Chapter 4

165 17 0
                                    

First memejamkan matanya kala angin sepoi-sepoi menyapu wajahnya. Sesekali dia menghalau cahaya matahari yang menusuk matanya dengan sebelah tangan.

Sore itu First memutuskan untuk menghabiskan sore harinya disebuah taman dekat komplek rumahnya.

First duduk di bangku yang disediakan dan dilindungi oleh pohon besar dibelakangnya. Memperhatikan beberapa orang yang sedang olahraga sore, bahkan ada beberapa keluarga yang mengadakan piknik ditaman itu. Makan bersama sambil bercengkerama dengan keluarga beralaskan tikar diatas rerumputan. Tanpa sadar First tersenyum.

First membaringkan tubuhnya di bangku tersebut dengan tangan sebagai alas tidurnya. Baru beberapa detik First berbaring, ada suara yang menginterupsinya.

"Sorry gue boleh ikut duduk disini?" Ucap suara itu.
Suara seorang wanita. Asing. First pun mengabaikan wanita itu dan tidak mengubah posisinya dan melanjutkan tidurnya.

"Bangku lain penuh, bisa gue ikut istirahat disini sebentar?" Tanya wanita itu lagi tidak mau menyerah.

"Ya bangku ini juga penuh, kenapa lu paksa gua. Paksa yang lain aja sana." Kata First berkata dengan sangat ketus.

Wanita itu mulai habis kesabaran. Belum sempat memaki First, kanan kiri tangan wanita itu sudah ada yang memegangi.

"Oii oii oii, sabar mbak sabar." Kata orang yang memegangi tangan kanannya.

"Lepasin tangan gue." Wanita itu mulai memberontak.

"Mbak maafin aja ya temen kita, perut dia lagi bermasalah. Makanya sensi."kata orang yang satunya lagi.

"Biarin gue hajar dulu tu orang." Wanita itu masih berusaha melepaskan tangannya dari kedua orang yang memeganginya.

Mendengar keributan itu first pun bangkit dari tidurnya. Duduk di bangku dan hanya menonton kehebohan yang terjadi di depannya.

"First, Lo bukannya nolongin malah nontonin. sat!" Kata si kanan sambil susah payah menahan wanita itu yang mulai meronta-ronta.

"Biarin aja lah Non, suruh pukul aja ni muka gua, udah kebal dihajar kayaknya." First berkata sarkas.

"Tuh kan mbak, dia emang lagi bermasalah kan. Maafin aja deh ya."

Wanita itu pun pergi meninggalkan mereka bertiga.

"Gila Lo ya, bisa bisanya nyari masalah sama orang."

Mereka pun duduk di kanan kiri First. Mereka adalah Ohm dan Nanon sahabat dekatnya First. Dan perlu diketahui, mereka adalah sepasang kekasih.

"Ya gua juga gak ada maksud berantem dah, dianya aja yang emosian." Kata First enteng.

"Dianya ga akan emosi kalo Lo gak pancing sat!" Kata Nanon.

"Lagian kok Lo bisa dingin gitu dah sama cewe, bukan Lo banget gitu. Biasanya lu nih yang paling ramah sama cewek cewek." Kata Ohm. "Terus gua juga denger lu putusin Vania?" Lanjutnya

"Gosip cepet banget nyebarnya." Kata First.

"Sat, gua tersinggung, masa gua denger kabarnya dari orang bukan dari mulut Lo sendiri." Kata Nanon dengan nada agak kecewa.

"Euh, sorry. Gua lagi kalut. Ga sempet cerita banyak sama kalian. Iya gua putusin Vania karena gua ga yakin bisa terusin hubungan gua dengan kondisi gua saat ini. Gua mau fokus urusin keluarga gua aja." Kata First.

First mengenal Vania ketika dia duduk di bangku SMA. First mendekati Vania dari awal tahun ajaran baru kelas 10 SMA, dan akhirnya bisa mendapatkan Vania pada semester akhir kelas 12 SMA. Perjuangan yang sangat panjang. Hubungan mereka sudah hampir menginjak 2 tahun. Tapi First harus merelakannya. First takut dirinya menjadi seorang berengsek seperti ayahnya dan berakhir menyakiti seseorang yang dia cintai. Itu salah satu alasan dia harus meninggalkan Vania. Bahkan mungkin First tidak mau berhubungan lagi dengan sesuatu yang bernama cinta.

"Terus yang kerja part time itu gimana?" Tanya Ohm.

"Gua ajak kalian kesini tuh buat nemenin gua liat tempatnya. Ketemu sama owner-nya sekalian."

"Oke langsung ke tempat aja dah, pake mobil lu ya gua ga bawa mobil." Kata Ohm sambil berdiri dari duduknya.

"Oke." Kata First meng iya kan ucapan Ohm.

"Ayo.." kata Ohm sambil mengulurkan tangannya pada Nanon. Berniat untuk membantunya berdiri.

"Apaan sih Ohm." Kata Nanon tersipu sambil menerima uluran tangan Ohm..

First tersenyum sambil menggelengkan kepalanya melihat interaksi kedua sahabatnya.
Ohm terlalu semangat melangkah sehingga dia tidak menyadari ada seseorang yang sedang berjalan di belakangnya. Orang tersebut pun tidak sengaja tertabrak oleh Ohm.

"Oih sorry, ga sengaja" Ohm berkata dengan spontan. Dia merasa bersalah kepada orang tersebut. Tapi rasa bersalah tersebut hilang saat dia tau siapa orang yang ditabraknya.

"Aww ga jadi minta maaf dah gua." Kata Ohm langsung ketus.

"Heuy sopan santun lu dimana?" Kata orang itu.

"Kayaknya orang kaya lu ga butuh di sopan santun in." Kata Ohm.

Melihat akan terjadi keributan, First dan Nanon langsung mengambil tindakan. Berusaha memisahkan mereka berdua.

"Heuy heuy heuy, udah deh ga usah ribut." Kata First menengahi.

"Mon, sorry ya Ohm ga sengaja." Kata Nanon kepada Chimon, orang yang Ohm tabrak barusan.

"Mesti pacar Lo emang yang minta maaf sama gua?" Kata Chimon tidak mengindahkan ucapan Nanon dan First.

"Udah deh kak Chimon, kita pergi aja." Kata seorang wanita yang sedari tadi menggandeng tangan Chimon berusaha menarik Chimon untuk pergi meninggalkan tempat tersebut.

Chimon pun langsung menurutinya, dan mereka pergi meninggalkan First Ohm dan Nanon.

"Udah ayo kita juga cabut." Kata First sambil berjalan menuju mobilnya mendahului kedua temannya.

Sedangkan Ohm masih terpaku di tempatnya. Matanya terus mengikuti Chimon yang berjalan menjauh. Tampak jelas kekesalan di wajah Ohm.

"Mau sampai kapan dah di liatin terus? Sampe tu biji mata keluar dari lubang?" Tanya Nanon sarkas.

"Sorry yang." Kata Ohm.

Mereka pun berjalan mengikuti First yang sudah berjalan agak jauh.

~TBC~

House of Cards {First X Khaotung}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang