Aku mau mengakui sesuatu, Elin tidak menceritakan hal itu kepada Ayah dan Ibu. Aku sedikit lega, tidak lega sepenuhnya karena Elin masih tutup mulut bagaimana dia bisa mendapatkan kalung ajaib itu. Aku sebenernya juga khawatir ketika nanti aku naik angkot alih alih supirnya Pak Ali ternyata adalah wujud kerang berupa manusia. Aku muak dengan semua ini, sebenernya ingin membuktikan langsung siapa pelakunya. Berharap bukan Gopal, dia teman sekelas paling kubenci. Dia seolah raja geng di sekolahku, aku tidak ingin Ririn jatuh hati kepada dia.
Aku berpamitan kepada Elin, Ayah dan Ibuku untuk berjalan mencari angkot langganan. Hidup menjadi Elin sebenernya enak dia berangkat diantar Ayah dan Ibu, karena jam kerja sama jam sekolahnya hampir berdekatan yaitu jam delapan. Elin pulang juga diantar tetangga ku yang bernama Ely. Jujur aku iri, Elin masih mampu menabung uang sakunya. Sedangkan aku? Meratapi nasib memikirkan pertempuran yang akan terjadi nanti.
Aku berada di angkot langgananku, melihat pepohonan di tengah jalan. Sebelahku Ibu-ibu yang sedang berdebat, entah debat apa mungkin karena selera soal sayuran karena mereka membawa sayur kol, kangkung, dan banyak lagi.
"Eh, Sayuran kangkung lah enak, apa itu sayur brokoli. Ah udah ga trend kali" Kata ibu ber daster ungu.
"Jangan banyak omong, buktikan ke kami seenak apa makananmu" Sela Ibu memakai celana jins dan kaos biru.Aku pusing, gerah. Karena hari ini hari kamis tanggal 18 Agustus jadi kami semua siswa SMP harus memakai seragam pahlawan sebagai memperingati Kemerdekaan Indonesia. Jujur aku gerah, sempit, engap ingin muntah rasanya. Aku memakai baju batik bercorak coklat dedaunan, celana hitam polos dan memakai hasduk yang diikat di dahi.
Akhirnya tiba di Sekolah, sekolah ku letak di lapangan kosong di area Wonocolo. Banyak siswa yang udah sampai, ada beberapa yang dianter menggunakan motor, mobil. Ada yang naik sepeda dan juga jalan kaki karena rumah mereka dekat. Aku bertemu Ririn di gerbang sekolah, masih ada waktu lima menit sebelum jam bel berbunyi.
"Ririn..kamu terlihat cantik menggunakan seragam pahlawan ini" Kataku dengan gugup mempesona.
Ririn langsung menuju hadapanku, meraih pergelangan tanganku."Makasih Cendana, aku sudah menunggu momen ini..kau terlihat keren. Aku suka!".
Ririn menuntunku masuk ke dalam sekolah. Dia mungkin tidak sadar bahwa pipiku menjadi merah merona seperti warna jambu. Jujur hatiku berdetak kencang. Dia kelihatan cantik memakai seragam ini, dia memakai baju batik juga berwarna ungu, corak dedaunan dan mungkin buah berwarna ungu. Memakai celana panjang ungu, memakai hasduk juga di dahi seperti aku. Dan semua itu serasi karena rambut panjang dia yang berwarna hitam cocok dengan pakaiannya apalagi dia memakai kacamata berwarna ungu. Aku sempat berharap rambut dia berwarna ungu juga. Tapi tidak boleh karena aturan sekolah swasta satu ini.
"Rin, aku kagum sama kamu. Aku tidak nyangka bisa bertemu denganmu, eh - maksudnya..." Aku gugup banget, ketika ketemu Ririn selalu begini.
"Cendana..Cendana..Gugup ya..nanti foto bareng yuk" Seru Ririn berusaha membujukku yang tentu aku pasti mau.
" Jam..berapa Rin? Kamu bisanya..takutnya eh..mungkin kamu sibuk lomba puisi nanti"
"Jam berapapun bisa, kan hari ini nggak ada pelajaran. Tau engga sih aku pengen banget bisa foto sama kamu sesama fans Marvel".Aku kaget, aku terkejut dengan perkataan Ririn, tak kusangka dia juga suka Marvel seperti mimpi bagiku. Aku dan Ririn tiba di kelas, Kelas kami yaitu VII J karena jumlah kelas kami sampai N. Aku sempat berpikir bagaimana bisa sebanyak itu, ya karena mungkin sekolahku cukup besar dan jumlah siswa perkelas hanya 25 orang saja. Aku naruh tas di bangku ku, sebenernya aku berharap bisa duduk bersama Ririn. Tapi dia juga duduk ama primadona kelas yang judes bernama Karin. Belakangnya sama sama Rin bukan berarti mereka saudaraan, mereka berbeda itu saja bagiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cendana dan Kalung Kerang : Hilangnya Artefak sang Leluhur
FantasyPernahkah kalian merasakan hal tidak beruntung yang sebenernya kalian tidak ingin melakukannya. Apalagi ketika berusia 13 tahun, mendapatkan tugas untuk mencari artefak yang hilang aja melelahkan. Bahkan Aku juga tidak tau bagaimana naik bus untuk k...