Transmigrasi

3 1 0
                                    

"Hatchi!" Semenjak kejadian semalam, paginya aku langsung mengalami flu dan demam.

Bahkan, Jastin sama sekali tidak mendengarkan intruksiku. Ketika aku benar-benar sudah tidak sanggup menjalani penderitaan bersamanya, eaak. Becanda.

Maksudku tidak sanggup menjadi partner balapnya. Bukankah ini terlalu gila? Bayangkan saja, dikecepatan maksimum 200 CC lebih, tantangan yang dia dapatkan adalah jalan berliku-liku, tikungan tajam, hingga jalan menurun yang hampir membuat nyawaku melayang.

Tubuhku berguling ke sana ke mari demi mencari posisi nyaman. Akan tetapi, rasa dingin sama sekali tidak mengubahnya menjadi hangat.

Baru hendak memejamkan mata, ponselku berbunyi yang membuatku semakin frustasi. "Gua baru aja mau tidur, ah!"

Salah satu tanganku berusaha meraih ponsel di atas nakas. Panggilan grup, jingkrak-jingkrak season 2.

Mataku melotot. Tanpa banyak berpikir, aku langsung mengangkat telpon dan kembali merebahkan diri.

"Huwaa, tolongin gua, Mak!"

[Kamu kenapa? Jam segini baru bangun tidur?] Kinanthi memberi sebuah pertanyaan yang rasanya ingin kujawab dengan teriakan.

[Si Mora mah enak, di situ lagi leha-leha. Pasti masih rebahan 'kan lo? Bangun, udah setengah delapan ini] Suara itu ...? Lia! Tidak salah lagi.

"Sejak kapan lo percaya kalo gua Mora?" tanyaku sedikit menyelidik.

[Kalo nggak bangun, kata emak gua entar rezeki lo dipatok ayam.] Ririn menimpali.

Apa salahnya aku bermalas-malasan? Lagi pula aku bingung ingin kerja apa di sini. Jika suatu saat aku kembali ke tubuhku, maka usailah masa-masa malasku.

[Sejak Sela bangun. Baek-baek lo di sono, sampe beberapa hari kagak ada kabar. Lo sengaja mau ikut-ikutan SevenStar buat jadi tukang ghosting? Awas aja kalo ketemu, gua remukin ginjal lo!] Ancaman Lia sukses membuatku bergidik ngeri. Sadis memang betina yang satu ini.

"Enak aja nyalahin gua. Asal lo tau, gua sekarang lagi demam terus flu gara-gara diajak balapan sama Jastin! Di sini gua itu menderita demi menguak suatu fakta. Ngerti ngga!"

[Enggak,] balas Aulia. Aku tersenyum menahan kesal. Kalau dekat sudah kugibeng mukanya.

[Udah-udah. Kalian itu nggak di virtual, nggak di dunia nyata selalu aja berantem. Mending sekarang kamu laporan ke aku deh, kamu udah dapet info apa aja?]

"Info? Info apaan?"

[Apa aja, entah tentang SevenStar atau Bang Rizal.]

[Sekalian gua mau nitip salam sama Jaka. Kenapa dia ghosting gua duluan pas lagi pedekate-pedekatenya?!] Ririn berceletuk.

"Nitip salam apa nitip penjelasan. Mending lo yang nanya sendiri, napa jadi gua sih."

[Kan elo yang di sono markonah. Kalo gua yang masuk ke badannya Sela. Yang bakal gua lakuin pepet terus si Jaka. Nah, jadi dalam beberapa hari gua udah dapet informasi tentang privasi utama SevenStar.]

Benar, ada banyak hal yang belum terungkap tentang SevenStar maupun Rizal. Setelah Rizal merusak hubungan kami dengan SevenStar, beberapa bulan kemudian, Rizal ikutan menghilang tanpa kabar seperti mereka.

Aku selalu merasa dihantui oleh berbagai pertanyaan. Sebenarnya apakah mereka ada? Apakah mereka nyata dan apakah kehidupan mereka sesuram itu? Maksudku, masalah apa yang sedang mereka alami? Apakah ada hubungannya dengan pembunuhan, teror, kenakalan remaja atau tindakan kriminal lainnya.

Namun, sampai di sini aku mengerti, sebagian pertanyaan yang sempat tersemat di otakku sedikit demi sedikit mulai terjawab. Hanya saja, aku masih tidak yakin dengan motif Rizal, mengapa dia melakukan hal-hal seperti itu?

Love Above MysteryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang