Happy reading
•
•
•
•
•02. Menghabiskan waktu bersama kakek
Bogor, 18 juli 2016
"jika pada akhirnya kamu itu cuman beban"
"bagi kami kamu sudah mati"
"pada dasarnya raga dan nyawa kamu sudah terpisah, tapi kenapa kamu hidup lagi?!"
bocah perempuan berusia sepuluh tahun itu hanya terdiam. kepalanya ia tenggelamkan di dalam telapak tangannya, tidak berani memandang lawan bicaranya. ada sorot kekecewaan yang tercetak jelas didalam dirinya saat kedua orangtuanya mengatakan hal tersebut. niat awal yang ingin memisahkan pertengkaran kedua orangtuanya, malah terkena imbas dari pertengkaran tersebut.
"enggak usah nangis, mama enggak tersentuh sama sekali, jangan lemah kamu. percuma kamu mau mencoba menengahi pertengkaran mama papa, karena kamu tahu? PAPA TERSAYANG KAMU INI UDAH MAIN BELAKANG DI BELAKANG MAMA!!!"
pria paruh baya yang sedang terduduk itu pun bangun, hendak mengangkat tangannya untuk menampar elena, saat kata itu terlontar dari bibir istrinya. namun, saat hendak mengenai pipi mulus elena, tiba-tiba nazea terbangun, sehingga tamparan keras itu pun mengenai gadis kecil itu.
"mama! papa! kalian enggak cape bertengkar terus?"
ucap bocah perempuan itu. sembari menahan perih pada pipinya.
elena dan azhar hanya terdiam mendengar ucapan yang terlontar dari anaknya itu. ada rasa bersalah dalam hati azhar saat tak sengaja menampar gadis kecilnya, namun ada pula rasa kesal yang lega saat emosinya terlampiaskan.
"nazea, bukankah papa sudah bilang masuk kedalam kamar kamu."
nazea menggelengkan kepalanya kuat. kedua matanya mulai mengeluarkan air bening yang masih terbendung itu. perasaan nya semakin tidak enak. nazea takut akan ada perceraian di antara mama papa nya. nazea takut, mama papanya berpisah.
"papa sudah bilang masuk kamar nazea."
"Tapiii...." kedua ujung mata nazea mulai meneteskan cairan bening. "kenapa, kenapaaa di antara kalian berdua selalu ada pertengkaran? akuu juga ingin memiliki keluarga harmonis layaknya orang-orang!"
elena memalingkan wajahnya, ada perasaan tidak enak pada gadis kecil itu. apa yang di katakan putrinya ada benarnya juga, sejak dulu yang nazea lihat hanya pertengkaran yang di ciptakan kedua orangtuanya.
"nazea, mama papa ingin menyelesaikan masalah ini, jadii mendingan kamu masuk kamar, sebelum mama kembali emosi."
nazea terdiam seraya terus memperhatikan wajah, elena. apakah benar masalah ini akan diselesaikan? apakah ada hal lain yang harus selesai?
"tapiii ma...."
"QUEENZA NAZEA AZALEA! turuti omongan mama, kalau kamu sayang mama papa"
pada akhirnya, nazea pun membiarkan mama dan papanya menyelesaikan masalah ini meskipun kembali bertengkar hebat. berharap dengan hal itu, masalah ini akan selesai tanpa harus menyelesaikan suatu hubungan...
˚₊‧꒰ა☁️☁️☁️໒꒱ ‧₊˚
2 tahun kemudian...
"nyatanya mama papa bohong, apa yang mereka katakan 2 tahun lalu? mereka bilang akan menyelesaikan masalah ini, tapi ini apa? mungkin masalahnya selesai begitu pun hubungan nya yang ikut selesai." kedua bahu nazea merosot lesu. Ada rasa kecewa yang menyeruak kuat dalam dadanya. Ya, sudah dua tahun lamanya azhar dan elena berpisah. selama itu pula, nazea tidak tahu akan kabar ayahnya. bagitu pun mama nya, yang mengatakan akan pergi mencari kerja di luar negri, mengajak adiknya dan meninggalkan dirinya sendirian di sini.
Sejak saat itu pula, nazea pindah ke bandung bersama kakeknya. Karena untuk saat ini, keluarga yang dirinya miliki hanyalah seorang kakek yang selalu ada untuk dirinya.
"kek, kenapa mama papa harus berpisah? kakek, jangan tinggalin nazea juga, ya? nanti nazea enggak punya orang hebat yang bisa di banggain kalau teman-teman nazea pamer mama papanya."
madhari, lelaki tua berusia enam puluh tahunan itu merangkul cucunya erat. bendungan air mata yang sejak tadi di tahan kini meluncur dengan bebas. lagi dan lagi dirinya melihat sosok nazea yang begitu rapuh dan terluka, tentu hal itu membuatnya merasa terluka.
"pasti, kakek enggak akan tinggalin nazea, kakek akan selalu ada untuk nazea. jadi cantiknya kakek jangan menyerah, yukk! kembali bangkit untuk bisa menjadi seorang...."
"dokter!!"
seru gadis itu dengan begitu riang, meskipun ceria dan tawa yang nazea tunjukkan itu hanya sesaat....
˚₊‧꒰ა☁️☁️☁️໒꒱ ‧₊˚
pagi hari, jam tujuh lewat sepuluh menit kakek bersiap-siap untuk pergi memancing. membawa beberapa peralatan yang kakek butuhkan. kakek juga memakai topi petani berbentuk kerucut yang di buat dari anyaman bambu, atau biasa disebut dengan nama caping.
"yuk, kita pergi mancing."
lagi dan lagi nazea tersenyum senang. kakeknya selalu saja membuatnya bahagia, tidak pernah membiarkan dirinya untuk bersedih.
di tempat yang nazea dan kakeknya tuju, terdapat dua anak remaja dan tiga bapak-bapak yang juga sedang memancing ikan. nazea duduk di sebelah kakek yang sedang memasang umpan, kemudian kakek melemparkan kail pancingnya ke tengah kolam.
"kita tunggu ikannya makan umpan."
kakek dan nazea duduk di atas hamparan rumput hijau yang ada di sekitar kolam, nazea menekuk kakinya kemudian di peluk.
10 menit kemudian...
lama menunggu, nazea tanpa sadar menguap, matanya tiba-tiba terasa berat.
kakek mengusap wajah nazea tanpa aba-aba diiringi oleh tawa renyahnya. "baru sepuluh menit, masa udah ngantuk."
bibir nazea maju beberapa centi, ia memutar bola matanya malas karena kelakuan kakeknya. namu, nazea tiba-tiba teringat kedua orangtuanya serta adiknya. banyak melamun membuat nazea mengingat masa-masa kebersamaan keluarganya, meskipun terkadang dirinya tak pernah di anggap ada. nazea menatap kakinya yang sedikit kotor.
Bohong jika nazea tidak merasa sedih. Bohong jika nazea tidak merindukan orangtuanya. meskipun nazea merasa senang tinggal bersama kakeknya selama dua tahun ini. tapi, tidak dapat di pungkiri bahwa nazea juga merasa sedih, merasa ada bagian yang kosong di hatinya.
"nazea, kenapa jadi melamun gini?" tanya kakek madhari, mengerutkan kedua alisnya.
"andai aja mama papa enggak berpisah, mungkin kita masih di bogor." Jawab nazea, lesu.
"jangan terus-terusan merasa sedih. mungkin, tuhan mau kamu belajar mandiri, dan tuhan mau kamu tumbuh menjadi perempuan tangguh, hebat dan kuat," ujar kakek madhari. "kamu enggak seneng, ya, ikut kakek tinggal disini?"
"bukan enggak seneng, kek. enggak ada seorang anak yang mau hidup mau hidup tanpa peran orang tua di sisinya." kepala nazea menunduk lebih dalam, ia merasa matanya yang memanas.
"zea, kamu adalah anak yang di pilih oleh tuhan untuk di bentuk menjadi anak yang lebih kuat. tuhan Enggak akan menguji hambanya di atas kemampuannya. kalau kamu sedang di uji, itu tandanya tuhan yakin kalau kamu akan mampu menghadapi semuanya. dan tuhan yakin , bahwa kamu bisa berdiri sendiri di atas kaki kamu sendiri. ingat, impian kamu ingin menjadi seorang dokter."
˚₊‧꒰ა☁️☁️☁️໒꒱ ‧₊˚
•
•
•
•
•
•
•See you next time gays.
Jangan lupa vote dan komentarnya!!!
Sampai bertemu di lain waktu gays..•
•
•
•
•
•
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembaran Lukaaa
Cerita Pendek"ketakutan terbesar seorang anak adalah perpisahan orang tuanya. Kehilangan mama dan papa sama halnya dengan kehilangan seluruh napas. Enggak ada mama sama papa rasanya sunyi dan hampa, rasanya berkali-kali lipat lebih sakit dari apapun. Dunia juga...