Demam 2

1.9K 78 0
                                    


Sinar matahari menembus jendela kamar tidur Arkan namun sang pemilik kamar seakan tak terusik oleh sinar matahari, terlihat dari wajah sang pemilik kamar nampaknya ia seperti tak tidur semalaman


-------------------------------------

Flashback
Jam menunjukkan Pukul pukul 03.00 Baru saja Arkan tertidur ia kembali terbangun dikarenakan mendengar tangisan putranya, ia sudah menebak jika sang putra sampai sakit maka rewelnya minta ampun

"Hiks angan iden cakit Didi" (hiks tangan caiden sakit Daddy) tangis caiden melihat salah satu tangannya terdapat jarum infus, mendengar itu Arkan mengelus tangan putranya yang terdapat jarum infus namun salah satu tangan caiden yang terbebas jarum infus berusaha menarik jarum itu "cakit iden Idak cuka hiks Didi" (sakit caiden tidak suka hiks Daddy) ucap caiden "sttt jangan di tarik, caiden mau sembuh" ucap Arkan sembari memegang salah satu tangan putranya yang terbebas dari jarum infus jujur Arkan sendiri tak tega melihat putranya kesakitan "ia iden au cembuh"( ia caiden mau sembuh) ucap caiden "kalu mau sembuh ini jangan di tarik ya sayang" ucap Arkan sembari menunjuk tangan putranya yang terdapat jarum infus

Jam 05.00 Setelah cukup lama menangis caiden bocah itu akhirnya kembali tertidur Arkan sendiri sudah sangat lelah, Arkan tertidur sembari duduk bersandar di headboard karena caiden bocah itu walaupun telah tertidur jika ia diletakkan di kasur ia akan terbangun dan menangis Arkan memutuskan tidur sembari menggendong caiden
Flashback end

-----------------------------------

Bunyi Ketukan pintu dari luar kamar akhirnya membangunkan Arkan dari tidurnya setelah terbangun Arkan merasakan sakit di punggungnya serta kedua tangan terasa kebas karena tidur sembari menggendong caiden, arkan beranjak dari kasurnya berjalan kearah pintu siapa yang mengetuk pintu kamarnya.

Pintu kamar itu dibuka Arkan melihat papanya berada di depan pintu kamarnya "mukamu itu kenapa kusut sekali itu kantung matamu hitam sekali" ucap Bram " hmm ada apa,aku tak tidur semalaman caiden rewel" ucap Arkan "dimana cucuku" ucap Bram mencari caiden karena ia tak melihat bocah itu terbaring di kasur " pak tua matamu itu melihat apa cucumu ada di gendonganku, oh apa kau hanya melihat ketampanan ku saja" ucap Arkan dengan pedenya "bocah edan" ucap Bram "kenapa cucuku kau gendong tak kau letakkan saja ia di atas kasur" ucap Bram

"Wahai anakku kau tak menyuruhku masuk ke dalam kamarmu, sopan kah begitu" ucap Bram menyindir Arkan
Mendengar itu Arkan memutar bola matanya "hmm masuk lah pak tua jangan lupa tutup pintunya" ucap Arkan pergi meninggalkan Bram di depan pintu sendirian "dasar anak muda tidak tau sopan santun" ucap Bram

Terganggu dengan suara bising Arkan dan Bram kini caiden yang berada di gendong Arkan menggeliat tak nyaman "hiks Didi pala iden pucing" ( hiks Daddy kepala caiden pusing) tangis caiden merasakan pusing di kepalanya mendeng itu arkan segera memijit pelan kepala caiden untuk meredakan pusing di kepala putranya "pah tolong suruh maid bawakan makan sama susu caiden" ucap Arkan, Bram pun langsung menelpon pelayan untuk membawakan makan serta susu yang di pinta putranya

Tak perlu membutuhkan waktu lama kini apa yang di minta Arkan selah sampai "baby makan dulu yah" ucap Arkan di balas oleh caiden dengan gelengan kecil "cucu opa mau sembuh" ucap Bram "iden au cembuh" ucap caiden lirih

Setelah caiden menghabiskan makanannya Arkan meraih obah yang berada di atas nakas "minum obat dulu yah sayang" ucap Arkan "Idak au iden Idak au ait "(tidak mau caiden tidak mau pait) ucap caiden "caiden mau sembuh,mau jarum ini di lepaskan" ucap Arkan "iden au jalum ini di yepas, api iden Idak au Mimi bat" ( caiden mau jarum ini di lepas, tapi caiden tidak mau minum obat) ucap caiden dengan mata yang ingin menumpahkan air matanya lagi lagi dan lagi

"Kalo caiden sembuh apapun yang caiden mau nanti Daddy beliin" ucap Arkan membujuk putranya "janji ya" ucap caiden " iya, tapi sembuh dulu ya" ucap Arkan akhirnya setelah membujuk dengan panjang lebar caiden mau meminum obatnya

Setelah memalalui drama panjang kini suara Bram memecah keheningan di dalam kamar "Arkan papamu bicara" ucap Bram dengan nada serius "ngomong aja pah" ucap Arkan santai "ngomong di sana aja di sini ada caiden" ucap Bram sembari menunjuk sofa yang letaknya sedikit jauh dari ranjang. Setelah mereka duduk Bram pun mulai menceritakan semuanya yang ada di (bab opa)

Mendengar cerita Bram Arkan tentu sangat marah jadi ini penyebabnya seharian ia gelisah ia sangat kecewa "papa sangat menyesal Arkan, maaf" ucap Baram dengan penuh penyesalan "jadi ini penyebab putraku menangis ketakutan, pah dia masih sangat kecil Arkan kecewa pah satu lagi papa jangan meminta maaf kepadaku minta maaflah pada caiden cucumu bukan aku" ucap Arkan dengan sorot mata kecewa

Bram beranjak dari duduknya berjalan menghampiri caiden yang berada di atas kasur "cucu opa, opa minta maaf ya sayang" ucap Bram sembari memegang tangan caiden

Mendapatkan perlakuan seperti itu caiden bocah itu hanya diam tak berkutik, Arkan pun yang melihat dari jauh ia hanya dia tapi dalam sorot matanya memancarkan khawatiran "popa iden cudah maapkan popa" ( opa caiden sudah maafkan opa) ucap caiden dengan senyum manisnya

"Coalnya ata Didi Idak aik, itu doca" ( soalnya kata Daddy tidak baik, dosa) ucapan caiden mendengar itu Bram segera memeluk caiden batinnya anakku sudah dewasa dia mengejarkan banyak hal untuk putranya menjadi sosok yang baik, Arkan papa bangga sayang







Typo tanda in yakk

Jangan lupa vote
Komen juga ya

Maaf banget baru sempet up beberapa hari ini sibuk sama sekolah+ ide lagi macet

Maaf kalo pendek

Terimakasih 🌷🌷

CAIDEN (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang