chapter 3

949 115 7
                                        

Renjun sama sekali tak mendengar penjelasan guru yang mengajar dikelasnya.

Pikirannya melayang akan nama Brunto, motor sport hitam kesayangan Renjun, Renjun rindu akan masa-masa nya didunia nya dulu.

Renjun jadi kepikiran buat beli motor gede kesayangannya, mungkin ia akan mengunakan sedikit tabungan Renjun Sanjaya, juga ia akan mulai bekerja paruh waktu sebagai tambahan.

Penasaran bagaimana ia bisa masuk kedalam novel terkutuk ini? mungkin itu julukan yang pas untuk novel sialan itu.

Tidak ada adengan ia tertabrak mobil seperti adengan yang pernah ia baca, hanya ia tak sengaja tertidur pulas setelah membaca novel terkutuk itu.

Hingga ia tersadar di pagi hari, dengan keadaan kamar yang didominasi warna putih dan baby blue, berbeda dengan kamarnya yang dominan warna hitam dan macha.

Bahkan ia sempat mengamuk dengan Winwin karena mengaku jika ia ibunya, berakhir ia juga diamuk oleh Winwin yang tak Terima dikatainya, malu cuk.

Ceritanya cukup klise seperti kebanyakan novel romansa lainnya, bertemu dengan tak disengaja, lalu jatuh cinta. Sedikit konflik yang diperbuat oleh tokoh antagonis.

Pada intinya ia cukup membacanya sampai akhir dengan kedua tokoh utama saling berbahagia.

"Renjun coba kamu kerjakan soalnya" Perintah orang yang berada didepan.

Renjun masih terdiam pikirannya masih berkelana, merasa tak digubris panggilannya, guru killer berkepala botak melemparnya dengan kapur tulis.

Pletak!

"Ah.. Su" Rintih Renjun merasakan kerasnya dua batang kapur menimpa keningnya.

"Bilang apa kamu barusan hah?! melamun disaat jam pelajaran sopan kamu?! udah ngerasa pinter ya?" Bentaknya.

"Emang saya bicara apa pak Sugi?, ngak dong, saya masih bodoh kok pak, buktinya saya masih sekolah" Jawab Renjun enteng, Renjun mana tau dengan tokoh guru dihadapannya ini, tapi melihat kepalanya membuatnya teriangat akan pemain film Jepang yang tentu tidak asing lagi bagi kalangan remaja sepertinya.

"Sugi, saya budi, lagi kamu kerjakan soal ini" Bentaknya lagi.

Renjun meringis saat melihat berbagai angka dipapan tulis dengan pandangan yang mengabur, kepalanya mendadak pusing.

"Hehe saya ngak bisa pak sugi"

"KELUAR SEKARANG DARI KELAS SAYA, DAN LAGI SAYA BUDI" Bentaknya marah, guru killer memang rata-rata seperti itu Renjun tak kaget apalagi dulu ia sering merasakan keluar masuk BK dengan guru BK yang tak segan main tangan dengan muridnya.

Renjun berdiri sampai diambang pintu, melihat tatapan mereka yang terlihat schok dengan sikapnya tadi tapi sebelum benar-benar Keluar, seluruh kelas hampir tertawa mendengar perkataan Renjun.

"Budi? Jembudi ngak cocok banget sama kepala bapak, soalnya mulus banget ngak ada jembudinya, pak sugi aja lebih cocok hehe ahhh yamethe kudasai emhh" Ucap Renjun segera berlari, menirukan nada dering milik yuta yang ia yakini adalah suara milik Winwin, benjot menang ayah Renjun sanjaya ini.




___£ïGÚRÄñ ñÖVÈL___





Kini Renjun berada di salah satu meja bersama dengan Heejin dan satu lagi yang sekarang terus menempelinya seperti perangko, siapa lagi kalo bukan Chenle, sejak tadi saat Chenle mengetahui jika dirinya dihukum.

"Kalian mau pesen apa biar aku yang pesenin" Ucap Heejin dengan lembut tak lupa ia menampilkan wajah teduh dan polosnya.

"Boleh deh, roti sama es kopi susu masuk tuh" Ucap Renjun dengan senyum cerah.

Figuran novel JAEMRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang