(3) Kami Bertiga Dikejar Raksasa Hijau.

15 1 0
                                    

KITA BERLARI. Tak tau kenapa hanya kita bertiga yang melihat Buto Ijo itu, untung aku masih memakai kalung yang kupercaya bisa mengalahkan monster itu. Aku tak tahu itu sungguh Buto Ijo apa bukan, tapi dilain sisi aku merasa bahwa itu Gopal sedang cosplay menjadi Buto Ijo. Aku ingin menanyakan hal konyol kepada Ririn selagi berlarian selama di lorong, Monster itu mengeluarkan dentuman yang sangat kencang ketika berjalan.

  “Ririn, serius ada apa ini? Apa maksud ini semua. Apakah itu Gopal sedang berkostum konyol? Ini perasaan hari kemerdekaan bukan Halloween..” aku berkata dengan nada kelelahan. Lalu kami bertiga masuk ruang perpustakaan.

  “Cendana, kamu salah satu dari kita. Kamu pasti memakai kalung kerang kan. Ketika dalam satu lingkungan ada tiga perwana sekaligus akan menyebabkan monster datang menyerang kita”, Balas Ririn dengan penuh kejelasan.
“Benar Rin, Cendana kamu salah satu perwana. Banyak yang perlu diceritakan sebenernya”, Lanjut Sila.

  Yang bisa kulakukan hanyalah diam, membeku, tidak mengerti apa yang terjadi tapi aku mengharapkan prank mungkin tiba tiba Ririn berbicara ini adalah kejutan ulang tahunmu Cendana, selamat. Tapi sebenernya ini kenyataan, semua ini terllihat nyata. Suara dentuman, taring si monster sungguh bukan seperti orang berpakaian halloween. Penjaga Perpustakaan fokus mengetik sesuatu di PC nya, dia seolah tidak menyadari kita bertiga masuk tanpa mendatatangani formulir peminjaman buku. Yang kusadari sekarang Ririn sungguh mempesona dengan pakaian ungu nya itu, kacamata nya juga keliatan lurus rapi tidak miring. Dia seperti mencari buku sesuatu untuk dibaca.

  “Rin, Perwana itu apa?. Kok kamu tahu kalau aku pakai kalung kerang. Apakah kamu ada hubungannya dengan surat yang kamu kirim kemarin?”, Akhirnya aku memberanikan diri untuk bertanya.

  Ririn menoleh kehadapanku, rambut panjang dia berkibar ke samping, dia merapikan kacamata nya yang menurutku udah rapi. Dia menisyaratkan Sila untuk berdiri di sebelahnya.

  “Jadi begini Cendana, kamu adalah orang terpilih. Mungkin kamu adalah orang dalam ramalan itu. Kenapa aku bisa tahu, sebenernya adikmu mempunyai kalung itu sejak lama, itu punya leluhurmu, nenek moyangmu. Leluhurmu adalah salah satu orang penting pada masa Kerajaan Majapahit. Perwana adalah orang yang memakai kalung kerang, dan ada tempat khusus Perwana. Dimana Perwana dilindungi dalam suatu asrama. Dan yang nulis surat memang aku..hehe maaf.”
  Ririn menyuruhku maju, aku lantas ikuti saja arahannya. Kemudian Sila melanjutkan, “Setiap Perwana mempunyai kekuatan masing masing dan mempunyai benda pusaka nya tersendiri. Aku mempunyai kekuatan mengendalikan udara, dan benda pusakaku sarung tangan. Ririn kamu..”

  Ririn memegang bahuku.., “Kekuatanku adalah mengeluarkan asap berwarna ungu, kacamata inilah benda pusakaku. Kita seperti Percy Jackson atau Harry Potter karena kita trio.”

  Aku memberi senyuman kepada Ririn dan juga kepada Sila. Aku masih berharap ini adalah mimpi. Aku berjalan mencoba keluar dari perpustakaan untuk menenangkan diri, aku meninggalkan mereka berdua di Perpustakaan. Mungkin mereka akan membaca buku atau apalah. Aku kembali ke lorong, tidak melihat ada yang aneh kecuali siswa sudah pada pulang. Aku harus ke jalan raya untuk naik angkot langgananku, aku lelah dengan apa yang terjadi siang tadi.
  Malam hari telah tiba, suasana perasaanku aneh. Ini perasaan seperti jika kamu mencuri sesuatu---atau mungkin kamu tidak sengaja bikin Elin kesal, pokoknya intinya adalah perasaan tidak enak. Aku sengaja tidak ikut makan malam bersama keluarga ku, karena aku bilang sedang banyak pr. Sedangkan, beberapa minggu ini tidak ada pelajaran sama sekali. Aku ingin menanyakan hal yang sebenarnya ke Ayahku atau Ibuku, tapi entah kenapa aku cemas.

  Kukira Elin mendapatkan kalung ini dengan cara dia menyisihkan tabungannya, ternyata ini punya leluhur kami. Sebenernya aku tidak pantas, aku juga heran apakah Ririn berbuat baik kepadaku karena suatu alasan. Aku lelah memikirkannya. Aku menaruh kalung kerang ajaib ini ke meja belajarku dan mematikan lampu kamar.

Cendana dan Kalung Kerang : Hilangnya Artefak sang LeluhurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang