Fourteen

650 68 3
                                    

Prang! Prang! Prang! Prang!

Dengan cepatnya seluruh kaca jendela terpecah dengan sendirinya dalam ruang gelap itu.

Dan dalam sekejap, alarm pertanda penyusup telah berhasil masuk, telah aktif.

Semua pria maupun wanita berseragam hitam berlari menuju satu ruang.

Ruang khusus yang sangat dijaga dengan ketat oleh mereka.

"Penyusup!"

"Ada penyusup!"

"Cepat ke ruang 'itu'! Nona Sandra akan membunuh kita jika 'ia' tidak ada disana!"

Tap! Tap! Tap! Tap! Tap!

Ketukan sepatu dengan tempo cepat terdengar semakin mendekat ke ruang 'itu'.

Sementara itu seorang gadis dengan perawakan yang mungil tengah berdiri di depan peti yang tidak pernah ditutup.

"Bagaimana jika aku mempermainkan Sandra ya? Sesuatu yang dapat membuatnya sangat marah itu..adalah kamu, bukan?"

Ia mengucapkannya sembari menatap ke arah tubuh tanpa nafas itu.

"Retara.."

Netra coklatnya terlihat bersinar.

"..ayo main petak umpet bersamaku."

Kain jendela berwarna putih bergerak karena ditiup oleh angin malam. Menutupi keberadaan gadis mungil itu. Ketika kain itu kembali ke tempat semula. Gadis itu telah menghilang tanpa jejak.

Brak!!

"TARA!!!"

Teriak Sandra ketika memasuki ruangan gelap yang terlihat begitu berantakan. Hanya penerangan dari bulan purnama yang menembus sebagian kecil ruang itu.

Tap! Tap! Tap! Tap!

Netra birunya melebar ketika tak menemukan tubuh sosok yang ia cari. Sosok yang telah ia hilangkan nyawanya dan sembunyikan jasadnya. Karena gelora cinta yang tak mampu ia tahan.

Retara Kartika.

Sandra mengepalkan kedua telapak tangannya.

"Beraninya..siapa yang berani menyulut amarahku..?!"

Dengan suara yang tertahan penuh dengan amarah. Sandra berbalik menatap tajam ke arah para anak buahnya.

"Dasar tidak becus."

Dor! Dor! Dor!

Bunyi tembakan yang berulang-ulang terdengar dari ruangan tersebut.

Malam itu, Sandra membunuh semua anak buah yang berada di dalam maupun sekitar ruangan itu.

Sementara itu, diluar mansion Sandra, terlihat sang pencuri tengah menggendong jasad Tara di punggungnya. Senyum miring penuh ejekan timbul di wajah bulat nan imutnya.

"Kelimpunganlah, Gasandra Garendra."

Dan mulai berjalan meninggalkan sekitar kediaman Sandra dengan perasaan puas.

Di tengah perjalanannya, ia malah dicegat oleh sekelompok pria berseragam hitam.

"Ini pertama kalinya..keamanan mansion sang mafia terkenal ditembus oleh seorang bocah..?"

Suara seorang perempuan terdengar. Para pria berseragam hitam itu segera memberikan jalan kepadanya.

Surai biru malam yang diikat satu. Netra jingga yang terlihat bersinar.
Perempuan itu berjalan melewati para pria berseragam itu.

"Harusnya anda tidak melakukan hal konyol seperti itu. Sandra tidak akan pernah membiarkan orang-orang yang menyentuh Tara lolos begitu saja."

Sementara itu sang gadis mungil hanya diam menatap perempuan tersebut.

Yang KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang