Dulu, laut pernah bercerita mengenai dia yang mustahil digapai. Dulu, laut pernah bercerita tentang cinta yang pupus meski dibumbui usaha. Dulu, laut pernah bercerita tentang kita—tentang aku lebih tepatnya yang hanya bisa berikan tatapan penuh damba, entah terbalas atau tidak.
Sekarang, aku yang bercerita, bolehkah? Bercerita mengenai laut yang menjadi saksi bisu atas damba yang kusimpan dalam hati. Bercerita mengenai kamu yang diam-diam mencuri hati. Bercerita mengenai kamu yang tampak menawan; diam-diam dalam hati selalu aku puji!
Aku ingin bercerita dan menyimpan kisah, mengenai kita yang hanya sebatas seorang teman. Aku ingin bercerita dan menyimpan kisah, mengenai aku yang tidak tau bagaimana ungkapkan rasa, pun mengajak berkenalan lebih dalam.
Aku ingin bercerita dan menyimpan kisah, mengenai bagaimana aku jatuh dalam pesonamu begitu dalam. Sangat dalam sampai-sampai aku seperti tenggelam.
Biarkan laut mendengarnya! Biarkan laut mengetahuinya! Biarkan laut menceritakannya kepada langit, awan, matahari, pula bintang. Biarkan laut atau seisi dunia bila perlu, mengetahui kisah kecil milik gadis ini.
Kepada laut, kupersembahkan: dambaku atas dia. Kepada laut, aku bersembah: menyerahkan nasib atas rasa yang mungkin tidak akan terbalaskan.
Laut, kamu sudah mendengarkanku, 'kan?
Kini, simpan kisahku dalam keabadian ombakmu, ya?
Pantai Parangtritis,
Kamis, 29 Desember 2022.
Dari aku, yang mendamba kamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelita di Atas Kaki Dian
PoesíaHanya antologi guratan tangan singkat yang dibuat dari lubuk terdalam. Dipersembahkan kepada khalayak dengan asa bahwa dapat jadi panduan menapak pada buana. ©lenmythix, 2020. Seluruh hak cipta dilindungi undang-undang.