B | 12 - resilience

350 63 11
                                    

Hari ini cuma ada satu jadwal kuliah. Itupun udah gue pakai jamnya buat tidur di kelas.

Jessica cs beneran nggak bangunin gue sama sekali. Gue dibiarin tidur selama 2 jam kurang sampai akhirnya kebangun sendiri di lima belas menit sebelum kelas selesai.

Biasanya, gue bakal langsung pulang karena jadwal yang cuma satu kelas ini. Tapi, karena mood gue masih jelek dan nggak memungkinkan buat bawa pulang mood jelek ini, jadi gue milih buat diem dulu di kampus.

Lagi, gue pergi ke area danau belakang fakultas teknik. Seperti biasa, tempatnya sepi. Nggak banyak dan hampir nggak ada siapa-siapa di sini.

Nggak mau baca buku, setelah pilih tempat duduk yang paling deket sama danau, di bawah pohon gede yang gue nggak tahu nama pohonnya apa, gue tekuk kaki gue. Jadiin lutut buat tumpuan dagu.

Gue butuh lihat banyak pohon, danau, binatang-binatang kecil, atau apapun yang berbau alam biar pikiran gue bisa lebih rileks.

Capek juga tiap hari yang dilihat kalau nggak modul ya layar komputer.

Belum lagi stress karena masalah kemarin-kemarin sama hari ini, soal Sabit tadi pagi.

Ah, hari ini Rere juga nggak masuk. Makanya tadi yang duduk di samping gue pertama kali bukannya Rere dan malah Sabit.

Ngomongin Sabit, tadi pas kelas bubar gue nggak lihat dia. Terus, ada yang bilang kalau sebelum kelas mulai, dia cabut dan nggak tahu ke mana.

Semoga, dia bolos kelas bukan karena kesel sama kelakuan gue di kelas tadi.

Kalaupun iya ya... terserah dia.

Toh, dia udah dewasa.

Tahu mana yang baik dan enggak buat diri dia sendiri.
 
 
 

Gue tarik napas dalem-dalem, terus hembusin kasar.

Kayaknya enak ya jadi pohon. Cukup diem di tempat. Nggak banyak gerak. Gerak pun ikutin arah angin sama matahari. Selebihnya? Nggak ada tuntutan harus gerak ke mana dan gimana.

Serangga-serangga kecil juga.

Mereka yang hidupnya nggak seberapa lama dibanding manusia itu, bisa bebas terbang ke mana-mana. Mau makan tinggal cari, haus tinggal minum, capek ya tidur. Nggak kayak manusia yang banyak tuntutannya, lebih dari sekedar perihal makan, minum, tidur.

Kalau udah kayak gini, enaknya tuh diem. Ngelamun. Buang semua pikiran jelek. Kosongin isi kepala. Baru bisa pulang. Kalau enggak, yang ada sampai rumah malah pengen tidur lagi. Padahal jelas-jelas sepanjang kelas tadi udah tidur.

Bener-bener.

 
 
BRUK!
 
 
 
 

"Adem ya di sini...."
 
   

Gue noleh ke samping. Gue berdecak, terus geser posisi duduk gue supaya agak jauhan sama oknum yang tiba-tiba ikut duduk di  atas rumput, di samping gue ini.

Mau gue usir, tapi ini area umum dan tanahnya bukan punya gue. Jadi... yang bisa gue lakuin cuma geser aja. Karena gue juga nggak mau pergi begitu aja meski sebenernya lagi mau sendirian.
 
   
 

"Ngapain, sih?" tanya gue waktu oknum di samping gue ini malah ikut geser.

"Lah lo ngapain geser?"

"Nggak mau duduk deket lo."

"Tadi di kelas mau."
 
 

Itu, 'kan, karena gue nggak ngeh sama posisi bangku yang gue tempatin.

B; park wonbin - hong seunghanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang