Seven

794 79 15
                                    

Hari ini adalah hari terakhir aku beristirahat di rumah. Dokter Carolina terlihat mengemas barang-barangnya. Bersiap untuk kembali ke rumah sakit.

Ya!

Dokter Carolina mengatakan jika mulai besok aku sudah bisa kembali bersekolah.

Ada sih senangnya.

Tapi ada juga khawatirnya.

"Anyway Dita, kita jangan lost contact ya? Soalnya saya udah nyaman berinteraksi dengan kamu."

Hm?

Aku cuman bisa memiringkan kepalaku.

Apa yang dokter ini katakan barusan?

Baik, mari ber-positive thinking.

Mungkin dokter Carolina nyaman layaknya teman.

"Ehem, baik kak. Kakak bisa hubungin aku kapan saja."

Dokter Carolina terlihat diam membisu. Ia terlihat tertegun.

Apa balasanku segitu berdamagenya?

Tapi aku malah tak menyangka akan melihat senyum sesuci para saintess di komik-komik korea.

"Terima kasih, Dita."

Dokter Carolina berjalan mendekat. Kemudian menundukkan kepalanya.

Cup

Netraku melebar ketika bibir kenyal itu mendarat dengan mulus di keningku.

"Saya pulang dulu ya, Dita."

Aku hanya bisa diam, berbaring dalam kebengongan yang tiada taranya.

"Serasa kena pelecehan aku..hiks."

Rasanya jadi mau menangis mengingat kilas balik sepak terjang hidupku yang belum seberapa ini di dunia aneh ini.

Ditampar oleh malaikat dropout. Ditatap lapar oleh suster mesum. Dijadikan objek fetish pantat oleh teman barunya.

Sekarang?

Di crush in kakak dokter yang aduhai wanginya bikin melenyot.

"Ah. Aku ingat. Nasib anak-anak ularku di sekolah gimana ya?"

Sekarang malah ber-over thinking ria tentang anak-anak ularku.

Sebegitu randomnya kah hidupku ini??

Jangan lupa dengan guru psikopat nan gila itu.

"Kehidupan itu keras bung. Yang tidak keras itu adalah roti jordan dengan isi coklat yang enak."

Haduh, malah kembali bernostalgila dengan roti masa sekolah dasar.

Krunyuuk

"..."

Sialan..

Tok Tok Tok

Loh?

Siapa?

"Dita! Are you still alive??"

Tebak suara siapa itu!

Ceklek

"Why no nyaut-nyaut, nak?"

Sudah kudugong itu adalah ibuku.

"Kenapa ma? Mau manggil buat makan ya?"

Aku merespon dengan pertanyaan. Meski alisku naik sebelah ketika melihat seorang wanita ikut masuk. Kalau kutaksir-taksir sih, dia seumuran dengan umur ibuku.

"Belum jam makan siang tau nak. Oh iya! Tebak, siapa yang ada di samping mama ini!?"

Ibuu aku ingin makaaann.

Yang KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang