chapter 1

1.2K 100 29
                                    

Renjun mendengus keras membutuhkan 2 hari untuk menyadari keadaannya saat ini mau percaya pun ini diluar logika, ingin menolak percaya pun ia mengalaminya, rasanya anjing banget.

Bagaimana tidak sekarang lihat keadaannya terjebak pada tubuh pemuda mungil dengan penampilan nerd dan kuno.

Yah Renjun terjebak kedalam tubuh sitokoh figuran dalam novel yang ia temukan ditong sampah.

Sebenarnya Renjun bukan pencinta novel atau semacamnya, tapi melihat jika ada novel yang dibuang seperti itu rasanya sakit.

Tak tau kah jika penulis mengeluarkan setiap pemikiran dan emosi untuk mengambarkan setiap menulis dari bait kebait, prettt!!! Lebayy, tapi memang seperti itu kawan, jadi saat kita membaca pun ikut arus kedalam kisah mereka.

Seperti Renjun yang terbawa emosi oleh salah satu tokoh, namanya pun sama Renjun, tapi tololnya beda.

Seperti tokoh figuran lainnya yang membantu, jalannya sebuah cerita.

Renjun Sanjaya, itu salah satu teman dari pemeran utama wanita. Kesetiannya menjadi sosok seorang teman itu patut di acungi jempol. Sosok yang lemah, lembut dan penyayang sampai rela berkorban nyawa hanya untuk pemeran utama wanita.

Setia sih setia tapi tolol jangan. Mana ada kawan nyata seperti itu, dipikir-pikir kembali pun sekarang musuh pun berlagak sok jadi kawan.

Jangan munafik cuk, dunia keras sesama manusia hanya sibuk saling menjatuhkan. Siapa yang mampu bertahan dia yang dihormati. Tolol.

Kayak Renjun Sanjaya si tokoh figuran, ingin rasanya Renjun teriak oii liat noh tokoh utamanya sekarang lagi happy end sama MLnya.

"Hah" Lagi-lagi Park Renjun menghembuskan nafas lelah, gabut cuy, lagian si  Renjun Sanjaya juga punya Handphone masih jadul banget, mana permainannya cuma ular yang makan bola warna merah.

Renjun menatap pantulan dirinya, wajah Putih tapi terlihat kusam tak terawat, ditambah lagi dengan tiga jerawat  yang masih memerah di kedua pipinya. Jangan lupakan dengan jidat yang banyak bruntusan. Dekil banget sih.

Belum lagi kulit kaki dan tangannya putih si putih tapi kering, keliatan banget ini ngak kerawat. tau Huang Renjun ini cupu tapikan ahhhh ASU pokoknya.

Kayak nya nanti Renjun harus beli segala kebutuhannya, Hai walaupun Park Renjun dulunya anak pentolan geng motor. Tapi mamah Renjun ngak akan biarin anaknya jadi dekil kayak gini. Tau lah masalah kayak gini Renjun mah.

Masalah uang, ngak masalah  Renjun Sanjaya itu termasuk dari keluarga menengah keatas. Lagi pula tabungannya juga banyak kok.

"Mang Dadang, Renjun pinjam dong motornya" 

Mendengar permintaan Renjun, Dadang sempat ragu untuk memberikan kuncinya. Bukan sayang sama motornya tapi, Dadanng takut kalau tuannya kenapa-kenapa, karena pekerjaannya yang jadi taruhannya.

"Tapi den, aden mau kemana sini biar mang Dadang aja yang anterin"

"Kelamaan si ah, siniin motornya, nanti gue kasih upah rokok satu bungkus" Ucap Renjun tak sabaran tangannya segera mengapai kunci motor dari tangan Mang Dadang.

Tak banyak basa-basi Renjun segera menarik pedal motor buntut mang Dadang. Melambaikan tangan kearah Mang Dadang dengan bi Sri yang masih mematung didepan rumah.



____£ÌGÚRÄñ ñÖVÈL____




Semua telah terkumpul, dari masker wajah, serum hingga hand body dan jangan lupakan dengan seluruh perlatan mandi pun ikut ia ubah sesuai dengan kebutuhan kulitnya yang tergolong kering.

"Renjun sayang ayo turun dulu makan " Teriak winwin dari bawah, ah perlu diingatkan jika didunia nyata atau di dunia novel pun ia tetap mendapat ibu titisan toa.

"Iya mah Renjun turun"

Saat dimeja makan pun suasana jauh lebih hangat dibanding dengan didunia nyata. Jika dulu ayahnya selalu jarang dirumah, maka sekarang Yuta ayah Renjun Sanjaya tetap menyempatkan diri untuk makan bersama dan bercerita dengan anak-anak nya.

Iya jika dulu Renjun anak tunggal maka sekarang ia punya teman, sebagai saudaranya.

Kakak tertua Renjun Sanjaya, Hendery sifatnya kalem jauh dari kata banyak ngomong, cuek ngak bisa diajak kompromi tapi kepekaan nya cukup tinggi.

Terus adik Renjun Sanjaya, Chenle anak nya cerewet bawel parah, suka nyuruh ini itu. Tapi orang nya minim perhatian ngak terlalu peduli dengan sekitar.

Selesai acara makan malam, Renjun segera beranjak dari duduk nya, tangannya menarik Chenle masuk kekamarnya.

"Ish, kenapa sih bang, main narik-narik aja, ohh atau lu mau nglecehin gue ya? Ahhh jangan dong, kita ini kan sodara tolol" Ucap Chenle sembari menutup-nutupi tubuhnya seolah akan dilecehkan oleh Renjun yang baru saja mengunci pintunya.

"Yehhh elu dodol yang tolol, katanya pinter tapi punya otak ngak buat mikir" Ucap Renjun menonyor kening Chenle karena gemas dengan tingkah nya.

"Oh, tapi kok lo nyeret-nyeret gue kayak gitu, jangan-jangan emang lu mau nglecehin gue, apa bang yang lu arepin dari gue hiks-

" Le, kita beneran sodara kan? "Tanya Renjun yang sepontan diangguki kepala oleh Chenle

" Itu tau elo kalo kepinteran makanya bagi-bagi mana ada sodara yang main ewe-ewean pantek? "

Sekali lagi Chenle mengusap dadanya sepontan mendengar semprotan Renjun. Abang nya ini makin hari makin ngak sih baru dua hari, sekarang omongannya makin kasar.

Tapi ini bukan saatnya untuk kaget lagi, karena Renjun mengeluarkan sekotak dengan isian berbagai macan produk kecantikan, sejak kapan abangnya itu suka hal seperti itu.

"Ini buat apa dah bang? "

"Gue mau ngajakin lo dalam rangka glowing bersama"

Iya, Renjun ngajakin Chenle untuk memakai itu semua.

Jika diperhatikan lagi Chenle itu juga tak jauh beda dengan Renjun, ngak terlalu pandai merawat diri maka dari itu Renjun mengajak Chenle untuk berubah bersama.

















TBC
Jan lupa vote and komen

Figuran novel JAEMRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang