(6) Kami Ditraktir, Aku Bersyukur

1 1 0
                                    

Misi Sesungguhnya akan tiba, kami telah melalui tiga hari setelah peristiwa menyeramkan di sekolah. Aku berkemas, membawa kemeja coklat dan jaket gunungku berwarna abu-abu. Membawa persediaan seperti jajan ringan, lima botol air putih. Aku diantar naik mobil, setelah sekian lama akhirnya bisa merasakan naik kendaraan seperti ini. Adikku disebelahku, memakai seragam SD nya yang tampak unik berwarna biru kotak-kotak. Ayahku di jok depan sebagai supir, dan Ibuku disebelah Ayahku yang lagi membuka dompetnya, seperti untuk memberiku THR, padahal ini belum Hari Raya. "Cukup kan segini nak?". Ibuku memberiku duit pecahan lima puluh ribu, yang kira-kira kalau dijumlahkan berjumlah sekitar 400 ribu. Aku senang, baru kali ini dapet uang saku lebih dari 20 ribu. "Makasih Ma, ini udah cukup banyak untukku. Terimakasih"



Kami melanjutkan perjalanan setelah menurunkan Elin di SD nya, aku keluar pintu mobil mencoba menghampiri adikku. "Mari kita berpelukan? Doakan semua baik-baik aja". Kami berdua berpelukan, Adikku memberiku sesuatu berupa hiasan bunga miliknya yang ia selalu pakai, "Jaga ya kak, aku ingin kakak mengembalikannya minggu depan setelah misi selesai." Aku meneteskan air mata, Elin melambaikan tangan untuk ke terakhir kalinya sebelum menghilang ditutupi siswa SD lain.



Aku kembali ke mobil, aku sempat menatap mobil Nissan X-Trail ku untuk ke terakhir kalinya, aku pasti baik-baik aja. Perjalanan berlanjut, kami melihat macetnya pagi hari. Sebelah kiriku adalah Sungai Jagir, mobil kami berjalan lurus, ada plang EKOWISATA MANGROVE WONOREJO. Kami telah tiba, Ririn dan Sila menunggu kami di pintu masuk.



Ayahku memberiku dorongan, "Cendana, kamu seperti Leluhur Ibu kamu. Kita berdua tidak tahu apa yang terjadi di dimensi lain, aku harap kamu baik-baik saja.". Aku salim ke Ayahku, lalu menatap Ibuku. "Aku berjanji akan baik-baik saja. Aku memiliki keluarga yang baik kepadaku. Dan juga temanku yang setia membantuku.". Ibuku mengangguk, berusaha menyingkirkan air mata nya. "Aku percaya, silahkan turun Cendana. Temanmu sudah menunggu mu disana."



Kami berpamitan, Aku melihat mobil sudah berjalan jauh dari tanah yang aku pijak saat ini. Aku bertemu Ririn dan Sila. Mereka berpakaian tampak rapi kali ini aku terpesona. Ririn memakai kaos berwarna ungu cerah bergambar unicorn bertanduk putih, memakai kemeja ungu kotak-kotak. Rambutnya lurus rapi dan memakai kacamata. Dia memakai celana panjang ungu dan sepatu ungu muda. Aku belum sempat menanyakan kenapa dia suka warna ungu mungkin lain kali. Sedangkan Sila rambutnya rapi untuk kali ini, memakai jaket abu-abu, kaos hitam. Celana training bergaris putih hitam dan sepatu hitam. Aku memakai kemeja coklat, kaosku belum aku pakai karena masih didalam tas. Celana hitam kain, dan sepatu coklat.



"Woah kalian tampak keren..." , Seruku


"Kamu juga Cendana, kamu tampak keren juga" balas Ririn.


"Kita semua tampak keren, kita bahkan belum punya nama untuk trio kita", Sila melanjutkan dengan penuh kebingungan.


Ririn berkata, "Mungkin lain kali Sila, mari kita masuk ke dalam Asrama. Asrama ini tidak bisa dilihat manusia fana, harus keturunan Leluhur yang benar-benar terpilih bisa masuk sana"



Kami berjalan diatas jembatan kayu, sebelah kanan kiri kami dipenuhi pohon yang aku tidak tahu namanya, tentu kami sudah bayar untuk masuk sini. Karena harganya cukup terjangkau bagi siswa SMP seperti kami. Jembatan kayu ini pinggiran nya di hiasi lampu pernak pernik merah putih yang kurasa bahkan Perwana juga merayakannya disini. Karena hari ini hari senin apalagi pagi belum ada pengunjung kecuali kami bertiga.


Kami sampai di jalan setapak, Ririn menyuruh kami mengeluarkan kalung kerang kami. Aku baru sadar, sepertinya kalung nya bercahaya berwarna seperti warna kesukaan masing-masing. Punyaku coklat, punya Ririn ungu, dan punya Sila berwarna abu-abu kehitaman, kurasa akan menjadi cerah ketika ada sesuatu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 08, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cendana dan Kalung Kerang : Hilangnya Artefak sang LeluhurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang