Chapter 3

168 16 0
                                    

"Udah ga usah, biar Abang,,," belum sempat menyelesaikan kalimatnya, First dibuat kaget oleh tindakan khaotung yang tiba-tiba. Khaotung langsung menarik tangan First.

"Khao, ngapain?" Tanya first. Tapi tidak berusaha melepaskan tangannya dari Khaotung.

"Aku mau obatin luka kakak. Kotak p3k nya dimana?" Tanya khaotung.

"Ruang tamu." Kata First pendek.

Khaotung pun menuntun jalan mereka menuju ruang tamu. Saking seringnya berkunjung, khaotung sudah amat sangat kenal dengan tata letak rumah si kembar.

First terus mengikuti khaotung tanpa protes, meskipun masih ada keraguan apakah khaotung bisa mengobati dirinya.

"Udah deh bang percaya aja sama aku, aku suka bantuin petugas kesehatan di sekolah."

First semakin bingung mendengar ucapan khaotung yang tiba-tiba. Bagaimana dia tahu apa yang di pikirkan First. Batinnya.

Sesampainya di ruang tamu, mereka duduk di sofa. Khaotung langsung membuka kotak p3k yang berada di atas meja. First belum membereskannya semalam setelah dia mengobati lukanya.

"Buka bajunya kak." Kata Khaotung.

"Hah?!" First kaget mendengar ucapan khaotung.

"Aku mau obatin luka loh ka ini." Kata Khaotung sambil menunjukkan selembar kapas yang sudah dibasahi alkohol.

"Oke." Kata First. Dia pun langsung menuruti khaotung.

Membuka kaosnya dengan perlahan, karena terasa sakit ketika dia mengangkat kedua tangannya.

Khaotung tidak langsung mengobati lukanya first ketika first sudah menanggalkan bajunya, dia malah tertegun melihat badan first yang putih mulus dan sedikit kekar.

"Khao, ko diem? Lukanya parah banget?" Tanya first.
Dia tidak tahu saja bahwa pipi khaotung sudah bersemu merah melihat tubuhnya.

"Aahh,, sorry kak " khaotung berusaha kembali ke dunia nyata.

Khaotung pun mulai mengobati luka first dengan amat sangat hati-hati. Dimulai dari membuka perban yang lama, membersihkan sisa darah, hingga membubuhkan sebagian obat pada luka First.

"Kak, ini lukanya lumayan agak dalem sih kata aku, aku cuma bisa bantu perbanin aja sementara. Saran aku sih mending di jait deh kayaknya." Kata Khaotung ketika selesai memasangkan perban baru pada luka First.

"Separah itu lukanya?" Kata First sambil memakai kembali pakaiannya.

"Iya ka, itu juga perban nanti cepet banyak darahnya lagi kayaknya. Nanti harus cepet di ganti perbannya kak kalo udah terlalu banyak darah. Biar gak infeksi juga lukanya."

"Oke, nanti Abang ke dokter" first berkata dengan enteng.

First membatin untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saja first sangat kebingungan, mana sempat first memikirkan biaya dokter untuk mengobati lukanya. First hanya berharap lukanya bisa sembuh dengan sendirinya.

First kembali memijat pangkal hidungnya.

"Kakak pusing? Mau minum obat? Ato ada yang mau aku bantuin ka?" Kata Khaotung yang sedari tadi memperhatikan first.

"Gpp, nanti Abang minum obat pereda nyeri." Kata First sambil masih memegangi pangkal hidungnya.

"Abang cuma lagi bingung aja sih nyari kerja part time dimana ya? Barangkali Lo tau gitu." First melanjutkan.

Entah apa yang sedang dipikirkan oleh First, sehingga dia meminta saran dari remaja di hadapannya itu. Mungkin First sudah sangat kebingungan menghadapi masalah yang menimpanya.

"Kak First serius mau cari kerjaan? Kebetulan banget deh. Cafe kakak sepupu aku lagi ngebutuhin orang buat kerja." Kata Khaotung dengan penuh semangat.

"Serius?" Kata First dengan antusias.

Mereka pun mulai membicarakan pekerjaan yang dimaksud.

Kini First bisa sedikit bernafas lega, ada jalan keluar dari masalah yang menimpa keluarganya. First harus berterimakasih kepada khaotung yang telah menerangi jalannya untuk keluar dari dalam gua yang gelap.

Tanpa sadar First mengacak rambut khaotung dengan gemas. Dan tanpa First sadari, tindakannya membuat pipi khaotung memerah untuk kedua kalinya hari itu.

~TBC~

House of Cards {First X Khaotung}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang