Satu minggu kemudian.
Lisa merasa dia akan menjadi gila. Sejak dia melepaskan Jennie hari itu, dia tidak pernah melihatnya lagi. meskipun dia sudah terbiasa tidak melihat wanita itu disana, namun kali ini rasanya berbeda karena terakhir kali dia melihatnya, wanita berambut coklat terlihat sangat sedih sehingga itu membuat rasa khawatir Lisa tak kunjung hilang.
Manoban mengetahuinya, dia tahu betul bahwa dia tidak punya alasan untuk khawatir atau terlibat dalam kehidupan orang lain, khususnya jika itu adalah orang yang tidak dia kenal.
Namun, kenapa Lisa tidak seperti itu pada Jennie? Kenapa dia merasa sudah lama mengenalnya? Apakah itu karena dia bermimpi tentangnya?Lisa merasa semakin gila hanya dengan memikirkan wanita itu dan dia tidak bisa mengeluarkannya dari kepalanya seiring dengan pertanyaan yang tak ada habisnya.
"Apakah Jennie akan baik-baik saja?" adalah pertanyaan yang paling banyak dia tanyakan dalam benaknya.
Bagaimana jika sesuatu terjadi padanya dalam perjalanan pulang? Bagaimana jika dia dalam masalah? Mengapa dia menangis hari itu? Apakah karena Pria di foto itu? Apakah Pria itu kenalannya? Atau yang lebih buruk lagi, apakah Pria itu pacarnya?
Lisa telah mencoba menarik kesimpulannya tentang berbagai hal, tetapi dia tidak bisa menerima begitu saja tanpa mengetahui situasi sebenarnya.
Sial! semuanya sangat membingungkan.
Lisa tidak tahu apakah itu karena dia melihat Jennie dalam keadaan yang buruk, tapi sejak hari itu, Lisa tidak bisa melupakan bahwa Jennie sedang tidak baik-baik saja.
Seperti yang sudah menjadi kebiasaannya, dia tetap bersandar di samping mesin kopi sembari menunggu pintu kafetaria terbuka dengan menyilangkan tangan dan alis berkerut. Lalu Jisoo berjalan melewatinya dan saat dia menatapnya, dia menghela nafas lelah.
"Apa kau masih memikirkan dia?"
Wanita bermata hazel perlahan menganggukkan kepalanya.
"Sialan kau Manobal! Biarkan dia pergi, oke? Sungguh ini tidak baik untuk kesehatan dan performa kerjamu. Wanita itu sudah pergi, dan kau juga tidak harus peduli dengan kehidupan pribadinya."
Manoban menghela nafas.
"Ya Tuhan, aku tahu Jisoo, aku tahu…" dia mengusap rambutnya.
"Tapi, terakhir aku melihatnya, dia sedang tidak baik-baik saja… aku serius Jisoo! Bagaimana bisa aku melepaskannya begitu saja? Bagaimana bisa aku tidak mengkhawatirkannya?""Dengar Lisa, dari apa yang kau katakan padaku, dia menjelaskan bahwa kalian tidak mengenal satu sama lain dan kalian adalah orang asing, dia secara praktis menyiratkan bahwa kau harus meninggalkannya sendirian." Lisa tetap diam sembari menatap ketiadaan.
"Maaf karena bersikap kasar, tapi aku harus jujur, akan sangat sulit bagimu untuk memiliki sesuatu dengan wanita itu... Dan terlebih lagi kau mengira jika dia punya pasangan, jadi... Sudah waktunya untuk berhenti mencoba, bukan begitu?" Jisoo menepuk pundaknya lalu berjalan pergi, meninggalkan Lisa yang berpikir keras tentang kata-katanya dan jauh di lubuk hatinya dia terluka karena apa yang Jisoo katakan, benar.Lisa harus melepaskannya.
Hari-harinya berjalan seperti hari-hari lainnya. hari ini dia harus menjadi kasir, jadi seperti biasa dia sudah mulai merasakan sakit di kakinya karena terlalu lama berdiri.
Meski merasa sedih, Lisa tidak memperlihatkannya kepada pelanggan, dia selalu memberikan senyum lebar karena itu adalah ciri khas dari kafetaria tempat dia bekerja yang selalu memberikan pelayanan ramah kepada siapapun yang datang.
Tak ada seorangpun yang ingin masuk ke suatu tempat dan mendapat pelayanan yang buruk, terutama jika mereka sedang mengalami hari yang buruk, jadi Lisa harus selalu bersikap baik kepada orang lain meskipun mereka tidak pernah tahu apa yang sedang dia rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caffé Latte (GxG)
RomanceLalisa Manoban bekerja sebagai barista di sebuah kedai kopi. Dia adalah karyawan terbaik dengan performa kerja yang serba bisa. Memiliki kepribadian yang ramah, humble dan humoris, membuat para pelanggan sangat menikmati kehadirannya. Jennie Kim ada...