01.MASA KELAM DI DALAM RUMAH

338 84 44
                                    

Happy reading gays





01. Masa kelam di dalam rumah.

6 tahun yang lalu....

nazea duduk di tepi kolam yang ada di belakang rumahnya, kedua kakinya di masukkan kedalam kolam itu, nazea menatap pantulan dirinya sendiri yang terlihat sangat... entahlah.

setelah selesai sarapan, mama dan papa pergi ke rumah sakit untuk menjenguk pamannya yang tengah sakit.

nazea lebih memilih untuk dirumah saja, dibandingkan harus ikut. toh, yang di ajak hanya adiknya, lantas untuk apa dirinya ikut. Namun, kini adiknya pun tak ikut bersama orangtuanya. dafa lebih memilih untuk bermain bola di halaman belakang rumahnya.

“aku ada, namun tak pernah di anggap ada,” batinnya melirih pilu, sembari menatap ke arah dafa yang tengah sibuk bermain bola.

di halaman luas sana, bola yang di tendang dafa tak sengaja jatuh ke dalam kolam. dafa pun lantas berlari untuk mengambil bola tersebut. namun, sialnya bola itu semakin jauh, dan semakin berada di tengah-tengah kolam itu.

“kak, minta tolong ambilin bolanya dong.” ucap dafa.

nazea menoleh, menatap ke arah adiknya dan bola yang berada di tengah-tengah kolam itu secara bergantian. "hufffh, kakak enggak bisa renang dek." balas nanad apa adanya.

"udah gede juga, masa enggak bisa renang sih. yaudah biar dafa aja yang ambil sendiri," sahut dafa yang tiba-tiba ingin menceburkan dirinya ke dalam kolam.

"dafa, jangan macam-macam kamu. ini kolamnya dalam, kalau kamu tenggelam gimna, hah? kamu mau kakak yang di marahin? yaudah, ambil galah yang ada di sana. kita ambil pakai itu." ujar nazea.

dafa pun menurut mengambil galah yang di tunjuk oleh nazea tadi, dengan segera dafa pun membawa galah itu dan memberikan nya pada nazea.

"nih!"

nazea menerima galah yang di sodorkan oleh dafa, lantas segera menggiring bola itu, agar mau ke pinggir kolam. namun, tiba-tiba tubuh nazea tak seimbang dengan tak sengaja nazea mendorong dafa hingga tubuhnya limbung kemudian masuk ke dalam kolam. dengan perasaan panik, nazea melemparkan galah itu dan berusaha untuk menyelamatkan adiknya. tapi, saat nazea akan ikut mencebur, tiba-tiba ada tangan yang menarik lengannya dengan begitu kencang, sehingga membuat nazea meringis kesakitan.

“Gila kamu, hah? kamu mau bikin adik kamu mati. di umur yang masih kecil, dengan tak berdosa nya kamu dorong dia, kamu benar-benar sudah gila nazea!!” bentak sang mama.

dengan segera, azhar pun ikut menceburkan dirinya kedalam kolam. azhar Mambawa tubuh anak laki-lakinya ke tepi kolam, elena dengan segera membantu dafa untuk naik ke atas.

napas dafa semakin memberat dalam posisinya yang terlentang di atas keramik. ringisannya semakin terdengar lirih. nazea, ingin mendekat namun suara azhar menghentikan langkahnya.

“apa yang sudah kamu lakukan kepada adek kamu nazea?!" sentak azhar tiba-tiba, urat-urat di sekitar lehernya menonjol.“kamu mau membunuh adek kamu? iya?”

“aku enggak sengaja dorong adek, pa”

azhar berdecih mendengar jawaban itu.“kamu benar-benar keterlaluan!”

tubuh dafa di angkat untuk di bawa ke rumah sakit, dan nanad pun tidak tinggal diam, ia berlari kecil dibelakang tubuh papanya. tapi lagi-lagi, elena mencengkram erat lengan nazea, lalu dengan tak teganya menampar pipi nazea.

“jangan harap malam ini kamu dapat makan malam nazea,” ucap elena, lalu menoleh ke arah madhari.“dan ayah jangan coba-coba untuk kasih dia makan, itu hukuman buat dia.”

dengan tergesa-gesa elena berlari ke arah mobil, menyusul suami dan anak laki-lakinya. sedangkan nanad, tubuhnya sudah luruh ke lantai, dengan air mata yang sudah turun entah kapan. “apa jika aku di posisi dafa, mama dan papa akan melakukan hal yang sama?” batin gadis itu kembali melirih.

dengan segera madhari memeluk kembali tubuh rapuh itu, melihat hal ini madhari pun merasakan apa yang nazea rasakan, hatinya ikut sakit saat melihat cucunya lagi dan lagi, mendapatkan ketidak adilan. ada perasaan bersalah yang terpendam dalam diri madhari, andai saja dirinya ada di sana. andai saja dirinya tak jadi membuat makanan ringan, mungkin ini tidak akan terjadi.

“tuhan, tolong kuatkan gadis kecil ini, dia sungguh amat rapuh.”

˚₊‧꒰ა☁️☁️☁️໒꒱ ‧₊˚

sudah dua hari dafa di rawat di rumah sakit, semenjak kejadian itu pula nazea tak berhenti menangis. dua hari lalu, dokter menyatakan bahwa kondisi dafa tidak terlalu buruk, namun ada sedikit kendala dalam organ pernapasan nya, karena terlalu lama didalam air.

namun, kini kondisi dafa sudah mulai membaik, jadi hari ini dafa akan pulang. itu sebabnya nazea dibolehkan ikut oleh kedua orangtuanya.

“maafin kakak, de,” pada akhirnya hanya kata maaf lagi yang mampu nazea ucapkan. hingga detik ini, nazea masih di hantui rasa penyesalan lepas kejadian tempo hari.

mama dan papanya tiba-tiba masuk ke dalam ruangan dafa, elena yang melihat nazea tengah duduk di dekat ranjang dafa pun segera menghampiri.

“ngapain kamu di sini, hah? mau mencelakai adik kamu lagi?”

nazea kembalii menundukkan kepalanya lesu,  apakah ini hukuman yang diberikan oleh tuhan untuknya? Sungguh, nazea ingin sekali menyangkal bahwa ia datang kesini hanya untuk menjenguk adiknya, bukan untuk mencelakai adiknya.

“maaf ma, pa. nanad di sini cuman mau jenguk adek doang kok, enggak bermaksud apa-apa.” ucap nazea dengan suara yang bergetar.

“sudah selesai bukan? yasudah kamu boleh pulang kalau begitu ” balas mamanya, dengan nada ketus.

Azhar menghampiri nazea, mengelus lembut surai hitam miliknya “nad, kamu pulang ya? papa anterin ke depan buat cariin taksinya.”

taksi? apakah ayahnya tidak bisa mengantarkannya pulang? apakah orangtuanya begitu tega membiarkan anak sekecil nazea pulang sendiri?

dan malam itu, nazea benar-benar dibiarkan pulang sendirian tanpa di antarkan oleh orangtuanya.

˚₊‧꒰ა☁️☁️☁️໒꒱ ‧₊˚

kakek menyambut hangat kedatangan sebuah mobil yang baru saja masuk ke pekarangan rumahnya, senyuman kakek tampak indah ketika melihat dafa sudah bisa pulang setelah dua hari di rawat di rumah sakit. sedangkan nazea hanya bisa menatap dari balkon kamarnya saja, ingin menghampiri, namun enggan mendengar suara keras mamanya.

“ma, pa aku rindu. rindu saat kalian adil akan aku dan dafa.”lirih nazea, sembari melihat bagaimana adiknya di berikan kasih sayang yang penuh oleh orangtuanya, sedangkan dirinya, ada namun tak di anggap ada.

dada nazea terasa sesak dan sakit. kini dia kehilangan masa kecilnya, di umurnya yang terbilang masih sangat kecil, harus merasakan dewasa sebelum waktunya.

“ini tidak adil bukan?”

setelah melihat kedua orangtuanya, adiknya serta kakeknya memasuki rumah. nazea luruh begitu saja, dengan isak tangis yang kembali pecah. kapan lagi aku bisa merasakan kasih sayang itu? kapan lagi aku bisa merasakan hangatnya keluarga? nazea benar-benar sudah tidak bisa membendung air matanya lagi. buliran-buliran kristal bening itu meluruh hingga berhasil membasahi pipinya.

“a-aku juga ingin merasakan hal itu lagi, aku juga ingin diberikan kasih sayang yang penuh seperti itu, bukan didewakan lewat suara keras seperti ini.”

bukankah ini sangat tidak adil bagi gadis kecil itu? bukankah seharusnya dirinya mendapatkan kasih sayang sama seperti adiknya? Bohong jika nazea tidak merasa iri kepada adiknya.

˚₊‧꒰ა☁️☁️☁️໒꒱ ‧₊˚





Spam komen untuk next .



Lembaran LukaaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang