Lima

1.5K 99 7
                                    

‼️Mature content🔞‼️

*****

Jisung menghabiskan waktunya dikamar hingga malam menjelang. Bermain game online diponselnya. Lelaki manis itu baru keluar karena merasa haus, berjalan menuju dapur kemudian menuangkan air dingin yang ia ambil dari kulkas kegelas.

Setelah menyelesaikan masalah tenggorokannya, Jisung kembali melangkah menuju kamarnya. Namun atensinya jatuh pada kamar Jaemin yang pintunya sedikit terbuka. Ia melangkah ke kamar Jaemin, berniat menutup pintunya.

"Apa yang kau lakukan?"

Jisung tersentak. Ia dengan cepat berbalik dan mendapati Jaemin yang berdiri dibelakangnya.

"H-hyung, ku pikir kau pergi bersama mereka," Jisung mengusap belakang kepalanya canggung, "A-aku tadi hanya ingin menutup pintu mu." Ia tersenyum kaku, entah kenapa atmosfer disekitar mereka terasa berbeda.

Jaemin ber oh kecil, melipat tangannya didepan dada, "Kenapa kau tidak ikut mereka?"

"Karena aku sudah makan lebih dulu dan masih merasa kenyang." Jawab Jisung pelan.

"Benarkah?" Jaemin maju selangkah, mempertipis jarak diantara mereka, "Sudah makan atau ingin menghindari minum-minum. Sinb mengatakan kau seperti orang yang tidak menyukai alkohol kan? Jadi kau menghindarinya."

Jisung tampak terkejut mendengar perkataan Jaemin. Bagaimana bisa Jaemin mengetahui itu?

Jaemin menyeringai, ia kemudian menarik tangan Jisung, membawanya masuk kedalam kamarnya.

Kedua mata Jisung membulat panik. Perasaannya tidak enak. Apalagi ketika melihat Jaemin mengunci pintu kamar. Ia memberontak, berusaha melepaskan cengkraman tangan Jaemin pada pergelangan tangannya. Namun bukannya lepas cengkraman tersebut justru semakin kuat, disusul dengan tubuhnya yang dihempaskan keatas kasur dengan kasar.

Jisung meneguk salivanya takut, "H-hyung... Bagaimana kau bisa tahu?" Ia menatap Jaemin yang dengan perlahan merangkak keatasnya.

"Apa itu penting sekarang? Kau ingin tahu sesuatu? Kata-kata mu semalam sangat berharga. Hatiku tergerak karena kata-kata mu. Sekarang, izinkan aku mengabulkan keinginan mu." Jaemin menyeringai, tanpa aba-aba langsung mencium bibir Jisung.

Jisung berontak, berusaha mendorong bahu Jaemin menjauh. Tak membalas ciumannya karena ini jelas salah. Ada kesalahpahaman diantara mereka. Namun usahanya berakhir sia-sia, lelaki itu tak bergeming. Tenaga Jaemin lebih kuat dari yang Jisung duga.

"Hyung, hentikan..." Permohonan itu langsung keluar dari mulut Jisung ketika ciuman sepihak itu terlepas.

Namun Jaemin total abai dan kini justru tengah membuntuti ciuman basah pada leher jenjang Jisung.

Tangan Jisung masih berada dibahu Jaemin, mencengkram bahu tegap itu erat dan masih berusah untuk mendorongnya menjauh. Namun hal itu justru dihadiahi cengkaraman kuat dipinggang rampingnya yang membuat ringisan pelan mengalun.

"Hyung... Maafkan aku, maafkan perkataan ku semalam, ku mohon, ak--"

Jaemin meletakkan jari telunjuknya dibibir Jisung, menahan segala suara yang hendak keluar.

"Pertama, jangan coba untuk menghentikan ku." Dalam sekali tarikan, Jaemin melepaskan celana berserta boxer yang dikenakan Jisung.

Jisung reflek menutup kakinya, berusaha menyembunyikan area privasinya. Malu.

"Kedua, jadilah anak yang baik." Jaemin dengan paksa mengubah posisi Jisung. Menungging didepannya.

Dan keberanian Jisung hilang entah kemana, tubuhnya secara otomatis mengikuti arahan tangan Jaemin. Seperti boneka yang tengah dimainkan oleh pemiliknya. Seperti, Jisung tidak pernah melihat kepribadian Jaemin yang seperti ini. Lelaki itu terlihat menakutkan.

More Than HyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang