05

4 1 0
                                    

Seperti biasa, liburan kali ini aku hanya bersantai di rumah. Orang tuaku masih sibuk berkerja sehingga tidak ada waktu untuk berlibur ke tempat hiburan. Aku juga terlahir dari keluarga yang sederhana, ayahku hanya pekerja kantoran biasa dan ibuku hanya seorang ibu rumah tangga. Maka dari itu, aku tidak terlalu menuntut untuk pergi berlibur bahkan hanya ke taman hiburan. Aku juga tidak masalah jika harus menghabiskan waktu liburan hanya di rumah saja karena aku juga lebih nyaman jika berada di rumah. Namun, sesekali aku juga pergi ke luar dengan berjalan kaki sekedar untuk mencari udara segar.

Pagi ini, sekitar pukul 06.30 pagi aku berjalan di sekitar taman yang ada di lingkungan tempat tinggalku. Tidak jauh dari taman ini juga terdapat tempat penampungan kucing dan tiba-tiba aku tertarik untuk mengunjunginya. Di depan pintu shelter masih terpampang papan berukuran 23 cm x 12 cm yang bertuliskan "closed". Aku melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kiriku dan waktu masih menujukkan pukul 07.00, mungkin masih terlalu pagi bagi shelter ini untuk menerima pengunjung. Aku bisa saja menunggu hingga tempat ini buka tapi aku tidak tahan jika harus berdiri lama tanpa melakukan apapun di depan gedung bertingkat dua ini, aku juga tidak tahu apakah hari ini tempat ini terbuka untuk umum atau tidak. Aku menghembuskan nafas pelan dan memutuskan untuk mengunjungi tempat ini lain kali.

Aku kembali melewati taman untuk kembali menuju ke rumah. Aku berjalan santai sembari melihat sekeliling. Ada orang tua yang bersama anaknya, anak pasangan muda-mudi yang mungkin usianya lebih tua beberapa tahun di atasku, ada juga sekumpulan anak yang mungkin seusia denganku sedang berjalan sembari bercengkrama satu sama lain, ada juga yang melakukan beberapa olahraga menggunakan alat yang ada di taman itu. Sebelum kembali ke rumah, aku memutuskan untuk membeli air minum di minimarket yang berada tidak jauh dari taman ini.

Aku berjalan menuju lemari pendingin dan memutuskan untuk membeli air mineral dingin. Setelah mengambil satu botol air mineral, aku berjalan menuju kasir untuk membayarnya. Aku meletakkan botol di atas kasir. "Harganya 4000. Ada yang lain?" ucap kasir itu. "Nggak, itu aja." Jawabku sembari mengeluarkan dompet dari saku celanaku , mengambil uang untuk membayar. Aku menegakkan kepalaku untuk memberi uang ke kasir dan nafasku berhenti seketika serta mataku membelak ketika aku melihat siapa yang berdiri di belakang meja kasir. Langit, kenapa dia ada di sini? Ekspresi yang ditunjukkan Langit berbeda 180 derajat dengan apa yang aku tunjukkan saat ini. Jika aku terlihat sangat gugup dan aneh maka Langit terlihat sangat tenang. "Mau dikantongin plastik?" ucap Langit lagi dan dengan terbata aku menjawab "Nggak usah." Aku memberi selembar uang bernominal 5000 kepada Langit dan Langit memberi kembalian uang kertas 1000. "Terima kasih, semoga datang kembali." Ucap Langit dengan intonasi tenang. Aku hanya mengangguk dari berjalan dengan cepat keluar dari minimarket tersebut.

Aku mengatur napasku di depan toko bunga yang tidak jauh dari minimarket itu, setidaknya aku membutuhkan waktu sekitar 5 menit untuk menormalkan kembali laju napasku. Entah pertemuan ketidaksengajaan dengan Langit yang keberapa kali ini. Aku tidak pernah membayangkan akan bertemu dengan Langit di minimarket apalagi sebagai aku pembeli dan Langit sebagai kasirnya. Beberapa pertanyaan acak kembali muncul di kepalaku. Apakah Langit mengisi liburannya dengan bekerja paruh waktu? Apakah Langit juga benar-benar tinggal di lingkungan yang sama denganku? Kalau tidak, mengapa ia jauh-jauh bekerja paruh waktu di minimarket ini jika ia tidak tinggal di lingkungan ini. Semakin lama aku menyukai Langit, semakin banyak hal-hal yang ingin aku ketahui darinya. Kemudian aku tersadar bahwa tadi merupakan obrolan—atau mungkin bukan—pertamaku dengan Langit dan tadi juga merupakan jarak terdekatku dengannya. Selama ini aku hanya memandangi Langit dari kejauhan atau jika "beruntung" mata kami tidak sengaja bertemu. Aku kira, ketika libur aku tidak akan bertemu dengan Langit namun nyatanya semesta memiliki rencana lain.

Malam ini, aku melihat media sosial milik Langit dari aplikasi burung biru. Tidak ada cuitan apapun selama lebih dari satu minggu yang artinya Langit tidak membagikan cerita apapun mengenai harinya semenjak hari pertama libur di mulai. Kemarin-kemarin aku penasaran mengenai kabar Langit selama liburan ini, aku penasaran bagaimana hari-hari Langit berjalan. Namun hari ini rasa penasaranku terjawab karena aku melihat langsung apa yang dilakukan Langit, dan aku bertukar oborolan dengannya sebagai bonus. Aku seketika tersenyum mengingat kejadian tadi pagi. Aku menggerakkan kakiku seperti menendang udara sebagai ungkapan bahagiaku. Tapi tak lama, aku juga merutuki diriku karena aku bersikap aneh dan terlalu menunjukkan bahwa aku gugup. Aku malu dan aku langsung kembali menenggelamkan wajahku di bawah bantal.

***

Semenjak aku tahu bahwa Langit melakukan pekerjaan paruh waktu di minimarket di area taman itu, muncul perasaan untuk mengunjungi minimarket itu setiap hari. Tapi pikiranku berkata untuk tidak pergi ke sana lagi karena itu akan membuat Langit tidak nyaman apalagi Langit sudah mengetahui perasaanku kepada dirinya. Pergulatan antara hati dan pikiranku terjadi hampir setiap hari. Akhirnya, pikiranku menang karena kenyamanan Langit lebih penting. Aku juga tidak ingin membuat Langit menjadi lebih tidak menyukaiku jika aku memaksakan kehendak hatiku. Jika aku memang ditakdirkan untuk bertemu dengan Langit lagi maka aku pasti akan bertemu dengannya dengan ketidaksengajaan lagi.

Hari ini merupakan hari terakhir liburan dan aku memutuskan untuk menghabiskan hari ini dengan mengunjungi cats shelter yang waktu itu tidak jadi aku kunjungi dengan harapan semoga shelter itu hari ini beroperasi dan terbuka untuk umum. Aku bersiap dan pergi sekitar pukul 11.00. Aku memutuskan untuk menggunakan bus karena siang ini langit cukup terik dan aku tidak ingin terlalu mengeluarkan banyak keringat. Perjalanan menggunakan bus hanya menghabiskan waktu sekitar 10 menit dan aku turun di halte yang tidak jauh dari shelter. Beruntungnya hari ini, shelter itu terbuka untuk umum. Ada banyak sekali berbagai jenis kucing di tempat ini, mulai dari kucing domisili sampai kucing ras. Aku tersenyum ketika melihat kucing-kucing itu, bagiku mereka semua menggemaskan.

Ada cukup banyak pengunjung hari ini, mungkin karena ini akhir pekan dan juga hari terakhir liburan jadi mereka memiliki pikiran yang sama denganku untuk mengunjungi shelter ini sebagai opsi terbaik untuk menghabiskan hari libur mereka. Ada satu kucing berwarna putih yang sangat menarik atensiku. Setelah aku bertanya dengan pegawai, ternyata kucing ini bernama Luna. Ia ditemukan di semak-semak dekat taman dengan keadaan kotor dan salah satu kaki depannya luka dan patah. Dan ternyata kaki kanan depan Luna tidak bisa disembuhkan sehingga amputasi merupakan pilihan terbaik untuk Luna. Walaupun Luna tidak memiliki kaki yang lengkap, tapi ia tetap dengan lincah berjalan kesana kemari dan bermain dengan kucing-kucing lain.

Tidak terasa aku sudah menghabiskan waktu hampir dua jam untuk bermain dengan Luna. Aku memberinya snack, minum, dan sesekali berlari kecil agar Luna mengejarku. Aku juga sempat bermonolog kepada Luna mengenai hari-hariku selama liburan ini. Aku juga bercerita mengenai aku yang sebelumnya tidak jadi mengunjungi tempat ini karena tutup. Luna memperhatikanku dan sesekali mengeong, mungkin ia menanggapi ceritaku. "Luna, aku sebenernya pengen banget adopsi kamu, tapi aku punya kakak yang alergi sama bulu kucing. Jadi maaf ya, aku ga bisa bawa kamu pulang. Aku janji, aku bakal sering-sering ke sini dan main sama kamu." Aku mengelus kepala Luna yang sedang berguling nyaman di pangkuanku.

Sekitar pukul 15.00 aku keluar dari shelter dan memutuskan untuk mengunjungi toko roti yang berselang beberapa gedung dari shelter karena perutku sudah ribut minta diisi. Aku memilih satu roti cokelat kesukaanku serta satu roti isi ayam dan sayur. Sweet and savory should be eaten together, right? Tidak lupa aku juga membeli satu botol air mineral. Aku melihat salah satu meja kosong yang berada di dekat jendala dan memutuskan untuk duduk di sana. Aku menyantap rotiku sembari melihat ke luar. Ada banyak orang berlalu-lalang yang sibuk dengan urusannya masing-masing. Tidak lama bagiku untuk menghabiskan makan siangku yang kesorean ini. Setelah selesai makan aku memilih untuk mencerna makananku dengan berjalan di sekitar taman dan kemudian pulang dengan berjalan kaki.

Cuaca sore ini sangatbaik. Angin berhembus sejuk dan langit menunjukkan warnanya dengan indah.Burung-burung berterbangan dengan kompaknya dan daun-daun juga berguguranditiup angin. Perasaanku sangat baik saat ini karena didukung oleh kegemasanLuna, kemudian menyantap roti kesukaanku, dan sekarang cuaca juga sedang baik. Namun ternyata, memang tidak baik jika terlampau bahagia. Tepat di depanku saatini, aku melihat Langit sedang berjalan dengan seorang perempuan seusiaku.Mereka bercengkrama dan tertawa bersama entah cerita apa yang sedang merekatukar. Aku berhenti dan langsung memutar tubuhku menghadap ke arah kiri danmenunduk berharap Langit tidak melihatku. Setelah aku rasa Langit sudah pergimenjauh, aku pun berjongkok dan menahan air mataku yang sudah berada di pelupukagar tidak jatuh. Apakah aku benar-benar sudah kalah?

***

LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang