8

177 16 6
                                    

"Apa ?!" ucap Jessica terkejut membalikkan badannya dihadapan Bianca sambil menyilangkan kedua tangannya didadanya.

"Jadi kamu diancam oleh si kelinci tengik itu tapi aku tidak percaya denganmu" ucap Jessica terkekeh sinis, merasa tidak percaya dari omongan Bianca.

Tetapi Bianca bersikeras kepada Jessica bahwa yang dikatakan Erwin memang benar, si pria manis tidak segan bermain-main dengan Jessica.

"Aku serius Jess, kita sudah ketahuan dari Erwin karna dia sudah tahu rencana kita" ucap Bianca dengan nada paniknya.

Dayya yang sedaritadi diam sambil memperhatikan dua gadis cantik sedang berdebat. ngomong-ngomong, Bianca dan Dayya berada di rumah seperti bak istana milik kakak beradik adalah Melisa dan Jessica.

"Kau tahu darimana ?" tanya Dayya dan gadis bersurai hitam menghela napas sebentar lalu bercerita kejadian di kelas tadi.

"Setelah kalian pergi duluan. tersisa aku dan Erwin didalam kelas, terus aku ingin keluar kelas tiba-tiba aku tersandung gara-gara kaki Erwin kemudian dia menjambak rambutku dengan kuat sehingga aku berteriak kesakitan, lalu dia bilang bahwa aku diancam oleh dia. Karena dia itu tidak main-main dengan kita Jess apalagi dia ingin sekali menghantam wajahku ke lantai. Uh wajahku akan jadi hancur gara-gara Erwin" jelas Bianca menceritakan semua kepada mereka, betapa dia ngerinya kalau wajah dirinya dihancurkan oleh Erwin membuat dia menjadi merinding enggan mau bertemu dengan Erwin lagi.

Setelah mendengar cerita dari Bianca, Jessica hanya mengangguk seolah ia mengerti. dia tidak boleh menyerah begitu saja, dia harus mendapatkan Revan menjadi miliknya bagaimanapun caranya.

"Ada apa ini ?" tanya seseorang di ambang pintu dengan menyilangkan kedua tangannya didadanya, membuat ketiga gadis itu menoleh melihat seseorang sebagai kakaknya Jessica yaitu Melisa.

Melisa masuk kekamar adiknya dengan angkuh, ngomong-ngomong dia sudah mendengar semua dari keteman adiknya, jadi dia bersembunyi disamping pintu kamar Jessica lalu menatap Jessica dan kedua temannya bergantian.

"Kalian ingin merencanakan untuk menghancurkan Dika ya ?" tanya Melisa.

Jessica dan kedua temannya merasa terkejut, dalam pikiran mereka masing-masing kalau Melisa tahu darimana.

"Kakak sudah tahu semuanya, tapi kakak penasaran dengan kalian untuk apa menghancurkan Dika ?" Bianca ingin menjawab namun ditahan oleh Jessica, biarkan adiknya Melisa yang menjawab.

"Aku ingin menghancurkan Dika karena dia sudah merebut milikku dan aku tidak akan diam walaupun aku menyakiti Dika, aku tidak peduli kak"

"Memang milikmu siapa ?" tanya Melisa penasaran membuat Jessica tersenyum sinis.

"Revan kak"

Melisa langsung terkejut setelah mendengar ucapan dari sang adiknya, apa ia salah dengar oh tentu saja tidak dan kenapa adiknya juga ikutan menyukai Revan maka ia tidak boleh kalah dari Jessica, Revan harus menjadi milikku tidak boleh ditangan Jessica batin Melisa mengulas smirk menyilangkan kedua tangannya didadanya dengan angkuhnya.

"Apa kau lupa, kalau kakak dan Revan akan sebentar lagi kami akan bertunangan" ucap Melisa dengan nada sombongnya.

"Aku tidak lupa maka aku akan merebut dia dari kakak"

"Oh ya, apa kau yakin ? lebih baik tanya sama ayah untuk meminta batalkan pertunangan kami maka jawaban ayah bilang tidak" Melisa tersenyum miring ingin memancing Jessica membuat sang adik menahan amarah karena kesal dengan sang kakak.

"Aku akan bertanya kepada ayah berulang kali biar ayah muak mendengar ucapan ku nanti" ucap Jessica tidak akan menyerah begitu saja.

"Benarkah ?, ayah pasti jawab tetap tidak. itu mutlak" ucap sang kakak tersenyum miring.

DEAF [YoonMin lokal]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang