Ini adalah hal buruk, kami bertiga harus melindungi teman-temanku yang bukan Perwana. Aku yakin pasti setelah perlombaan ini akan ada serangan kejutan, kami hanya tiga orang. Dan, kami harus melindungi satu sekolah. Aku tidak yakin apakah Geng Meow itu termanipulasi pikirannya atau memang perilaku dia tambah brutal. Aku mengajak Sila dan Ririn untuk bicara bertiga, tanpa sepengetahuan Karin ataupun Evan. Kami tidak mau mereka terlibat, sungguh otakku seperti mau meledak. Aku belum pantas jadi ketua regu, karena banyak hal salah satunya ini. Kami bertiga berkumpul di lapangan sebelah selatan yang dipenuhi pohon blimbing.
Aku menatap Ririn, dia tampak gelisah. Ini adalah hal kacau, jika Ririn gelisah bagaimana dengan kami. Sila juga tampak ketakutan, kami masih Perwana pemula bukan mahir seperti Leluhur kami. Aku akhirnya memulai percakapan, "Rin, aku merasa akan terjadi hal buruk, kita bukan Avengers yang bisa mengalahkan Ultron, Thanos.". Ririn mengitari pohon blimbing sambil menggigit ujung jempolnya. "Aku sudah belajar tentang kekuatanku dikit, aku mungkin bisa mencegah korban jiwa" .
Aku bertanya, "Rin, beri tahu secara jelas kekuatanmu apa aja selain teleportasi dengan asapmu?"
Ririn memutar bola matanya, "Asapku juga bisa menyerang musuh, kacamataku sejauh ini yang kutahu bisa mengukur seberapa kuat aku menyerang musuh. Dan, aku juga bisa menyembuhkan luka. Sekedar mengingatkan untuk yang menyembuhkan aku belum bisa. Maaf"
Aku mencoba menenangkan Ririn, lalu menatap Sila. "Bagaimana dengan kekuatanmu Sila? Pusakamu kan sarung tangan ya? Apakah bisa melontarkan dengan tinju an mu?"
Sila mengangguk, "iya benar, tapi aku belum begitu paham. Aku tahu mengenai kekuatanku juga karena Guru Iro memberitahuku lewat surat edaran."
"Guru Iro?" , tanyaku.
"Pemilik Asrama Perwana" Ririn meneruskan.
Tiba-tiba ketua Osis berteriak, "PERMAINAN AKAN DIMULAI 1 MENIT LAGI. PERSIAPKAN DIRI KALIAN". Aku segera berkumpul dengan reguku, aku mencoba menjelaskan beberapa strategi persembunyian yang matang. Aku juga belum bisa mengeluarkan kekuatan tanamanku. Kami tidak mungkin bergantung ke Ririn, aku juga harus berbuat sesuatu setidaknya tidaak menyusahkan Ririn.
"Kalian jangan berpisah dalam permainan ini, percaya padaku hal buruk akan terjadi di sekolah ini. Kita harus memenangkan permainan ini agar tidak terjadi hal buruk". Aku menjelaskan, "Nanti kalian jangan memisahkan diri kalian, tetap bersamaku."
Jadi kuulangi lagi, Ketua Osis telah memberi arahan terbaru seperti yang menang atau yang belum ketemu hingga setengah jam kedepan ialah pemenangnya. Bagi pemenang bisa menikmati apapun, dan tim pencari yang kalah akan di hukum oleh tim osis. Sebenernya ini kejam, melanggar hak asasi manusia. Tapi bagaimana lagi, salah satu dari kita adalah musuh. Yang meracuni pikiran seisi sekolah.
Permainan telah dimulai, Geng Meow lagi menghitung mundur waktu satu menit. Tim dari kelas lain berlarian sana sini seperti sedang terjadi bencana, ya memang akan terjadi bencana. Aku, Ririn, Sila, Karin dan Evan sedang berlari sekuat tenaga untuk naik ke lantai empat. Kulihat kakak kelas IX seluruhnya sedang tertidur, guru tidak ada sama sekali. Ini benar-benar bukan masalah kecil. Ada yang tertidur di lantai, ada yang tidur sambil duduk memegang jajan sate tusuknya, es lilin dan lain-lain.
"Ririn, ada apa dengan kakak kelas kita, mereka semua tidur. Aku merinding", Sila memegang kedua bahu nya dengan kedua tangannya.
"Aku tidak tahu, yang pasti ada sosok kuat yang membuat mereka tertidur." Ririn meneruskan selagi berlari sekuat tenaga.
Evan dan Karin seolah terhuyung-huyung ketika berlarian, kemudian mereka berdua terjatuh di tengah-tengah lorong lantai empat. Aku terkejut, berusaha membangunkan mereka. Ririn dan Sila panik, Ririn mencoba melihat sekitar area gedung sekolah, ternyata pemain dari kelas lain tertidur pulas. Aku heran, apakah hanya tinggal kita yang tidak terpengaruh dengan mari kita tidur siang agar kesehatan tubuh terjaga. Ririn mencoba menarikku, "Hei dengar, kita harus sembunyi dari Geng Meow. Mereka satu-satunya yang tidak kena dampak efek tidur ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cendana dan Kalung Kerang : Hilangnya Artefak sang Leluhur
FantasyPernahkah kalian merasakan hal tidak beruntung yang sebenernya kalian tidak ingin melakukannya. Apalagi ketika berusia 13 tahun, mendapatkan tugas untuk mencari artefak yang hilang aja melelahkan. Bahkan Aku juga tidak tau bagaimana naik bus untuk k...