1

3.7K 178 25
                                    

Remake story from SanthyAgatha

---

Harry menarik napas panjang sebelum membuka pintu itu, pintu besar kokoh yang terlihat begitu mewah dan berkuasa itu seakan mencerminkan apa yang menunggu dibaliknya. Sambil menenangkan debar jantungnya dibukanya pintu itu, dan ketika menyadari tangannya berkeringat, Harry tersenyum kecut,

Seperti akan menghadapi hukuman mati saja, desisnya dalam hati.

Ketika masuk Harry menyadari ruangan itu sangat luas. Suasana di dalam ruangan itu sungguh elegan, dengan penataan ruang dari desainer terkenal dan perabotan kelas tinggi yang khusus dipesan untuk ruangan ini. Temperaturnya diatur senyaman mungkin dan samar-samar tercium aroma cendana yang menenangkan. Semua yang ada di ruangan ini sungguh menyenangkan, ups!

Salah, semua menyenangkan kecuali satu hal, dan satu hal itu adalah sosok dingin yang duduk tegak dibalik meja dengan keangkuhan yang mencerminkan seolah-olah dirinyalah pusat dunia.

Lalu tatapannya itu, tatapannya itu! Sangat mengerikan. Mata kelam itu menatapnya dengan kadar kebencian yang begitu kental.

Harry membasahi bibirnya dengan gugup, dan menunggu, dan terus menunggu. Tetapi pria itu hanya diam menatapnya, mempertahankan keheningan di antara mereka. Harry mengangkat dagunya dan melemparkan tatapan “well aku sudah disini, sekarang apalagi?” kepada pria itu.

Si mata kelam mengerutkan alis gusar melihat tingkah berani Harry, mulutnya menipis.

“Kudengar kau menyebabkan kekacauan di proyek kali ini.”

Akhirnya! Harry menghembuskan napas setengah lega setengah panik mendengar kalimat pembuka pria itu.

“Saya hanya mencoba menyelamatkan keadaan,” sebenarnya Harry tidak mau kedengaran begitu kurang ajar, tapi tatapan meremehkan pria itu mau tak mau memunculkan sisi defensif dari dirinya.

“Menyelamatkan keadaan katamu?” pria itu tampak begitu murka mendengar jawaban Harry, “Kau mengusir klien terpenting kita, dan mempermalukannya di depan umum, dan kau bilang itu untuk menyelamatkan keadaan?”

Harry membalas tatapan garang pria itu dengan tak kalah garang, “Orang yang anda bilang klien terpenting kita itu, merayu dan meraba salah satu SPG kita di tengah-tengah pameran tersebut, apakah menurut anda, saya sebagai supervisor yang bertugas di lapangan hanya boleh diam saja dan tidak membelanya?!”

Tatapan mata meremehkan dari mata kelam itu benar-benar membuat Harry sebal.

“Kau bekerja disini sebagai supervisor dan seorang supervisor bertugas menjaga hubungan baik dengan klien potensial, bukannya mengusirnya,” jawab pria itu tenang.

“Jadi menurut anda saya harus melupakan moralitas hanya demi keuntungan perusahaan semata?!”

“Moralitas selamanya tidak akan dapat memberikan keuntungan, dalam hal apapun,” si mata kelam mengangkat bahu dengan bosan.

Cukup sudah! Harry menarik napas dalam-dalam.

“Kalau begitu saya tidak mau bekerja di perusahaan yang tidak bermoral, paling cepat nanti siang, anda akan menerima surat pengunduran diri dari saya!”

Sejenak suasana menjadi begitu hening, dan kalaupun si mata kelam itu kaget dengan keputusan impulsif Harry, dia berhasil menyembunyikannya dengan baik karena ekspresinya tidak dapat ditebak, dia hanya memandang Harry dengan ekspresi menilai.

Suasana terasa makin hening, dan Harry menunggu. Ketegangan terasa bagaikan senar yang ditarik kencang, siap untuk putus.

Lalu, sebuah senyum muncul disudut bibir pria itu, walaupun begitu, sinar matanya tampak begitu kejam.

A Romantic Story about Harry | Tomarry ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang