CHAPTER 01

2.7K 369 25
                                    

Keesokan harinya, suara alarm yang mengganggu membuat Lisa terbangun. dia terpaksa membuka mata untuk mematikan alarm. Setelah itu wanita bermata hazel duduk di tempat tidur sambil memeluk tubuhnya sendiri karena hawa dingin di pagi hari.

Lisa menguap saat menatap tirainya yang diterangi sinar matahari. Itu adalah awal dari hari yang baru. Hari ini tampak lebih cerah dari hari kemarin dan mungkin hari ini dia akan beraktifitas dengan sikap yang lebih aktif karena semalam dia merasa tidurnya sangat nyenyak.

Meskipun... tunggu sebentar.

Lisa hendak bangun namun langsung berhenti saat dia menyadari sesuatu.

Tidak seperti kemarin dan hari-harinya selama dua minggu yang lalu, dia semalam tidak bermimpi tentang wanita itu.

Lisa langsung terkejut, dia mencoba mengingat kembali ingatannya karena mungkin dia salah. Tapi nyatanya tidak, dia tidak ingat apapun dalam mimpinya semalam dan hari ini dia tidak terbangun secara tiba-tiba seperti biasanya.

Apa yang terjadi?

Lisa tidak tahu kenapa, tapi dia langsung merasakan kekosongan yang aneh dan mengganggu di dalam hatinya. Dia merasa seolah-olah ada sesuatu yang hilang, seolah-olah dia telah kehilangan seseorang yang sudah tidak ada lagi, seolah-olah itu adalah kali terakhir dia bertemu dengannya.

Bagaimana jika memang seperti itu?

Apakah kemarin hari terakhir Lisa bermimpi tentang wanita berambut coklat itu?

Apakah itu berarti dia tidak akan bertemu dengannya lagi?

Sedih, itulah yang Lisa rasakan setelah memikirkannya. Dia tidak menginginkan hal itu, karena meskipun mimpi itu cukup mengganggunya, namun jauh di lubuk hatinya dia menyukai mimpi itu, dia memujanya dan menikmatinya karena rasanya sangat menyenangkan ketika bermimpi memiliki seseorang pasangan apalagi dengan wanita spesial itu.

Kemudian dalam upaya untuk meredakan kebingungannya, Lisa mulai berpikir bahwa mungkin semalam hanya kebetulan belaka sehingga dia tidak memimpikannya. mungkin besok dia akan memimpikannya lagi. Lagi pula sudah dua minggu seperti ini. Lisa yakin dia akan memimpikannya lagi.

Namun setelah dua hari berlalu, tidak ada apapun dalam mimpinya. Lisa tidak bermimpi tentang wanita cantik berambut coklat itu lagi.

Lisa benar-benar mengalami stres yang parah ketika menyadari bahwa dia tidak lagi bermimpi tentang wanita itu.
Dia tidak mengerti mengapa dia merasa begitu buruk, begitu putus asa, dan perasaan itu membuat tubuhnya menjadi tidak berenergi.

Manoban merasa sangat kehilangan wanita itu. Semua yang dirasakannya sangat aneh. Dia tidak bisa menjelaskannya. Mungkin dia baru saja terikat dengan wanita itu dan sekarang dia merindukannya, dia rindu memimpikannya.

"Bagaimana jika aku melupakan wanita itu? Bagaimana jika waktu berlalu dan aku tidak bisa mengingat lagi seperti apa rasanya ketika sedang bersamanya?" Lisa bertanya kepada rekan-rekan kerjanya yang sudah muak dengan keputusasaannya.

Mino memutar matanya sambil menghela nafas panjang.

"Lisa ayolah... Itu hanya mimpi, kau tidak bisa menganggapnya sebagai masalah pribadi. Atau bahkan merasa terikat padanya!" dia berseru
"Mimpi itu tidak nyata."

"Aku tahu itu tidak nyata!" dia mengulangi
"Tapi... sialnya, kau tidak mengerti apa yang aku rasakan. Mimpi itu memang tidak nyata, tapi bagiku terasa sangat nyata hingga sekarang aku merasa seperti kehilangan seseorang dan... Ini hampir membuatku gila!"

"Aku rasa kau memerlukan psikolog," kata Mino sambil menatapnya dengan prihatin.

"Atau psikiater..." tambah Jisoo yang berada di sebelahnya sedang menyiapkan kopi.

Caffé Latte (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang