"Lee Taeyong?"
Taeyong nyaris saja melepaskan pegangannya pada ponsel yang kini menempel nyaman di telinganya. Oke, ia sudah sangat tahu bahwa suara baritone Jung Jaehyun yang bisa dikenali oleh siapapun yang pernah mendengarnya itu sangat memikat, membuat siapapun yang diajak bicara oleh Jung Jaehyun merasa seolah sedang mendengar lulaby yang indah. Taeyong yakin, tak ada seorangpun di dunia ini yang sanggup melupakan suara berat nan lembutnya Jung Jaehyun. Ia sudah sangat tahu hal itu dengan sangat baik, namun apa daya, tak mampu ia mengelak dari pesona Jung Jaehyun dengan suaranya yang memiliki efek magis itu.
"Kau di sana?" Suara berat juga mengandung kelugasan dan kepercayaan diri tinggi itu kembali menyeruak dan menyeret Taeyong yang tengah terbuai ke alam mimpi.
Taeyong berdeham untuk menyembunyikan rasa canggungnya. Tbh, ia sedang mati-matian menolak mengakui bahwa yang dirasakannya saat ini ialah kegelisahan. Haha... untuk apa ia gelisah? Lucu sekali.
Pernahkah seseorang merasa tidak ingin gagal dan takut untuk gagal dalam hidupnya? Bahkan hanya soal bicara lewat telepon dengan makhluk paling sempurna ciptaan Tuhan? Demi Tuhan, Taeyong merasa betapa sial dirinya karena merasakan pengalaman yang sama sekali tidak lucu itu.
Ia tidak ingin terdengar bodoh atau konyol di depan Jung Jaehyun.
'Aneh sekali, Lee Taeyong. Sejak kapan seorang Lee Taeyong yang tak tahu malu dan tak peduli dengan pendapat orang lain ini tiba-tiba saja berubah normal dan jadi sedikit lebih seperti seorang manusia ketimbang alien?' -rasa-rasanya bisa Taeyong dengar sahabatnya, Nakamoto Yuta, menertawakannya di suatu tempat di permukaan bumi ini.
Persetan dengan Nakamoto Yuta, pikir Taeyong sambil mendengus dan mencoba kembali fokus pada lawan bicaranya di telepon saat ini.
"Ya, aku di sini," sahut Taeyong menimpali si penelepon, yang tak lain adalah Jung Jaehyun si Anak Emas yang mengganggu pikirannya sejak empat puluh delapan jam lalu.
"Kau sedang sibuk?" Suara yang berat itu tampak sedikit ragu untuk melanjutkan percakapan.
Lekas Taeyong menukas, "Tidak, tidak. Aku sedang mematikan laptop-ku, tadi." bohong Taeyong.
Lawan bicaranya itu terdiam untuk beberapa saat, hingga membuat Taeyong sedikit merasa cemas. Hanya sedikit okey.
Jangan---
jangan sampai percakapan mereka ini akan terhenti sampai di sini saja.
Baru saja Taeyong akan kembali angkat bicara dan memastikan percakapan mereka masih akan berlangsung, tiba-tiba saja Jung Jaehyun mendahului niatnya itu dan berkata, "Baguslah, kalau begitu. Aku tidak suka tidak didengarkan dan disimak dengan baik oleh lawan bicaraku saat aku sedang bicara."
Taeyong berjengit. Uh, halo? Tidak bisakah orang ini sedikit lebih manis dan mengatakan sesuatu semacam ia hanya ingin memastikan panggilan teleponnya ini tidak mengganggu Taeyong? Tidak bisakah?
"Pastikan kau tidak sedang melakukan hal lain saat aku sedang berbicara denganmu."
-Rasanya tidak.
Bohong jika Taeyong bilang ia tidak tersinggung dengan cara Jaehyun memperlakukannya seperti itu. Ia mati-matian berusaha tidak terdengar bodoh dan menjaga image di depan makhluk sempurna ciptaan Tuhan itu, namun yang bersangkutan malah menganggapnya seperti seorang... apa? Bawahan? Bahwa Lee Taeyong lebih rendah daripada Jung Jaehyun?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cinderella's Late Night (JAEYONG)
RomanceTau cerita Cinderella? Ya. Taeyong mengalaminya sekarang. Tapi sepertinya ia akan selamanya menjadi Cinderella di mana sang ibu peri tak pernah muncul. "I have dreams that I have to chase" Stupid as well Lee Taeyong. Jung Jaehyun akan selamanya b...