14

1.3K 112 20
                                    

Sejak saat itu Tom seolah-olah menghilang dari kehidupan Harry, Harry merenung dalam mobil rumah sakit yang membawa mereka pulang ke apartemen.

Hari ini Cedric sudah boleh pulang dari rumah sakit, bersama Oliver dan suster Promfrey mereka pulang ke apartemen. Suster Promfrey memutuskan untuk tinggal sementara membantu Harry, dan Oliver sudah berjanji akan berkunjung setiap hari untuk mengecek kondisi Cedric dan melakukan terapi rutin.

Kata Dokter Oliver, Tom memutuskan mengambil tugas perjalanan ke Amerika dan mungkin akan kembali dalam waktu yang lama.

Dada Harry terasa nyeri, ketika sekali lagi mengakui kenyataan itu kepada dirinya sendiri. Oh, ya, dia merindukan Tom, sangat merindukannya. Ternyata cinta memang bisa tumbuh tanpa direncanakan. Harry mencintai Tom. Dia tidak tahu kapan perasaan ini bertumbuh. Dia hanya tahu dia mencintai Tom, itu saja.

“Aku tidak menyangka bosmu yang kelihatannya sombong itu bisa begitu baik, meminjamkan apartemennya,” Cedric memecah keheningan, menatap Harry dengan sedikit menyelidik, dia bertanya-tanya karena akhir-akhir ini Harry begitu murung.

“Aku yang membujuknya,” Oliver yang duduk di kursi depan cepat-cepat menjawab, tahu bahwa Harry pasti kebingungan dengan pertanyaan Cedric itu, “Tom adalah sahabat suamiku, aku bilang merawat mu penting bagiku, karena kau adalah salah seorang yang selamat dari kecelakaan yang menewaskan suamiku. Jadi Tom mau meminjamkan apartemen itu, toh apartemen itu tidak terpakai.”

Diam-diam Harry dan suster Promfrey menarik napas lega mendengar kelihaian dokter Oliver menjawab.

Mereka sampai di apartemen, dan Harry mendorong kursi roda Cedric memasuki ruangan itu.

Begitu mereka masuk tanpa sadar Harry mengernyit, semua kenangan itu seolah menghantamnya. Di sini, di apartemen ini dia menghabiskan waktu berdua dengan Tom, makan malam bersama, bercakap-cakap bersama ….

“Apartemen yang sangat bagus, kita beruntung, Harry, bos mu sangat baik.” Cedric mendongakkan kepalanya ke belakang menatap Harry sambil tersenyum,

Mau tak mau Harry memaksakan senyuman di bibirnya. Kuat kah ia berada di sini? Apalagi di kamar itu … Harry melirik kamarnya, tempat Tom juga menghabiskan sebagian besar waktunya di sana. Tidak! dia tidak mau masuk lagi ke kamar itu!

Dengan cepat dan efisien mereka menyiapkan segalanya sehingga Cedric selesai diterapi dan beristirahat di kamarnya. Suster Promfrey menjaganya sebentar, lalu berpamitan untuk kembali ke rumah sakit, berjanji akan pulang dan menginap di sini nanti malam.

Setelah memastikan Cedric tertidur pulas, Oliver menyeduh teh dan mengajak Harry duduk di ruang depan.

“Dia sudah kembali dari Amerika.” Oliver membuka percakapan, menatap Harry dari atas cangkir kopi yang diteguknya.

Seketika itu juga hati Harry melonjak, tahu siapa yang di isyaratkan sebagai ‘dia’ itu.

“Apakah dia baik-baik saja?” Tanya Harry pelan.

Oliver tersenyum miring mendengar kelembutan dalam suara Harry.

“Kau itu baik hati, ya, sudah menerima arogansinya yang tidak tanggung-tanggung, tetapi masih saja mencemaskannya,” dengan pelan Oliver meletakkan cangkirnya, “Yah, dia baik-baik saja, sedikit kurus, terlalu memaksakan diri dan jadi pemarah seperti beruang terluka, tak ada yang berani menyinggungnya dan mendekatinya dalam radius seratus meter kalau dia sedang mengeluarkan aura pemarahnya, bahkan direktur keuangan memilih berhubungan dengannya via telepon,” Oliver terkekeh. Lalu wajahnya berubah serius melihat kesedihan Harry, “Yah …. dengan melupakan fakta kalau akhir-akhir ini dia lebih seperti mayat hidup daripada manusia, sepertinya dia baik-baik saja.”

A Romantic Story about Harry | Tomarry ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang