“Sel, udah dong Sel. Besok gua masih nugas, bisa telat bangun gua.” Tidak kuperdulikan rengekan menyebalkan dari Intan.
Ketika aku datang, sangat shok melihat keadaan rumah yang begitu berantakan dan berdebu. Seperti jarang ditinggali.
“Ha–hatchi! Aduh Intan, ini kotor banget bisa-bisanya lo nyaman tidur kayak begini. Hidung gua aja masih gatel.” Belakangan ini aku sedikit alergi terhadap debu, sudah memakai masker. Namun, masih menembus dan membuatku terus bersin.
“Besok aja, Sel. Sekarang udah malem. Gua capek, encok semua dah badan gua.”
“Enggak-enggak! Jadi cewek nggak boleh males, ayo! Tinggal dikit ini.” Aku mengambil lap dan mulai membersihkan perabotan yang berdebu, sedangkan Intan memasang wajah masam sambil menggenggam sapu.
“Dikit apanya ege?! Belum ngepel, ganti seprei, nata tempat tidur, entar lo suruh gua nyapu dua kali, lagi!”
“Ya itu karena lo nyapunya nggak bersih. Entar suami lo brewokan.”
“Mitos itu mah!”
“Fakta!”
“Mitos!”
“Lagian, masalah brewok apa kagak. Nggak penting, yang penting royal terus tajir mlintir, haha.” Dasar sableng! Intan tertawa renyah, hingga aku memukul mukanya dengan lap.
“Muka cantik gue, astaga!”
“Tunggu aja. Abis ini jerawatan sama bruntusan! Seneng amat morotin orang!” Aku berujar ketus dan berlalu pergi meninggalkannya.
“Lo kenapa sih, Sel? Bener ya kata Jastin lo tu jadi aneh, lagian sejak kapan lo peduli sama kondisi kosan gua?” Aku masih mendengar kata-kata Intan. Menyebalkan, aku jadi teringat dia ketika berusaha mendekati Jastin hanya untuk mengincar dompetnya. Dan pernah kulablrak secara terang-terangan.
Sebenarnya ketika pertama kali aku dan Intan diperkenalkan. Kami selalu bertengkar dan untuk kondisi saat ini sepertinya aku harus mengatur siasat dengan baik.
“Lo pergi berapa bulan sampe rumah jadi kotor begini? Apa kagak dicek sama Ibu kos?” Aku membuka pintu kulkas yang ternyata tidak ada isinya. Kalau begitu besok pagi makan apa?
Intan menggeleng sambil menegak segelas air putih. “Cuma gua tinggal seminggu.”
“Kosan gua udah dibayarin Rizal buat satu tahun, jadi ibu kos kagak berani ngebuka. Udah diperingatin juga sama Rizal.” Aku tersenyum sinis.
“Lo yang biasa tinggal di sini, tau-tau malah protes ke gua. Padahal elo yang biasanya males beresin rumah, gua mah tinggalnya di hotel. Ke sini cuma seminggu sekali.” Perkataan Intan membuat kepalaku tertoleh. Ja–jadi selama ini yang tinggal di kosannya Intan itu Sela? Astaga, kalau begini aku juga yang malu.
Lagi pula si Sela kenapa malesan amat sih.
“Lo ada duit nggak?” Intan mengangkat wajahnya.
“Mau ngutang?”
“Pinjem lima ratus, entar gua balikin.”
“Yakin bakal balikin? Utang lo sama SevenStar aja udah ratusan juta.” Aku mendesah kesal saat hal itu kembali dibahas. Padahal bukan urusanku, aku baru ingin meminjam lima ratus ribu.
“Ribet amat, ada nggak?”
“Ada!” Intan melirikku kesal. Seperti tidak niat memberikan, namun pada akhirnya dia memberikan benda yang kumau.
Tanpa banyak tanya, aku langsung mengantonginya.
Karena ada dua mie instan, jadi aku memilih untuk memasaknya untuk makan malam. Sementara Intan sudah menunggu di meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Above Mystery
TeenfikceKorban ghosting, siapa sih yang tidak tahu istilah kata itu. Ya, semua orang pasti hampir pernah mengalaminya. Hal tersebut salah satunya menimpa seorang gadis bernama Sesil Aprilia. Karena kecintaannya terhadap Jastin-mantan pacar virtualnya yang m...