|1|one

269 26 0
                                    

Sudah ketujuh kalinya siang ini Lee Taeyong melirik ponsel yang tergeletak diam di atas bantal tidurnya. Dan sama seperti tujuh kali kesempatan sebelumnya, kali ini pun tak nampak adanya kehidupan dari ponsel bersampul rose goldnya itu.

Remaja dengan pahatan wajah sempurna yang dapat membuat dewa-dewa terpesona dan dewi-dewi menjadi iri itu menghela napas, kembali menekuni not balok yang tengah dipelajarinya sejak dua puluh dua menit yang lalu─namun herannya tak ia ingat sama sekali detail isi yang sedang dibacanya itu selain not not balok yang tak dapat di artikan nya.

Suasana hatinya sama sekali tidak membaik.

Dering ponsel yang mengejutkan membuatnya tersentak, kontan menggapai dan menyambar ponsel berbalut sampul mawar emasnya itu dengan kilat. Keningnya berlipat samar, merasa tak mengenali duabelas digit nomor yang berkerlip di layar ponsel layar sentuhnya itu.

Digesernya menu untuk menerima panggilan, sedikit berharap bahwa ini adalah apa yang ia pikirkan.

"Halo?" Taeyong menggosok hidung dengan penuh antisipasi. Ia mungkin berharap, namun ia tak berpikir jauh hingga apa yang akan dilakukannya jika memang si penelepon adalah orang yang diharapkannya.

"Halo..." Suara yang tak familiar terhantar melalui saluran di udara, membuat kening Taeyong kembali berkerut. Ia tidak mengenal suara ini.

"─Ya?" Remaja bermata bulat seperti boba itu ragu untuk kembali melanjutkan sapaannya, saat disadarinya lawan bicara yang asing itu tak juga membuka suaranya.

"Ini... Lee Taeyong, kan?" Ada sedikit nada ragu tertangkap dari cara lawan bicaranya itu berujar. "Lee Taeyong dari Kelas Dance?"

Alis Taeyong mengkerut. "─Ya."

Sungguh ia tak bermaksud terdengar tidak sopan pada penelepon tak dikenalnya itu, namun saat ini tak bisa ia pungkiri setitik perasaan kecewa karena yang diharap-harap tak kunjung menghubunginya. Malah orang tak dikenal yang menghubunginya. Dan siapapun orang ini, Taeyong berpikir, tidak meneleponnya dengan niat untuk sekadar basa basi semata.

Taeyong memang sering dikatai bodoh, terutama oleh para teman di kelas dance yang dekat dengannya di kampus. Tapi tidak, ia tak sebodoh itu untuk tidak menyadari kalimat penuh keragu-raguan dan kecanggungan yang baru saja dirasakanya dari si penelepon tanpa nama.

Ia rasa orang ini dalam sekian detik akan mengajaknya──

"Kau sudah punya pasangan untuk datang ke pesta Kim Taehyung besok malam?"

Tuh, kan.

Taeyong memijit keningnya dan menghela napas panjang (setelah menjauhkan muka dari ponselnya agar tak menyinggung perasaan si penelepon, tentunya). Ia menjawab tanpa minat, "Belum tahu."

"Oh." Terdengar nada senang keluar dari mulut si penelepon, dan Taeyong tidak bisa tidak merasa ingin lekas mengakhiri percakapan mereka.




Mungkin aku tidak akan datang." Taeyong menyela apa pun yang sekiranya ada di pikiran si penelepon untuk diungkapkan.

Ada jeda sejenak yang mengungkung keduanya dalam senyap, sebelum suara yang tak familiar itu menimpali dengan pertanyaan normal, "Kenapa?"

The Cinderella's Late Night (JAEYONG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang