First (12 tahun) sedang bermain di teras rumah. Menyusun kartu bridge membentuk sebuah rumah. Sambil menyaksikan ibu ayah dan adik kembarnya bermain di halaman rumah. Sang ayah menggendong AJ (9 tahun) dipunggungnya sedangkan JJ (9 tahun) berlari mengejar mereka. Tawa bahagia pun ikut menyertai mereka semua. First tersenyum ketika ibunya melambaikan tangan padanya, bermaksud untuk mengajak First bergabung.
Kebahagiaan itu lenyap dalam sekejap mata ketika seorang wanita asing menghampiri mereka dan berniat membawa pergi sang ayah. AJ dan JJ mulai menangis dan berusaha mempertahankan papa mereka. AJ berhasil memegang tangan sang ayah, tapi tangan AJ dihempaskan dengan kasar sehingga membuat AJ jatuh ke tanah.
First yang melihat adiknya terjatuh langsung berlari secepat yang dia bisa. Meruntuhkan rumah kartu yang dia buat dengan susah payah. First memeluk AJ yang terjatuh di tanah. Tidak sampai disitu, ayah mereka bahkan mencoba menyakiti First. Melayangkan tangannya hendak memukul dan. .
Praannkk
Suara barang yang pecah membangunkan First dari tidurnya.
Sungguh mimpi yang sangat buruk. Pikir First.First mengerjakan mata. Menyesuaikan matanya dengan cahaya matahari yang tiba-tiba masuk ke bola matanya. Kepala First pusing karena dia terbangun dengan terkejut. First terus memijat pangkal hidungnya. Berharap pusing di kepalanya bisa sedikit berkurang.
"Kenapa bang?" Tanya JJ yang sedari tadi memperhatikan kakaknya.
First kembali terkejut mendengar suara JJ. First tidak menyadari sama sekali bahwa ada orang lain selain dirinya disana.
"Oh JJ. Abang gak kenapa-kenapa kok, pusing doang. Karena bangun tidur kayaknya." Kata First sambil tidak berhenti memijat pangkal hidungnya.
"Mama kemana je?"
"JJ belum liat bang. Masih tidur kayaknya."
"Kalo AJ?"
"AJ masih tidur bang. Tapi badannya panas. Kayaknya demam."
First terdiam beberapa saat. Memikirkan beberapa hal. Apa yang harus dia lakukan sekarang. Tapi First tidak boleh hanya berdiam diri saja. Dia telah memutuskan untuk bertanggung jawab terhadap keluarganya. Meskipun kepalanya masih pusing, First memaksakan dirinya untuk berdiri.
"JJ tolong kompres AJ dulu oke. Abang mau cari sarapan buat kita." First memberikan perintah. Dan JJ pun menuruti apa yang dikatakan First.
"Oh je, tadi Abang kayaknya denger ada yang pecah?"
"Ahh, tadi JJ kesandung bang pas lagi minum. Gelasnya jatuh ini. Nanti JJ beresin." Kata JJ sambil menunjuk pecahan kaca yang berserakan di lantai.
***
First berjalan menyusuri kompleks rumahnya. Berharap menemukan penjual makanan agar dia dan keluarganya bisa sarapan. Setelah beberapa saat berjalan, akhirnya First melihat gerobak penjual bubur ayam. First pun memesan 4 porsi bubur ayam.
Ketika hendak membayar makanan tersebut, First melihat isi dompetnya. Terdapat 3 lembar uang seratus ribuan.
Setelah kejadian semalam, First tidak berpikir bahwa ayahnya akan memberi uang lagi kepada keluarganya. Tapi keluarganya harus tetap menjalani hidup. Dan sekarang itu adalah tanggung jawab First.
Uang tabungan First mungkin bisa membuat mereka bertahan dalam beberapa hari ke depan. Tapi bagaimana selanjutnya? First mengacak-acak rambutnya karena frustasi.
"Kenapa mas? Ada yang salah?" Tanya bapak penjual bubur melihat tingkah laku First.
"Hah?" First terkejut. Dia tidak menyadari bahwa dirinya telah diperhatikan oleh bapak penjual bubur sedari tadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
House of Cards {First X Khaotung}
Любовные романыRumah dari kartu aja kalo runtuh bisa kita bangun lagi. Begitupun "Rumah" Lo, Lo pasti bisa perbaiki semuanya.