinnya, Nora langsung naik pitam. Memangnya peri gila itu pikir Jaemin punya waktu untuk menyusuri hutan Tama, mencari Arlo demi menceritakan ketidakwarasannya? Mendengar nama hutan itu saja sudah membuat Jaemin malas. Tak ada sihir yang berfungsi di hutan itu. Seperti manusia, mereka akan menjadi tidak berdaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Immortal Apprentice [NOMIN]
FanfictionJaemin adalah malaikat yang paling bodoh, ceroboh, dan hanya bisa membuat onar. Tapi kali ini kesalahan yang ia perbuat cukup fatal: ia mencium pacar Karina - pemimpin klannya sendiri. Karina pun murka. Ia melempar Jaemin ke Dimia (dunia manusia) da...