Eleven

677 66 8
                                    

Author PoV

"Hahahaha!"

Sandra terlihat tertawa sambil memandangi jasad seorang gadis.

"Jadi selama ini aku telah tertipu?"

Sandra mengepalkan kedua telapak tangannya.

Perkataan rekannya yang memiliki kelebihan dalam hal spiritual telah membuat pikirannya kacau.

"Jadi, jasad yang selama ini kujaga dan kurawat, rupanya jiwanya telah berpindah raga?"

"Ahahahaha!"

Sandra tak habis pikir.

Selama ini ia tersiksa karena ia hanya mampu berbicara kepada jasad dari orang yang sangat ingin ia miliki.

"Dimana kamu Tara? Apakah jika aku menemukanmu, kamu akan menolakku lagi?"

Ia kembali ingat penolakan tersebut.

Balasan yang belum selesai dikatakan oleh Tara malah sudah membuatnya jantungan.

Ia terlalu gegabah untuk memutuskan mengakhiri nyawa kesayangannya.

Ada satu orang yang akhir-akhir ini membuatnya tertarik.

Radita Kara Eruva.

Seorang murid SMA yang akhir-akhir ini dikelilingi oleh orang-orang yang tidak benar.

Sandra ingat, dua orang murid minggu lalu. Vanesha dan Grenatha. Dua wanita yang mendadak menyamar jadi anak sekolahan.

Apa maksud dan tujuan dua orang itu?

Sandra akan mencari tahunya nanti.

"Tara...jika kamu benar-benar merasuki raga orang lain dan sekarang menjalani kehidupan keduamu. Maka...aku tak akan pernah menyesal karena sudah membunuhmu, hehehe."

See?

Orang gila ini, memang sudah cocok disebut gila oleh MC kita.

"Cepat atau lambat kita akan bertemu kembali, sayangku. Disaat itulah..aku akan mengurungmu dalam gelora badai panas yang tak akan pernah berhenti di antara kita."

Sandra mengatakannya dengan dua netra yang terlihat berkilat. Tatapannya penuh dengan obsesi. Seakan tidak ada manusia lain di dunia ini yang pantas bersanding dengannya selain Tara.

Sandra ingat, dua hari yang lalu sekolah dikejutkan dengan sosok kepala sekolah mereka. Siluman ular kobra bernama Anzella Wanda Octavianza bersama kelima buntutnya. Kelima anak itu terlihat sangat haus akan perhatian Dita. Anak-anak itu, benar-benar sudah menganggap Dita sebagai orang tua mereka.

Melihat scene tersebut, Sandra jadi membayangkannya. Bagaimana jika seandainya Tara menerimanya, mereka menikah, lalu memiliki keluarga kecil yang harmonis.

"Aah..aku semakin menginginkannya~"

Sandra memegang kedua pipinya yang memerah dengan senyum yang lebar dan netra yang melebar.

Author PoV End

Duh, kok telingaku sering gatal ya?

Perasaan rutin aku bersihin deh.

Suntuk banget malam ini ya?

Ayah dan ibu masih di Berlin sana. Mungkin malah lagi proses buatin aku dedek bayi. Mereka kan bucin setengah mampus.

"Hmm, gimana ya?"

Aku berpikir, apakah aku akan menetap dalam kamar atau pergi keluar jalan-jalan. Lagian, ini baru jam 8. Pekerjaan rumah sudah kukerjakan tadi sore. Tidak ada ulangan untuk besok.

Yang KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang